Kamis, 28 Desember 2017

PTERIDOPHYTA



BAB  I
PENDAHULUAN


  A.    Latar Belakang Masalah
Dunia tumbuhan mudah dikenali, karena tampak sehari-hari. Warna-warni daun dan bunga menampilkan rona dan pemadangan yang menarik bagi kita. Tumbuhan merupkan kelompok makhluk hidup yang mampu membuat makannanya sendiri, karena memiliki  zat hijau daun (klorofil) yang sudah tersusun dalam organel khusus yaitu kloroplas. Adanya kloroplas ini memungkinkan tumbuhan mampu mensintesis makanannya dari zat-zat anorganik melalui proses fotosintesis. Dengan kata lain tumbuhan tergolong dalam makhluk autotrof.
Ciri lain yang membedakan dunia tumbuhan dengan organisme lain adalah bahwa  tumbuhan memiliki struktur dinding sel yang kaku yang tersusun dari senyawa selulosa. Adanya  struktur dinding sel ini maka tumbuhan umumnya tidak memilki kemampuan berpindah/bergerak secara bebas seperti hanya kelompok dunia hewan.
Kelompok dunia tumbuhan yang ada di bumi sekarang sangatlah beragam, dan banyak dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia baik digunakan secara langsung sebagai bahan pangan, sandang dan papan maupun untuk kebutuhan industri lainnya.
Dalam setiap keanekaragaman tumbuhan, para ahli botani selalu menghadapi persoalan dalam menentukan tingkat takson golongan tumbuhan yang dihadapi. Tingkat takson sangat penting karena tampa adanya tingkatan takson, maka manfaat sistem klasifikasi tidak dapat diperoleh. Menurut kesepakatan internasional, istilah-istilah untuk menyebut masing-masing takson bagi tumbuhan itu tempatnya tidak boleh diubah sehingga masing-masing istilah itu menunjukkan kedudukan atau tingkat dalam hierarki atau menunjukkan kategorinya dalam sistem klasifikasi. Dalam taksonomi tumbuhan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu takson sekaligus mencerminkan pula di mana posisi dan seberapa tinggi tingkatnya dalam hierarki klasifikasi.
Tingkatan takson merupakan tingkatan dari suatu unit atau kelompok makhluk hidup yang disusun mulai dari tingkat paling tinggi hingga tingkat paling rendah. Urutan tingkatan takson dalam klasifikasi mulai dari tingkat paling tinggi hingga tingkat paling rendah, yaitu (1) kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia), (2) phylum (filum), atau divisio(divisi), (3) classis (kelas), (4) ordo (bangsa), (5) familia (famili/suku), (6) genus (marga), (7) species (spesies/jenis), dan (8) varietas (ras).
Semakin Tinggi tingkatan takson, maka akan semakin banyak pula anggota takson, namun makin akan banyak pula perbedaan ciri antar sesama anggota takson, Sebaliknya, semakin rendah tingkatan takson maka semakin sedikit pula anggota takon, dan semakin banyak pula persamaan ciri antar anggota takson.
Dalam klasifikasi, makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan beraneka ragam, dipilah dan dikelompokkan atau disusun tingkatan-tingkatannya dalam klasifikasi disebut takson. Sedangkan taksonomi adalah cabang biologi yang mempelajari pengelompokan atau klasifikasi makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup adalah suatu cara memilah-milah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan-golongan tertentu atau unit-unit tertentu. Berikut adalah skema klasifikasi dunia tumbuhan.
Klasifikasi organisme sampai saat ini belum ada keseragaman. Masing-masing ahli mempunyau alasan-alasan tersendiri dalam mengklasifikasikan organisme, sehingga setiap buku banyak perbedaan dalam menyusun klasifikasi.
Secara tradisional, Pteridophyta mencakup semua kormofita berspora, kecuali lumut hati, lumut tanduk, dan tumbuhan lumut. Selain paku sejati (kelas Filicinae), termasuk di dalamnya paku ekor kuda (Equisetinae), rane dan paku kawat (Lycopodinae), Psilotum (Psilotinae), serta Isoetes (Isoetinae). Sampai sekarang pun ilmu yang mempelajari kelompok-kelompok ini disebut pteridologi dan ahlinya disebut pteridolog.
