BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dunia
tumbuhan mudah dikenali, karena tampak sehari-hari. Warna-warni daun dan bunga
menampilkan rona dan pemadangan yang menarik bagi kita. Tumbuhan merupkan
kelompok makhluk hidup yang mampu membuat makannanya sendiri, karena
memiliki zat hijau daun (klorofil) yang
sudah tersusun dalam organel khusus yaitu kloroplas. Adanya kloroplas ini
memungkinkan tumbuhan mampu mensintesis makanannya dari zat-zat anorganik
melalui proses fotosintesis. Dengan kata lain tumbuhan tergolong dalam makhluk
autotrof.
Ciri
lain yang membedakan dunia tumbuhan dengan organisme lain adalah bahwa tumbuhan memiliki struktur dinding sel yang
kaku yang tersusun dari senyawa selulosa. Adanya struktur dinding sel ini maka tumbuhan
umumnya tidak memilki kemampuan berpindah/bergerak secara bebas seperti hanya
kelompok dunia hewan.
Kelompok
dunia tumbuhan yang ada di bumi sekarang sangatlah beragam, dan banyak
dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia baik digunakan secara langsung
sebagai bahan pangan, sandang dan papan maupun untuk kebutuhan industri
lainnya.
Dalam
setiap keanekaragaman tumbuhan, para ahli botani selalu menghadapi persoalan
dalam menentukan tingkat takson golongan tumbuhan yang dihadapi. Tingkat takson
sangat penting karena tampa adanya tingkatan takson, maka manfaat sistem
klasifikasi tidak dapat diperoleh. Menurut kesepakatan internasional,
istilah-istilah untuk menyebut masing-masing takson bagi tumbuhan itu tempatnya
tidak boleh diubah sehingga masing-masing istilah itu menunjukkan kedudukan
atau tingkat dalam hierarki atau menunjukkan kategorinya dalam sistem
klasifikasi. Dalam taksonomi tumbuhan istilah yang digunakan untuk menyebutkan
suatu takson sekaligus mencerminkan pula di mana posisi dan seberapa tinggi
tingkatnya dalam hierarki klasifikasi.
Tingkatan
takson merupakan tingkatan dari suatu unit atau kelompok makhluk hidup yang
disusun mulai dari tingkat paling tinggi hingga tingkat paling rendah. Urutan
tingkatan takson dalam klasifikasi mulai dari tingkat paling tinggi hingga
tingkat paling rendah, yaitu (1) kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia), (2)
phylum (filum), atau divisio(divisi), (3) classis (kelas), (4) ordo (bangsa),
(5) familia (famili/suku), (6) genus (marga), (7) species (spesies/jenis), dan
(8) varietas (ras).
Semakin
Tinggi tingkatan takson, maka akan semakin banyak pula anggota takson, namun
makin akan banyak pula perbedaan ciri antar sesama anggota takson, Sebaliknya,
semakin rendah tingkatan takson maka semakin sedikit pula anggota takon, dan
semakin banyak pula persamaan ciri antar anggota takson.
Dalam
klasifikasi, makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan beraneka ragam, dipilah
dan dikelompokkan atau disusun tingkatan-tingkatannya dalam klasifikasi disebut
takson. Sedangkan taksonomi adalah cabang biologi yang mempelajari
pengelompokan atau klasifikasi makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup adalah
suatu cara memilah-milah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan-golongan
tertentu atau unit-unit tertentu. Berikut adalah skema klasifikasi dunia
tumbuhan.
Klasifikasi
organisme sampai saat ini belum ada keseragaman. Masing-masing ahli mempunyau
alasan-alasan tersendiri dalam mengklasifikasikan organisme, sehingga setiap buku
banyak perbedaan dalam menyusun klasifikasi.
Secara
tradisional, Pteridophyta mencakup semua kormofita berspora, kecuali lumut
hati, lumut tanduk, dan tumbuhan lumut. Selain paku sejati (kelas Filicinae),
termasuk di dalamnya paku ekor kuda (Equisetinae), rane dan paku kawat
(Lycopodinae), Psilotum (Psilotinae), serta Isoetes (Isoetinae). Sampai
sekarang pun ilmu yang mempelajari kelompok-kelompok ini disebut pteridologi
dan ahlinya disebut pteridolog.
Sampai
saat ini para ahli mengelompokkan tumbuhan menjadi empat divisi yaitu
Thallophyta (tumbuhan bertalus), Bryophyta (lumut), Pteridophyta (tumbuhan
paku), dan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Disamping itu, ada beberapa ahli
yang membedakan tumbuhan berdasarkan ada atau tidak adanya berkas pembuluh angkut.
Berdasarkan
klasifikasi tersebut, tumbuhan secara umum dibagi menjadi dua divisi, yaitu
tumbuhan tidak berpembuluh (Thallophyta ) dan tumbuhan berpembuluh
(Tracheophyta). Tumbuhan tidak berpembuluh tidak memiliki akar, batang, daun
sejati. Sedangkan tumbuhan berpembuluh memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Tumbuhan tidak berpembuluh meliputi tumbuhan lumut, sedangkan tumbuhan
berpembuluh meliputi tumbuhan paku dan tumbuhan biji.
Tumbuhan
paku termasuk ke dalam kingdom Plantae (tumbuhan) dan memiliki beberapa kelas,
yaitu Psilophytinae, Equisetinae, Lycopodinae, dan Felicinae. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai Bryophyta dan tingkat takson atau antar taksa pada Bryophyta.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
penjelasan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam makalah mengenai herbarium
kering ini adalah:
1. Apakah yang taksonomi tumbuhan?
2. Bagaimanakah taksonomi pada tumbuhan paku?
3. Bagaimanakah ciri-ciri umum
Pteridophyta?
4. Bagaimanakan macam-macam tumbuhan paku?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1.
Mahasiswa dapat
mngetahui mengenai taksonomi tumbuhan.
2.
Mahasiswa dapat
mngetahui mengenai ciri-ciri umum Pteridophyta.
3.
Mahasiswa dapat
mengetahui mengenai taksonomi pada tumbuhan paku pada tumbuhan tingkat rendah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Taksonomi Tumbuhan
Tingkatan
takson merupakan tingkatan dari suatu unit atau kelompok makhluk hidup yang
disusun mulai dari tingkat paling tinggi hingga tingkat paling rendah.
Urutan
tingkatan takson dalam klasifikasi mulai dari tingkat paling tinggi hingga
tingkat paling rendah, yaitu (1) kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia), (2)
phylum (filum), atau divisio(divisi), (3) classis (kelas), (4) ordo (bangsa),
(5) familia (famili/suku), (6) genus (marga), (7) species (spesies/jenis), dan
(8) varietas (ras).
Semakin
Tinggi tingkatan takson, maka akan semakin banyak pula anggota takson, namun
makin akan banyak pula perbedaan ciri antar sesama anggota takson, Sebaliknya,
semakin rendah tingkatan takson maka semakin sedikit pula anggota takon, dan
semakin banyak pula persamaan ciri antar anggota takson.
1.
Kingdom atau Regnum
Kingdom
adalah tingkatan takson yang tertinggi dengan jumlah anggota takson terbesar.
Organisme di bumi dikelompokkan menjadi beberapa kingdom, antara lain (1)
kingdom Animalia (hewan), (2) kingdom Plantae (tumbuhan), (3) kingdom fungi
(jamur), (4) kingdom Monera (Organisme uniseluler tapa nukleus), dan (5)
kingdom Protista (eukariotik yang memiliki jaringan sederhana).
2.
Phylum atau Divisio
Filum
(phylum) digunakan untuk takson hewan, sedangkan divisi (divisio) digunakan
untuk takson tumbuhan. Kingdom Animalia dibagi menjadi beberapa filum, seperti
filum Chordata (memiliki notokorda saat embrio), filum Echinodermata( hewan
berkulit duri), dan filum platyhelminthes (cacing pipih). Nama divisi pada
tumbuhan menggunakan akhiran –phyta.
Contohnya kingdom plantae dibagi
menjadi tiga divisi, antaera lain Bryophyta (tumbuhan lumut),
Pteridophyta(tumbuhan paku) dan Spermatophyta(tumbuhan berbiji).
3.
Classis (kelas)
Anggota
takson pada setiap filum atau divisi diklasifikasikan berdasarkan persamaan
ciri-ciri tertentu. Nama kelas tumbuhan menggunakan akhiran akhiran yang
berbeda-beda, antara lain: -opsida (untuk lumut), -edoneae (untuk tumbuhan
berbiji tertutup), -phyceae (untuk alga), dan lain-lain. Contohnya divisi
Angiospermae dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas Monocotyledoneae dan kelas
Dicotyledoneae; divisi Bryophyta diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Hepaticopsida
(lumut hati), Anthoceratopsida(lumut tanduk), dan Bryopsida (lumut daun); dan
filum Chrysophyta (ganggang keemasan) dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu
Xanthophyceae, Chrysophyceae, dan Bacillariopyceae.
4.
Ordo (bangsa)
Anggota
takson pada setiap kelas dikelompokkan lagi menjadi ordo berdasarkan persamaan
ciri-ciri yang lebih khusus. Nama ordo pada takson tumbuhan umumnya menggunakan
akhiran -ales . Sebagai contoh kelas Dicotyledoneae dibagi menjadi beberapa
ordo, antara lain ordo Solanales, Cucurbitales, Rosales, Malvales, Asterales,
dan Poales.
5.
Familia
Anggota takson setiap ordo
diklasifikasikan lagi menjadi bebrapa famili berdasarkan persamaan ciri-ciri
tertentu. Famili berasal dari bahasa Latin familia. Nama famili pada tumbuhan
umumnya menggunakan akhiran -aceae misalnya Compositae (nama lain Asteraceae)
dan Graminae (nama lain Poaceae). Sementara itu, nama famili pada hewan umumnya
menggunakan akhiran kata -idae , misalnya Homonidae (manusia), Felidae
(kucing), dan Canidae (anjing).
6.
Genus
Anggota takson setiap famili
dikelompokkan lagi menjadi beberapa genus berdasarkan persamaannya pada
ciri-ciri tertentu yang lebih khusus. Kaidah penulisan nama genus ialah
menggunakan huruf kapital pada kata pertama dan dicetak miring atau
digarisbawahi. Sebagai contoh, famili Poaceae terdiri atas genus, Zea (jagung), Triticum (gandum), Saccharum
(tabu), dan Oryza (Padi-padian).
7.
Species
Spesies adalah tingkatan takson
paling dasar atau paling rendah. Anggota takson spesies memiliki persamaan ciri
paling banyak dan terdiri atas organisme yang bila melakukan perkawinan secara
alamiah dapat menghasilkan keturunan yang fertil (subur). Nama spesies terdiri
dari dua kata; kata pertama menunjukkan nama genusnya dan kata kedua
menunjukkan nama spesifiknya. Sebagai contoh, pada genus Rosa terdapat spesies
Rosa multiflora, Rosa canina , Rosa gigiantea, Rosa alba, Rosa rugosa , dan Rosa dumalis.