Sampai saat ini para ahli mengelompokkan tumbuhan menjadi empat divisi yaitu Thallophyta (tumbuhan bertalus), Bryophyta (lumut), Pteridophyta (tumbuhan paku), dan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Disamping itu, ada beberapa ahli yang membedakan tumbuhan berdasarkan ada atau tidak adanya berkas pembuluh angkut.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, tumbuhan secara umum dibagi menjadi dua divisi, yaitu tumbuhan tidak berpembuluh (Thallophyta ) dan tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta). Tumbuhan tidak berpembuluh tidak memiliki akar, batang, daun sejati. Sedangkan tumbuhan berpembuluh memiliki akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan tidak berpembuluh meliputi tumbuhan lumut, sedangkan tumbuhan berpembuluh meliputi tumbuhan paku dan tumbuhan biji.
Tumbuhan paku termasuk ke dalam kingdom Plantae (tumbuhan) dan memiliki beberapa kelas, yaitu Psilophytinae, Equisetinae, Lycopodinae, dan Felicinae. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai Bryophyta dan tingkat takson atau antar taksa pada Bryophyta.

   B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam makalah mengenai herbarium kering ini adalah:
1.      Apakah yang taksonomi tumbuhan?
2.      Bagaimanakah taksonomi pada tumbuhan paku?
3.      Bagaimanakah ciri-ciri umum Pteridophyta?
4.      Bagaimanakan macam-macam tumbuhan paku?

   C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1.      Mahasiswa dapat mngetahui mengenai taksonomi tumbuhan.
2.      Mahasiswa dapat mngetahui mengenai ciri-ciri umum Pteridophyta.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui mengenai taksonomi pada tumbuhan paku pada tumbuhan tingkat rendah.


BAB II
PEMBAHASAN


   A.    Pengertian Taksonomi Tumbuhan
Tingkatan takson merupakan tingkatan dari suatu unit atau kelompok makhluk hidup yang disusun mulai dari tingkat paling tinggi hingga tingkat paling rendah.
Urutan tingkatan takson dalam klasifikasi mulai dari tingkat paling tinggi hingga tingkat paling rendah, yaitu (1) kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia), (2) phylum (filum), atau divisio(divisi), (3) classis (kelas), (4) ordo (bangsa), (5) familia (famili/suku), (6) genus (marga), (7) species (spesies/jenis), dan (8) varietas (ras).
Semakin Tinggi tingkatan takson, maka akan semakin banyak pula anggota takson, namun makin akan banyak pula perbedaan ciri antar sesama anggota takson, Sebaliknya, semakin rendah tingkatan takson maka semakin sedikit pula anggota takon, dan semakin banyak pula persamaan ciri antar anggota takson.
1.      Kingdom atau Regnum
               Kingdom adalah tingkatan takson yang tertinggi dengan jumlah anggota takson terbesar. Organisme di bumi dikelompokkan menjadi beberapa kingdom, antara lain (1) kingdom Animalia (hewan), (2) kingdom Plantae (tumbuhan), (3) kingdom fungi (jamur), (4) kingdom Monera (Organisme uniseluler tapa nukleus), dan (5) kingdom Protista (eukariotik yang memiliki jaringan sederhana).
2.      Phylum atau Divisio
               Filum (phylum) digunakan untuk takson hewan, sedangkan divisi (divisio) digunakan untuk takson tumbuhan. Kingdom Animalia dibagi menjadi beberapa filum, seperti filum Chordata (memiliki notokorda saat embrio), filum Echinodermata( hewan berkulit duri), dan filum platyhelminthes (cacing pipih). Nama divisi pada tumbuhan menggunakan akhiran –phyta.
               Contohnya kingdom plantae dibagi menjadi tiga divisi, antaera lain Bryophyta (tumbuhan lumut), Pteridophyta(tumbuhan paku) dan Spermatophyta(tumbuhan berbiji).