8.
Varietas atau Ras
Pada organisme-organisme satu
spesies kadang kala masih ditemukan perbedaan ciri yang sangat jelas, sangat
khusus atau bervariasi sehingga diesebut varietas(kultivar) atau ras . Istilah
varietas dan kultivar digunakan dalam spesies tumbuhan, sedangkan dalam spesies
hewan digunakan istilah ras. Varietas dapat diartikan secara botani dan secara
agronomi.
Varietas secara botani adalah
populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan perbedaan ciri yang jelas.
penamaannya diatur oleh ICBN (International Code of Botanical Nomenclature).
Penulisan varietas secara didahului dengan singkatan var, dan nama varietas
dicetak miring (italic) atau digarisbawahi (underline). Contohnya: Oryza sativa var indica
(padi) dan Zea mays L. var tunicata (jagung).
Sementara itu varietas secara
agronomi merupakan sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih ciri khas
yang dapat dibedakan secara jelas dan ciri tersebut dapat dipertahankan bila
dikembangbiakkan secara vegetatif
(aseksual)
maupu secara generatif (seksual).
Diantara tingkatan takson
tersebut terkadang terdapat tingkatan antara. Tingkatan dibawah suatu takson
menggunakan nama subtakson. Contohnya di bawah filum ada subantara subfilum,
dibawah ordo ada subordo, dibawah famili ada subfamili, dan seterusnya. Nama
subfamili pada hewan umumnya menggunakan akhiran -inae, misalnya Caniae,
Felinae, dan Boainae. Sebaliknya, di atas tingkatan takson terdapat
supertakson. Contohnya di atas kelas ada superkelas, diatas ordo ada superordo,
di atas famili ada tingkatan superfamili, dan seterusnya.
Pembagian
kelompok takson dari kelompok besar sampai ke kelompok yang lebih khusus atau
tingkat jenis, secara garis besar dan berurutan ditulis sebagai berikut :
Kingdom – Divisi – Kelas – Bangsa – Suku – Marga – Spesies.
Setiap takson diberi nama
tertentu. Sistem penanaman takson untuk klasifikasi tumbuhan lebih teratur daripada klasifikasi hewan, karena
setiap nama golongannya memiliki akhiran tertentu. Perbedaan nama ilmiah untuk
setiap takson adalah didasarkan kepada banyak sedikitnya karakter persamaan dan
perbedaan dalam identifikasi dan deskripsi dari organisme itu. Karakter organisme
mencakup warna, bentuk, tekstur, alat reproduksi, dan ciri lainnya.
B.
Ciri-ciri
umum Pteridophyta
Perbedaan
Pteridophyta dengan Bryophyta adalah pada tumbuhan paku dikenal sebagai
tumbuhannya sporofit, sedangkan pada tumbuhan lumut yang dikenal sebagai
tumbuhannya yaitu gametofit. Gametofit pada tumbuhan paku dinamakan protalium
yang hanya berumur bebera minggu saja. Besarnya hanya beberapa sentimeter
bentuknya menyerupai tallus Hepaticae yang umumnya seperti jantung, berwarna
hijau dan melekat pada substratnya dengan rizoid-rizoid. Anteridium dan
arkegonium terdapat di sisi bawah protalium diantara rizoid-rizoidnya.
Pada
Pteridophyta juga ada kemungkinan terjadinya penyimpangan dari siklus hidup
yang normal yaitu adanya peristiwa apogamic dan apospori.
1.
Apogami adalah terbentuknya sporofit langsung dari gametofit tanpa persatuan
gamet. Apogami terjadi kemungkinan disebabkan karena terbentuknya tunas pada
protalium yang langsung tumbuh menjadi sporofit atau karena sel telur tumbuh
menjadi sporofit tanpa ada fertilisasi terlebih dahulu. Apogamic dapat terjadi
pada Dropteris, Adiantum, Diplazium, Asplenium, Lycopodium, Equisetum,
Polypodium.
2.
Apospori adalah terbentuknya protalium dari sporofit tanpa melalui pembentukan
spora. Terjadinya apospori disebabkan karena timbulnya filament dari jaringan
sporofit yang kemudian menjadi protalium serta hanya membentuk anteridium,
karena biasanya tidak membentuk arkegonium. Apogamic juga dapat terjadi karena
jaringan sporofit dapat membentuk protalium dari tangkai sporangium, dari daun
dan juga dari jaringan steril pada sorus. Apospori dapat terjadi pada.
Pteridium
aquilinum, Asplenium demorphum, Osmunda regalis, O. javanica, Tectaria
trifoliate dan Pteris cretica, Pteridophyta memiliki cirri-ciri struktur sebagai
berikut:
ü Embrio
sudah dapat dibedakan adanya dua kutub, yaitu kutub atas yang akan berkembang
menjadi tunas dan kutub bawah yang disebut kutub akar. Kutub akar tidak terus
berkembang membentuk akar, karena akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh
ke samping dari batang. Dengan demikian embrio Pteridophyta bersifat unipolar,
akar yang keluar pertama tidak dominan dan segera disusul oleh akar-akar lain
yang muncul dari batang. Akar memiliki kaliptra.
ü Batang
Pteridophyta bercabang-cabang menggarpu atau membentuk cabang-cabang ke samping
yang bukan keluar dari ketiak daun.
ü Daun-daun
pada Pteridophyta yang tinggi tingkat perkembangannya memiliki sifat-sifat yang
sesuai dengan daun Spermatophyta.
ü Dalam
akar, batang dan daun terdapat jaringan pengangkut, yaitu terdiri atas xylem
dan floem. Berkas pengangkut konsentris amfikibral yaitu xylem ditengah
dikelilingi oleh floem.
ü Pertumbuhan
menebal sekunder karena kegiatan cambium belum ada.
ü Sporofit
memiliki kormus yang sesungguhnya. Sporangium dan spora terbentuk pada daun,
kadang-kadang dalam ketiak atau ujung tunas. Daun-daun yang mempunyai
sporangium disebut sporofil, sedangkan daun-daun yang steril disebut tropofil.
ü Sporangium
memiliki lapisan-lapisan dinding yang menyelubungi jaringan sporogen. Sel-sel
sporogen membulat dan memisahkan diri satu sama lain menjadi sel-sel induk
spora. Masing-masing membelah reduksi membentuk 4 spora haploid yang dapat
bergandengan tetraeder.
ü Lapisan
sel-sel yang mengandung banyak plasma dan berguna member makan pada sel-sel
sporogen dinamakan tapetum, terdapat di sekeliling jaringan sporogen.
ü Spora
memiliki tiga lapis dinding, berturut-turut dari luar ke dalam yaitu
perisporium, eksosporium dan endosporium. Endosporium berdinding tipis menempel
di sebelah dalam eksosporium yang berdinding tebal dan kuat, sedangkan
perisporium merupakan lapisan tambahan yang dibentuk dari periplasmodium
(plasma yang melumuri sel-sel induk spora).
Warga
Pteridophyta amat heterogen bila ditinjau dari segi habitus dan cara hidupnya.
Ada jenis yang sangat kecil dengan daun-daun kecil dan struktur yang masih
sangat sederhana, ada pula yang besar dengan daun-daun yang mencapai ukuran
panjang sampai 2 sampai 30 m dengan garis tengah batang sampai 2 m. dari segi
cara hidupnya ada jenis paku yang hidup teresterial, ada paku epifit, dan ada
paku air. Jutaan tahun lalu, hutan-hutan di bumi kemungkinan disusun atas warga
tumbuhan paku yang berupa pohon-pohon yang tinggi besar, dan kita kenal sisanya
sebagai batubara. Jenis-jenis yang sekarang masih ada sebagian besar bersifat
higrofit yang menyukai tempat-tempat teduh dan lembab serta berukuran tinggi
beberapa meter saja.
Jenis paku yang
menghasilkan spora berumah satu dan sama besar disebut paku homospor, sporanya
mempunyai sifat-sifat yang sama, dan setelah berkecambah menghasilkan protalium
dengan anteridium dan arkegonium. Contoh paku homospor dapat dijumpai pada
Filicineae. Paku yang protaliumnya tidak sama besar dan berumah dua disebut
paku heterospor, contohnya pada Selaginellales, dan Hydropteridales. Pemisahan
jenis kelamin telah terjadi pada pembentukan spora, selain berbeda jenis
kelaminnya juga berbeda ukurannya. Spora yang besar dinamakan makrospora dan
terbentuk dalam macrosporangium, dan pada waktu perkecambahan tumbuh menjadi
makroprotalium. Spora yang kecil disebut mikrospora, dihasilkan dalam
mikrosporangium. Mikrospora tumbuh menjadi mikroprotalium. Padanya terdapat
anteridium.
C.
Takson dan Tumbuhan Paku
Takson dan
Klasifikasi Tumbuhan Paku Dalam klasifikasi, makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan
beraneka ragam, dipilah dan dikelompokkan atau disusun tingkatan-tingkatannya
dalam klasifikasi disebut takson. Sedangkan taksonomi adalah cabang biologi
yang mempelajari pengelompokan atau klasifikasi makhluk hidup. Klasifikasi
makhluk hidup adalah suatu cara memilah-milah dan mengelompokkan makhluk hidup
menjadi golongan-golongan tertentu atau unit-unit tertentu. Berikut adalah
skema klasifikasi dunia tumbuhan.
Klasifikasi organisme sampai saat
ini belum ada keseragaman. Masing-masing ahli mempunyau alasan-alasan
tersendiri dalam mengklasifikasikan organisme, sehingga setiap buku banyak
perbedaan dalam menyusun klasifikasi.
Secara tradisional, Pteridophyta
mencakup semua kormofita berspora, kecuali lumut hati, lumut tanduk, dan
tumbuhan lumut. Selain paku sejati (kelas Filicinae), termasuk di dalamnya paku
ekor kuda (Equisetinae), rane dan paku kawat (Lycopodinae), Psilotum
(Psilotinae), serta Isoetes (Isoetinae). Sampai sekarang pun ilmu yang
mempelajari kelompok-kelompok ini disebut pteridologi dan ahlinya disebut
pteridolog.
Sampai
saat ini para ahli mengelompokkan tumbuhan menjadi empat divisi yaitu
Thallophyta (tumbuhan bertalus), Bryophyta (lumut), Pteridophyta (tumbuhan
paku), dan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Disamping itu, ada beberapa ahli
yang membedakan tumbuhan berdasarkan ada atau tidak adanya berkas pembuluh
angkut.
Berdasarkan
klasifikasi tersebut, tumbuhan secara umum dibagi menjadi dua divisi, yaitu
tumbuhan tidak berpembuluh (Thallophyta) dan tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta).