3.      Classis (kelas)
               Anggota takson pada setiap filum atau divisi diklasifikasikan berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu. Nama kelas tumbuhan menggunakan akhiran akhiran yang berbeda-beda, antara lain: -opsida (untuk lumut), -edoneae (untuk tumbuhan berbiji tertutup), -phyceae (untuk alga), dan lain-lain. Contohnya divisi Angiospermae dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas Monocotyledoneae dan kelas Dicotyledoneae; divisi Bryophyta diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Hepaticopsida (lumut hati), Anthoceratopsida(lumut tanduk), dan Bryopsida (lumut daun); dan filum Chrysophyta (ganggang keemasan) dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu Xanthophyceae, Chrysophyceae, dan Bacillariopyceae.
4.      Ordo (bangsa)
               Anggota takson pada setiap kelas dikelompokkan lagi menjadi ordo berdasarkan persamaan ciri-ciri yang lebih khusus. Nama ordo pada takson tumbuhan umumnya menggunakan akhiran -ales . Sebagai contoh kelas Dicotyledoneae dibagi menjadi beberapa ordo, antara lain ordo Solanales, Cucurbitales, Rosales, Malvales, Asterales, dan Poales.
5.      Familia
               Anggota takson setiap ordo diklasifikasikan lagi menjadi bebrapa famili berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu. Famili berasal dari bahasa Latin familia. Nama famili pada tumbuhan umumnya menggunakan akhiran -aceae misalnya Compositae (nama lain Asteraceae) dan Graminae (nama lain Poaceae). Sementara itu, nama famili pada hewan umumnya menggunakan akhiran kata -idae , misalnya Homonidae (manusia), Felidae (kucing), dan Canidae (anjing).
6.      Genus
               Anggota takson setiap famili dikelompokkan lagi menjadi beberapa genus berdasarkan persamaannya pada ciri-ciri tertentu yang lebih khusus. Kaidah penulisan nama genus ialah menggunakan huruf kapital pada kata pertama dan dicetak miring atau digarisbawahi. Sebagai contoh, famili Poaceae terdiri atas genus, Zea (jagung), Triticum (gandum), Saccharum (tabu), dan Oryza (Padi-padian).
7.      Species
               Spesies adalah tingkatan takson paling dasar atau paling rendah. Anggota takson spesies memiliki persamaan ciri paling banyak dan terdiri atas organisme yang bila melakukan perkawinan secara alamiah dapat menghasilkan keturunan yang fertil (subur). Nama spesies terdiri dari dua kata; kata pertama menunjukkan nama genusnya dan kata kedua menunjukkan nama spesifiknya. Sebagai contoh, pada genus Rosa terdapat spesies Rosa multiflora, Rosa canina , Rosa gigiantea, Rosa alba, Rosa rugosa , dan Rosa dumalis.
8.      Varietas atau Ras
               Pada organisme-organisme satu spesies kadang kala masih ditemukan perbedaan ciri yang sangat jelas, sangat khusus atau bervariasi sehingga diesebut varietas(kultivar) atau ras . Istilah varietas dan kultivar digunakan dalam spesies tumbuhan, sedangkan dalam spesies hewan digunakan istilah ras. Varietas dapat diartikan secara botani dan secara agronomi.
               Varietas secara botani adalah populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan perbedaan ciri yang jelas. penamaannya diatur oleh ICBN (International Code of Botanical Nomenclature). Penulisan varietas secara didahului dengan singkatan var, dan nama varietas dicetak miring (italic) atau digarisbawahi (underline). Contohnya: Oryza sativa var indica (padi) dan Zea mays L. var tunicata (jagung).
               Sementara itu varietas secara agronomi merupakan sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih ciri khas yang dapat dibedakan secara jelas dan ciri tersebut dapat dipertahankan bila dikembangbiakkan secara vegetatif (aseksual) maupu secara generatif (seksual).
               Diantara tingkatan takson tersebut terkadang terdapat tingkatan antara. Tingkatan dibawah suatu takson menggunakan nama subtakson. Contohnya di bawah filum ada subantara subfilum, dibawah ordo ada subordo, dibawah famili ada subfamili, dan seterusnya. Nama subfamili pada hewan umumnya menggunakan akhiran -inae, misalnya Caniae, Felinae, dan Boainae. Sebaliknya, di atas tingkatan takson terdapat supertakson. Contohnya di atas kelas ada superkelas, diatas ordo ada superordo, di atas famili ada tingkatan superfamili, dan seterusnya.