Tumbuhan tidak berpembuluh tidak memiliki akar, batang, daun sejati. Sedangkan
tumbuhan berpembuluh memiliki akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan tidak
berpembuluh meliputi tumbuhan lumut, sedangkan tumbuhan berpembuluh meliputi
tumbuhan paku dan tumbuhan biji.
Tumbuhan
paku termasuk ke dalam kingdom Plantae (tumbuhan) dan memiliki beberapa kelas,
yaitu Psilophytinae, Equisetinae, Lycopodinae, dan Felicinae
1 )
Kelas : Psilophytinae (Paku Purba)

Psilopsida berasal dari kata yunani
yaitu Psilos yang berarti telanjang. Paku Purba (Psilopsida)
adalah tumbuhan paku purba (primitif) yang kebanyakan anggotanya sudah punah
dan ditemukan sebagai fosil. Tumbuhan yang diduga hidup pada periode zaman Silurian
dan Devonian. Dari sebagian spesies yang masih hidup seperti Psilotum
nudum.
Paku
purba meliputi jenis-jenis tumbuhan paku yang sebagian besar telah punah.
Anggotanya ada yang merupakan paku telanjang (tidak berdaun) dan ada yang
berdaun kecil (mikrofil) yang belum terdiferensiasi. Ada diantaranya yang belum
memiliki akar namun sudah mempunyai jaringan pengangkut, semua bersifat
homospor dan sporangium letaknya terminal pada batang.
Struktur dan
Reproduksi Paku Purba (Psilopsida) - Paku purba (Psilopsida) mempunyai
struktur tubuh yang sederhana, dengan ukuran tinggi sekitar 30 cm -1 m.
Sporofit (2n), umumnya tidak memiliki daun dan akar sejati, namun memiliki
rizom yang disekelilingnya terdapat rizoid. Daun paku purba (psilopsida)
memiliki ukuran kecil (mikrofil) yang berbentuk sisik. Sedangkan batang paku
purba (psilopsida) bercabang-cabang dikotomus, berkrolorofil, dan sudah
memiliki sistem vaskuler (pembuluh) dalam mengangkut air dan garam mineral.
Sporangium dibentuk di ketiak ruas batang. Sporangium menghasilkan satu dari
jenis pora yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama (homospora). Dari
gametofit (n) tersusun atas se-sel yang tidak memiliki klorofil sehingga pada
zat organik didapatkan dari simbiosis dengan jamur.
Habitat dan Jenis
Paku Purba (Psilopsida) - Jenis paku yang termasuk dengan paku purba (psilopsida)
adalah Rhynia (paku tidak berdaun) yang telah memfosil. sedangkan yang
masih ada dibumi adalah Tmesipteris ditemukan di kepulauan pasifik dan Psilotum
tumbuh daerah tropus dan subtropis.
1.
Bangsa Psilophytales, memiliki
ciri-ciri:
ü Tumbuhan
yang tergolong dalam bangsa ini merupakan paku telanjang
ü Dikenal
sebagai tumbuhan darat tertua yang tinggal ditemukan fosilnya dalam lapisan
bumi yang amat tua.
ü Merupakan
tumbuhan paku yang paling rendah tingkat perkembangannya.
ü Yang
paling sederhana masih belum berdaun dan belum berakar, namun batangnya sudah
mempunyai berkas pengangkut.
a.
Suku Rhyniaceae
ü Terna
mencapai ± ½ m, tidak berdaun.
ü Batang
dalam tanah membentuk percabangan yang tumbuh tegak ke atas
ü Berkas
pengangkutnya prostostele
ü Sporangium
di ujung cabang, isospora tersusun sebagai tetrad.
ü Contoh:
Rhynia major, zosterophyllum myretonianum, dll.
Gambar
btt2dan 3
gambar:
(atas) Rhynia major,
(bawah)
zosterophyllum myretonianum
b. Suku Asteroxyllaceae
ü Tingginya
mencapai 1 m, punya tonjolan-tonjolan kecil mirip daun yang disebut mikrofil.
ü Berkas
pengangkutnya sifonostele, stele dalam batang berbentuk bintang dan sudah ada
empulur
ü Contoh:
Asteroxillon mackei, A. elberfeldense.
ü gambar:
rizoma dan cabang vegetatif Asteroxillon mackei
c. Suku
Pseudosporochnaceae
ü Pada
ujung sumbu pokok keluar dahan-dahan yang bercabang menggarpu dengan ranting
kecil yang menggarpu juga, di bagian ujungnya ada sporangium berbentuk gada.
ü Bagian-bagian
infertile pada ranting disebut makrofil, berfungsi sebagai alat asimilasi.
ü Contoh:
Pseudosporochnus krejcii. Btr5
gambar:
Pseudosporochnus krejcii
2. Bangsa Psilotales
Terna kecil rendah, batang
bercabang menggarpu dengan mikrofil berbentuk sisik
ü Tidak
berakar hanya berupa rizoid.
ü Sporangium
terdapat diantara taju-taju sporofilyang berbagi menggarpu
ü Sporangium
beruang 3, dinding terdiri dari beberapa lapis, tidak punya tapetum.
ü Protalium
berbentuk silinder dan bercabang, ukurannya hanya beberapa cm, tidak berwarna,
hidup dalam tanah bersimbiosis dengan cendawan mikoriza.
ü Anteridium
dan permukaannya punya banyak ruang mengeluarkan spermatozoid berflagel banyak
ü Arkegonium
kecil dan agak tenggelam
ü Embrio
tidak mempunyai suspensor dan letaknya eksoskopik/ujungnya kearah arkegonium.
ü Contoh:
Psilotum nudum, P. triquetrum, Tmesipteris tannensis.
Tidak ada daun dan akar, tetapi
mempunyai rizom (batang mendatar), atau memiliki daun tetapi kecil-kecil.
Golongan paku ini sudah hampir punah. Kebanyakan hidup di zaman purba dan
ditemukan dalam bentuk fosil. Hanya ada satu jenis yang sekarang masih ada,
tetapi hampir punah yaitu Psilotum. Psilotum banyak terdapat di daerah tropis
dan subtropis.
Ordo : Psilotales
Famili : Psilotaceae
Genus : Psilotum
Spesies : Psilotum nudum (paku
purba)
2)
Kelas: Equisetinae
Sphenopsida
atau Equiseptopsida (Paku Ekor Kuda). Pada masa Karboniferus, Sphenopsida tumbuh melimpah yang
berukuran besar dan tinggi yang mencapai sekitar 15 m. Spesies yang sphenopsida
yang dapat bertahan sekarang ini hanya sekitar 25 spesies yang kebanyakan
berasal dari genus equisetum (sekitar 15 spesies), yang
memiliki tinggi rata-rata 1 m. namun ada juga yang mencapai 4,5 m. Sphenopsida
tumbuh pada tepian sungai yang lembab dan ada didaerah subtropis dibelahan bumi
utara.

Equisetum sp
Struktur Paku Ekor Kuda (Sphenopsida) - Sphenopsida yang disebut dengan
paku ekor kuda (horsetail) disebut dengan paku ekor kuda karna memiliki
percabangan batang yang khas yang berbentuk ulir atau lingkaran yang menyerupai
ekor kuda. Paku ekor kuda biasanya sering tumbuh didaerah berpasir. Sporofitnya
berdaun kecil (mikrofil) atau berbentuk sisik, dan warnanya aga transparan dan
tersusun melingkar pada batang. Struktur batang sphenopsida yang berongga dan
beruas-ruas.
Dinding batang keras yang disusun
atas sel-sel yang mengandung silika (sehingga dikenal dengan scouring rushes
atau ampelas, yang digunakan sebagai bahan penggosok). Batang paku ekor kuda
memiliki rhizoma yang pada ujungnya terdapat strobilus dimana struktur anatomi
batang tersebut terdapat sporangia. Sporangium akan menghasilkan spora dengan
bentuk dan ukuran yang sama, namun ada juga yang berjenis jantan maupun betina,
sehingga paku ekor kuda disebut juga sebagai paku peralihan.
Reproduksi Paku Ekor Kuda (Sphenopsida) - Gametofit paku ekor kuda
berukuran kecil (hanya beberapa milimeter) dan mengandung klorofil sehingga
dapat berfotosintesis. Gametofit ada yang menghasilkan alat kelamin jantan
(anteridium), dan ada juga menghasilkan alat kelamin betina (arkegonium). Gametofit
jantan akan tumbuh dari spora jantan, sedangkan betina akan tumbuh dari spora
betina.
Paku yang merupakan peralihan antara
yang homospora dengan heterospora equisetum debile. Kelas Equisetinae memiliki
ciri batangnya beruas, berbuku, dan berongga, daun kecil-kecil seperti sisik,
terletak melingkar pada buku-buku. Sporangiumnya melekat pada sporofil yang
berbentuk perisai dan bertangkai. Sporofil tersusun menjadi strobilus yang
letaknya diujung percabangan. Batangnya dapat bercabang. Cabang duduk mengitari
batang utama. Batangnya berwarna hijau dan mengandung klorofil.
Ordo
: Equisetales
Famili
: Equisetaceae
Genus
: Equisetum
Spesies
: Equisetum debile (paku ekor kuda)
3)
Kelas : Lycopodinae

Lycopsida
(Paku Kawat).
Lycopsida (paku kawat/paku rambut) disebut juga dengan club moss (lumut
ganda) atau ground pine (pinus tanah), namun yang sebernanya bukan merupakan
lumut atau pinus. Lycopsida diperkirakan sudah ada pada masa Devonian, dan
tumbuh melimpah pada masa karboniferus. Lycopsida pada masa tersebut telah
menjadi fosil atau endapan batubara.
Pada masa karboniferus lycopsida
memiliki ukuran yang besar sekitar 3 m yang hidup dirawa-rawa selama jutaan
tahun, namun punah ketika rawa-rawa mengering. Adapun lycopsida yang masih
bertahan pada saat ini, namun memiliki ukuran kecil yang banyak tumbuh di
daerah tropis, tanah, epifit di kulit pohon, tetapi tidak bersifat parasit.
Struktur dan Rekroduksi Paku Kawat (Lycopsida) - Bagian tubuh Lycopsida yang paling
mudah kita lihat adalah generasi sporofit (2n) yang tersusun atas sel-sel yang
memiliki kandungan klorofil dan memiliki daun yang seperti rambut atau sisik
yang tersusun rapat pada batangnya. Batangnya memiliki bentuk seperti kawat,
pada bagian ujung batang yang bercabang-cabang dan terdapat sporofil dengan
struktur berbentuk gada (strobilus) yang mengandung sporangium.
Sporangium yang menghasilkan spora.