               Pembagian kelompok takson dari kelompok besar sampai ke kelompok yang lebih khusus atau tingkat jenis, secara garis besar dan berurutan ditulis sebagai berikut : Kingdom – Divisi – Kelas – Bangsa – Suku – Marga – Spesies.
               Setiap takson diberi nama tertentu. Sistem penanaman takson untuk klasifikasi tumbuhan lebih  teratur daripada klasifikasi hewan, karena setiap nama golongannya memiliki akhiran tertentu. Perbedaan nama ilmiah untuk setiap takson adalah didasarkan kepada banyak sedikitnya karakter persamaan dan perbedaan dalam identifikasi dan deskripsi dari organisme itu. Karakter organisme mencakup warna, bentuk, tekstur, alat reproduksi, dan ciri lainnya.

  B.     Ciri-ciri umum Pteridophyta
Perbedaan Pteridophyta dengan Bryophyta adalah pada tumbuhan paku dikenal sebagai tumbuhannya sporofit, sedangkan pada tumbuhan lumut yang dikenal sebagai tumbuhannya yaitu gametofit. Gametofit pada tumbuhan paku dinamakan protalium yang hanya berumur bebera minggu saja. Besarnya hanya beberapa sentimeter bentuknya menyerupai tallus Hepaticae yang umumnya seperti jantung, berwarna hijau dan melekat pada substratnya dengan rizoid-rizoid. Anteridium dan arkegonium terdapat di sisi bawah protalium diantara rizoid-rizoidnya.
Pada Pteridophyta juga ada kemungkinan terjadinya penyimpangan dari siklus hidup yang normal yaitu adanya peristiwa apogamic dan apospori.
1. Apogami adalah terbentuknya sporofit langsung dari gametofit tanpa persatuan gamet. Apogami terjadi kemungkinan disebabkan karena terbentuknya tunas pada protalium yang langsung tumbuh menjadi sporofit atau karena sel telur tumbuh menjadi sporofit tanpa ada fertilisasi terlebih dahulu. Apogamic dapat terjadi pada Dropteris, Adiantum, Diplazium, Asplenium, Lycopodium, Equisetum, Polypodium.
2. Apospori adalah terbentuknya protalium dari sporofit tanpa melalui pembentukan spora. Terjadinya apospori disebabkan karena timbulnya filament dari jaringan sporofit yang kemudian menjadi protalium serta hanya membentuk anteridium, karena biasanya tidak membentuk arkegonium. Apogamic juga dapat terjadi karena jaringan sporofit dapat membentuk protalium dari tangkai sporangium, dari daun dan juga dari jaringan steril pada sorus. Apospori dapat terjadi pada.
Pteridium aquilinum, Asplenium demorphum, Osmunda regalis, O. javanica, Tectaria trifoliate dan Pteris cretica, Pteridophyta memiliki cirri-ciri struktur sebagai berikut:
ü  Embrio sudah dapat dibedakan adanya dua kutub, yaitu kutub atas yang akan berkembang menjadi tunas dan kutub bawah yang disebut kutub akar. Kutub akar tidak terus berkembang membentuk akar, karena akar tumbuhan paku bersifat endogen dan tumbuh ke samping dari batang. Dengan demikian embrio Pteridophyta bersifat unipolar, akar yang keluar pertama tidak dominan dan segera disusul oleh akar-akar lain yang muncul dari batang. Akar memiliki kaliptra.
ü  Batang Pteridophyta bercabang-cabang menggarpu atau membentuk cabang-cabang ke samping yang bukan keluar dari ketiak daun.
ü  Daun-daun pada Pteridophyta yang tinggi tingkat perkembangannya memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan daun Spermatophyta.
ü  Dalam akar, batang dan daun terdapat jaringan pengangkut, yaitu terdiri atas xylem dan floem. Berkas pengangkut konsentris amfikibral yaitu xylem ditengah dikelilingi oleh floem.
ü  Pertumbuhan menebal sekunder karena kegiatan cambium belum ada.
ü  Sporofit memiliki kormus yang sesungguhnya. Sporangium dan spora terbentuk pada daun, kadang-kadang dalam ketiak atau ujung tunas. Daun-daun yang mempunyai sporangium disebut sporofil, sedangkan daun-daun yang steril disebut tropofil.
ü  Sporangium memiliki lapisan-lapisan dinding yang menyelubungi jaringan sporogen. Sel-sel sporogen membulat dan memisahkan diri satu sama lain menjadi sel-sel induk spora. Masing-masing membelah reduksi membentuk 4 spora haploid yang dapat bergandengan tetraeder.
ü  Lapisan sel-sel yang mengandung banyak plasma dan berguna member makan pada sel-sel sporogen dinamakan tapetum, terdapat di sekeliling jaringan sporogen.
ü  Spora memiliki tiga lapis dinding, berturut-turut dari luar ke dalam yaitu perisporium, eksosporium dan endosporium. Endosporium berdinding tipis menempel di sebelah dalam eksosporium yang berdinding tebal dan kuat, sedangkan perisporium merupakan lapisan tambahan yang dibentuk dari periplasmodium (plasma yang melumuri sel-sel induk spora).
Warga Pteridophyta amat heterogen bila ditinjau dari segi habitus dan cara hidupnya. Ada jenis yang sangat kecil dengan daun-daun kecil dan struktur yang masih sangat sederhana, ada pula yang besar dengan daun-daun yang mencapai ukuran panjang sampai 2 sampai 30 m dengan garis tengah batang sampai 2 m. dari segi cara hidupnya ada jenis paku yang hidup teresterial, ada paku epifit, dan ada paku air. Jutaan tahun lalu, hutan-hutan di bumi kemungkinan disusun atas warga tumbuhan paku yang berupa pohon-pohon yang tinggi besar, dan kita kenal sisanya sebagai batubara. Jenis-jenis yang sekarang masih ada sebagian besar bersifat higrofit yang menyukai tempat-tempat teduh dan lembab serta berukuran tinggi beberapa meter saja.
Jenis paku yang menghasilkan spora berumah satu dan sama besar disebut paku homospor, sporanya mempunyai sifat-sifat yang sama, dan setelah berkecambah menghasilkan protalium dengan anteridium dan arkegonium. Contoh paku homospor dapat dijumpai pada Filicineae. Paku yang protaliumnya tidak sama besar dan berumah dua disebut paku heterospor, contohnya pada Selaginellales, dan Hydropteridales. Pemisahan jenis kelamin telah terjadi pada pembentukan spora, selain berbeda jenis kelaminnya juga berbeda ukurannya. Spora yang besar dinamakan makrospora dan terbentuk dalam macrosporangium, dan pada waktu perkecambahan tumbuh menjadi makroprotalium. Spora yang kecil disebut mikrospora, dihasilkan dalam mikrosporangium. Mikrospora tumbuh menjadi mikroprotalium. Padanya terdapat anteridium.
  C.    Takson dan Tumbuhan Paku
Takson dan Klasifikasi Tumbuhan Paku Dalam klasifikasi, makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan beraneka ragam, dipilah dan dikelompokkan atau disusun tingkatan-tingkatannya dalam klasifikasi disebut takson. Sedangkan taksonomi adalah cabang biologi yang mempelajari pengelompokan atau klasifikasi makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup adalah suatu cara memilah-milah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan-golongan tertentu atau unit-unit tertentu. Berikut adalah skema klasifikasi dunia tumbuhan.
Klasifikasi organisme sampai saat ini belum ada keseragaman. Masing-masing ahli mempunyau alasan-alasan tersendiri dalam mengklasifikasikan organisme, sehingga setiap buku banyak perbedaan dalam menyusun klasifikasi.
Secara tradisional, Pteridophyta mencakup semua kormofita berspora, kecuali lumut hati, lumut tanduk, dan tumbuhan lumut. Selain paku sejati (kelas Filicinae), termasuk di dalamnya paku ekor kuda (Equisetinae), rane dan paku kawat (Lycopodinae), Psilotum (Psilotinae), serta Isoetes (Isoetinae). Sampai sekarang pun ilmu yang mempelajari kelompok-kelompok ini disebut pteridologi dan ahlinya disebut pteridolog.
Description: D:\BTR MAKALAH FIX\materi tentang pteridophyta\Takson dan Klasifikasi Tumbuhan Paku - Dunia Tumbuhan_files\Sa-fern_002.jpg
Sampai saat ini para ahli mengelompokkan tumbuhan menjadi empat divisi yaitu Thallophyta (tumbuhan bertalus), Bryophyta (lumut), Pteridophyta (tumbuhan paku), dan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Disamping itu, ada beberapa ahli yang membedakan tumbuhan berdasarkan ada atau tidak adanya berkas pembuluh angkut.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, tumbuhan secara umum dibagi menjadi dua divisi, yaitu tumbuhan tidak berpembuluh (Thallophyta) dan tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta). Tumbuhan tidak berpembuluh tidak memiliki akar, batang, daun sejati. Sedangkan tumbuhan berpembuluh memiliki akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan tidak berpembuluh meliputi tumbuhan lumut, sedangkan tumbuhan berpembuluh meliputi tumbuhan paku dan tumbuhan biji.
Tumbuhan paku termasuk ke dalam kingdom Plantae (tumbuhan) dan memiliki beberapa kelas, yaitu Psilophytinae, Equisetinae, Lycopodinae, dan Felicinae
1   )      Kelas : Psilophytinae (Paku Purba)
Description: C:\Users\NURILAH\Downloads\Pictures\hh.jpg
Psilopsida berasal dari kata yunani yaitu Psilos yang berarti telanjang. Paku Purba (Psilopsida) adalah tumbuhan paku purba (primitif) yang kebanyakan anggotanya sudah punah dan ditemukan sebagai fosil. Tumbuhan yang diduga hidup pada periode zaman Silurian dan Devonian. Dari sebagian spesies yang masih hidup seperti Psilotum nudum. 
Paku purba meliputi jenis-jenis tumbuhan paku yang sebagian besar telah punah. Anggotanya ada yang merupakan paku telanjang (tidak berdaun) dan ada yang berdaun kecil (mikrofil) yang belum terdiferensiasi. Ada diantaranya yang belum memiliki akar namun sudah mempunyai jaringan pengangkut, semua bersifat homospor dan sporangium letaknya terminal pada batang.
Struktur dan Reproduksi Paku Purba (Psilopsida) - Paku purba (Psilopsida) mempunyai struktur tubuh yang sederhana, dengan ukuran tinggi sekitar 30 cm -1 m. Sporofit (2n), umumnya tidak memiliki daun dan akar sejati, namun memiliki rizom yang disekelilingnya terdapat rizoid. Daun paku purba (psilopsida) memiliki ukuran kecil (mikrofil) yang berbentuk sisik. Sedangkan batang paku purba (psilopsida) bercabang-cabang dikotomus, berkrolorofil, dan sudah memiliki sistem vaskuler (pembuluh) dalam mengangkut air dan garam mineral. Sporangium dibentuk di ketiak ruas batang. Sporangium menghasilkan satu dari jenis pora yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama (homospora). Dari gametofit (n) tersusun atas se-sel yang tidak memiliki klorofil sehingga pada zat organik didapatkan dari simbiosis dengan jamur.
Habitat dan Jenis Paku Purba (Psilopsida) - Jenis paku yang termasuk dengan paku purba (psilopsida) adalah Rhynia (paku tidak berdaun) yang telah memfosil. sedangkan yang masih ada dibumi adalah Tmesipteris ditemukan di kepulauan pasifik dan Psilotum tumbuh daerah tropus dan subtropis. 
1. Bangsa Psilophytales, memiliki ciri-ciri:
ü  Tumbuhan yang tergolong dalam bangsa ini merupakan paku telanjang
ü  Dikenal sebagai tumbuhan darat tertua yang tinggal ditemukan fosilnya dalam lapisan bumi yang amat tua.
ü  Merupakan tumbuhan paku yang paling rendah tingkat perkembangannya.
ü  Yang paling sederhana masih belum berdaun dan belum berakar, namun batangnya sudah mempunyai berkas pengangkut.
a. Suku Rhyniaceae
ü  Terna mencapai ± ½ m, tidak berdaun.
ü  Batang dalam tanah membentuk percabangan yang tumbuh tegak ke atas
ü  Berkas pengangkutnya prostostele
ü  Sporangium di ujung cabang, isospora tersusun sebagai tetrad.
ü  Contoh: Rhynia major, zosterophyllum myretonianum, dll.
Gambar btt2dan 3
gambar: (atas) Rhynia major,
(bawah) zosterophyllum myretonianum
b. Suku Asteroxyllaceae
ü  Tingginya mencapai 1 m, punya tonjolan-tonjolan kecil mirip daun yang disebut mikrofil.
ü  Berkas pengangkutnya sifonostele, stele dalam batang berbentuk bintang dan sudah ada empulur
ü  Contoh: Asteroxillon mackei, A. elberfeldense.
ü  gambar: rizoma dan cabang vegetatif Asteroxillon mackei
c. Suku Pseudosporochnaceae
ü  Pada ujung sumbu pokok keluar dahan-dahan yang bercabang menggarpu dengan ranting kecil yang menggarpu juga, di bagian ujungnya ada sporangium berbentuk gada.
ü  Bagian-bagian infertile pada ranting disebut makrofil, berfungsi sebagai alat asimilasi.
ü  Contoh: Pseudosporochnus krejcii. Btr5
gambar: Pseudosporochnus krejcii
2. Bangsa Psilotales
Terna kecil rendah, batang bercabang menggarpu dengan mikrofil berbentuk sisik
ü  Tidak berakar hanya berupa rizoid.
ü  Sporangium terdapat diantara taju-taju sporofilyang berbagi menggarpu
ü  Sporangium beruang 3, dinding terdiri dari beberapa lapis, tidak punya tapetum.
ü  Protalium berbentuk silinder dan bercabang, ukurannya hanya beberapa cm, tidak berwarna, hidup dalam tanah bersimbiosis dengan cendawan mikoriza.
ü  Anteridium dan permukaannya punya banyak ruang mengeluarkan spermatozoid berflagel banyak
ü  Arkegonium kecil dan agak tenggelam
ü  Embrio tidak mempunyai suspensor dan letaknya eksoskopik/ujungnya kearah arkegonium.
ü  Contoh: Psilotum nudum, P. triquetrum, Tmesipteris tannensis.
Tidak ada daun dan akar, tetapi mempunyai rizom (batang mendatar), atau memiliki daun tetapi kecil-kecil. Golongan paku ini sudah hampir punah. Kebanyakan hidup di zaman purba dan ditemukan dalam bentuk fosil. Hanya ada satu jenis yang sekarang masih ada, tetapi hampir punah yaitu Psilotum. Psilotum banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis.
Ordo : Psilotales
Famili : Psilotaceae
Genus : Psilotum
Spesies : Psilotum nudum (paku purba)

2)      Kelas: Equisetinae
Sphenopsida atau Equiseptopsida (Paku Ekor Kuda). Pada masa Karboniferus, Sphenopsida tumbuh melimpah yang berukuran besar dan tinggi yang mencapai sekitar 15 m. Spesies yang sphenopsida yang dapat bertahan sekarang ini hanya sekitar 25 spesies yang kebanyakan berasal dari genus equisetum (sekitar 15 spesies), yang memiliki tinggi rata-rata 1 m. namun ada juga yang mencapai 4,5 m. Sphenopsida tumbuh pada tepian sungai yang lembab dan ada didaerah subtropis dibelahan bumi utara.
Description: C:\Users\NURILAH\Downloads\Pictures\vv.jpg
Equisetum sp
Struktur Paku Ekor Kuda (Sphenopsida) - Sphenopsida yang disebut dengan paku ekor kuda (horsetail) disebut dengan paku ekor kuda karna memiliki percabangan batang yang khas yang berbentuk ulir atau lingkaran yang menyerupai ekor kuda. Paku ekor kuda biasanya sering tumbuh didaerah berpasir. Sporofitnya berdaun kecil (mikrofil) atau berbentuk sisik, dan warnanya aga transparan dan tersusun melingkar pada batang. Struktur batang sphenopsida yang berongga dan beruas-ruas.
Dinding batang keras yang disusun atas sel-sel yang mengandung silika (sehingga dikenal dengan scouring rushes atau ampelas, yang digunakan sebagai bahan penggosok). Batang paku ekor kuda memiliki rhizoma yang pada ujungnya terdapat strobilus dimana struktur anatomi batang tersebut terdapat sporangia. Sporangium akan menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama, namun