Lycopsida ada yang menghasilkan satu jenis spora (homospora) seperti Lycopodium
sp. dan ada juga yang menghasilkan dua jenis spora (heterospora) seperti
Selaginella sp. Gametofit (n) memiliki ukuran tubuh yang kecil dan tidak
berkrolofil sehingga zat organik diperoleh dari cara bersimbiosis dengan jamur.
Gameofit ada yang menghasilkan dua jenis alat kelamin (biseksual), seperti
Lycopodium sp. dan ada juga yang menghasilkan satu jenis alat kelamin
(uniseksual) seperti Selaginella sp.
Berupa daun kecil tersusun rapat dan
tersusun spiral, sporangium muncul di ketiak daun dan berkumpul membentuk
strobilus (kerucut), batangnya bercabang-cabang dan seperti kawat. Sporofit
bentuk jantung, punya sporangium bentuk ginjal sebagian anggotanya termasuk
paku heterospora. Akar bercabang menggarpu, terletak di sepanjang bagian bawah
dari rimpang. Tumbuh tegak atau berbaring dengan cabang-cabang menjulang ke
atas. Cabang-cabang tertutup oleh daun. Memiliki berkas pengangkut yang masih
sederhana
Ordo : Lycopodiales
Famili : Licopodiaceae
Genus : Lycopodium (paku kawat)
Spesies : Lycopodium clavantum, Lycopidium cernatum, dan
Selaginella widenowii (Paku rane).
4. Pteropsida (Paku Sejati)

Pteropsida (paku sejati) memiliki jumlah spesies sekitar
12.000. Pteropsida (paku sejati) atau pakis adalah kelompok yang sering kita
temukan di berbagai habitat khususnya pada tempat yang lembap. Pteropsida hidup
di tanah, air, dan epifit pada pohon. Pteropsida yang hidup dihutan tropis
memiliki variasi jenis, namun ada juga yang dapat ditemukan di daerah beriklim
sedang yaitu subtopis.

Struktur dan Reproduksi Paku Sejati
(Pteropsida) - Sporofit Pteropsida memiliki akar,batang, dan daun. Ukuran
batang pteropsida itu sendiri bervariasi ada yang kecil dan besar seperti
pohon. Pada batang paku sejati ini berada dibawah permukaan tanah (rizom)
sedangkan Daun pterospida memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan
kelompok yang lainnya. Pada umumnya daun paku sejati memiliki bentuk seperti
lembaran yang berukuran besar (makrofil) yang majemuk atau terbagi menjadi
beberapa lembaran dengan tulang daun yang bercabang-cabang. Daun yang masih
mudah akan menggulung (circinate).
Pteropsida memiliki sporofil ( daun yang menghasilkan spora)
dan tropofil (daun yang digunakan untuk fotosintesis dan tidak mengandung
spora). Pada sporofil terdapat sporangium yang terkumpul dalam sorus
dibawah bawah permukaan daun. Pada Pteropsida yang hidup di air, sporangium
berkumpul dalam sporokarp. Gametofit pterospsida memiliki klorofil yang
berukuran bervariasi yang disebtu dengan protalium. Gametofit bersifat
biseksual dan uniseksual. Contoh Jenis Paku Sejati (Pteropsida) adalah adiantum
fimbriatum, marsilea crenata, Asplenium nidus,

Paku
sejati dikenal sebagai tumbuhan paku yang sebenarnya dan dapat dilihat di
sekitar kita, yang umumnya disebut pakis. Paku sejati memiliki banyak tulang
daun dan mempunyai makrofil (daun besar), serta mesofil (daging daun).
Memiliki daun ukuran lebih besar. Sporangium tersusun dalam bentuk sorus
di permukaan daun.
Letak
sorus di permukaan daun (atas, bawah), di ujung/di tepi. Paku sejati ada yang
tumbuh di darat, air, atau rawa-rawa. Kelompok yang hidup di darat meliputi
jenis paku dari yang terkecil sampai yang terbesar (berupa pohon), misalnya
suplir, paku sarang burung dan paku tiang. Kelompok yang hidup di air misalnya
paku air, paku sampan, dan semanggi.
a. Subkelas : Eusporangiatae
Sporangium mempunyai dinding tebal dan kuat yang terdiri
atas beberapa lapis sel, spora sama besar. Kelas ini meliputi tumbuhan paku
menurut pengertian kita sehari-hari, yang telah mempunyai makrofil dengan
tulang-tulang daun dan mesofil di antaranya.
o Ordo : Marattiales
Famili
: Marattiaceae
Genus
: Christensenia
Spesies
: Christensenia Aesculifolia
o Ordo :Ophioglossales
Genus
: Ophioglossum
Spesies
: Ophioglossum reticulum
b.
Subkelas : Leptosporangiatae
o Famili : Schizaeaceae
Spesies : Lygodium circinnatum
o Famili : Gleicheniaceae
Spesies : Gleicenia linearis (paku resam)
o Famili : Hymenophyaceae
Spesies : Hymenophillum australe
o Famili : Cyatheaceae
Spesies : Alsophlia glauca (paku tiang)
o Famili : Davalliceae
Spesies
: Davallia trichomanoides
o Famili : Aspidiaceae
Spesies : Aspidium
filix-mas
o Famili : Aspleniaceae
Spesies :
Asplenium nidus (paku sarang burung)
o Famili : Pteridaceae
Spesies : Adiantum
cuneatum (suplir)
o Famili : Polypodiaceae
Spesies :
Drymoglossum heterophyllum (paku picis)
o Famili : Arcrostichaceae
Spesies :
Acrostichum aureum (paku laut), Platycerium bifurcatum (paku tanduk rusa).
c.
Subkelas : Hydropterides
o Famili : Salviniaceae
Spesies : Salvinia
natans (paku sampan)
o Famili : Marsileaceae
Spesies : Marsilea
crenata (semanggi).
D. Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku (Ptridophyta) diduga
merupakan tumbuhan berkormus tertua yang menghuni daratan bumi. Fosil tumbuhan
paku dijumpai pada batu-batuan zaman Karbon, diperkirakan berasal dari 345 juta
tahun yang lalu. Ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula sebagi epifit.
Paku menyukai tempat lembab (higrofit), tumbuhnya mulai dari pantai (paku laut)
sampai sekitar kawah-kawah (paku kawah).
Tumbuhan berkormus adalah tumbuhan
yang memiliki batang, akar dan daun yang sebenarnya. Artinya, batang, akar dan
daunnya sudah memiliki pembuluh angkut xylem dan floem.
Total spesies yang diketahui hampir
10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia sebagian besar
tumbuh di daerah tropika basah yang lembab., yang juga dikenal sebagai masa
keemasan tumbuhan paku karena merajai hutan-hutan di bumi. Tumbuhan paku tidak
menghasilkan biji, tetapi menghasilkan spora.
Spora dihasilkan oleh daun, biasanya
pada permukaan bawah daun. Daun yang masih muda menggulung. Mengapa disebut
tumbuhan paku disebut juga tumbuhan berkormus? Hal ini dikarenakan tumbuhan
paku memiliki akar, batang dan daun.
Tumbuhan paku juga termasuk kedalam
kelompok Tracheophyta yang memiliki jaringan pengangkut khusus yang berbentuk
pembuluh (pipa). Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang
terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman Karbon. Tumbuhan paku
yang ada di bumi ini mempunyai masa kejayaan dalam zaman Paileozoikum, terutama
dalam zaman karbon atau disebut zaman paku. Sisa-sisanya sekarang dapat digali
sebagai batubara.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Tumbuhan paku (Ptridophyta) diduga
merupakan tumbuhan berkormus tertua yang menghuni daratan bumi. Taksonomi
tumbuhan paku (pteridophya) terbagi atas empat subdivisi, yaitu Psilopsida
(paku purba), Lycopsida (paku kawat), Sphenopsida atau Equisetopsida (paku ekor
kuda), dan Pteriopsida (paku sejati).
Ciri-Ciri
Paku Purba (Psilopsida), dari uraian seperti diatas dapat kita simpulkan ciri-ciri
dari paku purba (psilopsida, adalah pada umumnya memiliki daun yang kecil (mikrofil)
dan batang berkrolorofil. Merupakan tumbuhan yang sederhana. Tinggi paku purba sekitar 30 cm -1
m. Pada sporofit umumnya tidak memiliki daun dan akar sejati. Akar berupa rizom yang dikelilingi
oleh rizoid. Batang paku purba bercabang-cabang dan memiliki sistem vaskuler. Sporangium
menghasilkan satu jenis bentuk dan ukuran yang sama. Hidup didaerah tropis
dan subtropis.
Ciri-Ciri
Paku Ekor Kuda (Sphenopsida atau Equiseptopsida), adalah kebanyakan tumbuh pada
tepian sungai dan daerah subtropis dibelahan bumi utara. Memiliki
tinggi sekitar 1 m hingga tertinggi mencapai 4,5 m. Memiliki percabangan batang
yang berbentuk ulir atau lingkaran yang menyerupai ekor kuda. Sporofit berdaun kecil (mikrofil)
dengan berbentuk sisik yang mengandung silika. Memiliki warna agak transparan dan
terususun melingkar pada batang. Struktur batang yang berongga dan
beruas-ruas. Memiliki akar, batang dan daun sejati. Sporangium terdapat pada
strobilus yang menghasilkan satu jenis spora.
Ciri-Ciri
Paku Kawat (Lycopsida), adalah batang berbentuk seperti kawat dan struktur berbentuk
gada. Ujung batang tersusun sporofil. Batang mengandung sporangium. Memiliki
akar, batang dan daun sejati. Tumbuh didaerah tropis, ditanah, dan epifit di
kulit pohon yang tidak bersifat parasit. Daun yang berbentuk seperti rambut
atau sisik yang tersusun pada batang. Sporofit mengandung klorofil. Menghasilkan
satu jenis spora (homospora) dan dua jenis spora (heterospora). Gametofit
berukuran kecil dan tidak berkrolofil. Gametofit menghasilkan dua jenis
alat kelamin (biseksual), dan satu jenis alat kelamin (uniseksual).
Ciri-Ciri
Pteropsida (Paku Sejati), adalah memiliki akar, batang, dan
daun sejati. Kebanyakan tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Dapat ditemukan
di habitat yang lembab dan Hidup di tanah, di air, atau epifit di pohon. Memiliki
ukuran batang yang bervariasi. Batang berada dibawah permukaan tanah (rizom). Daun
paku sejati memiliki ukuran yang besar dibanding dengan kelompok paku yang
lainnya. Pada umumnya, daun paku sejati memiliki ukuran yang besar (makrofil)
yang terbagi menjadi lembaran dengan tulang daun yang bercabang-cabang. Daun
yang masih mudah akan menggulung (circinate). Sporangium terkumpul dalam sorul
yang berada dibawah permukaan daun. Gametofit bersifat biseksual dan
uniseksual dan gametofit memiliki klorofil dengan ukuran yang bervariasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar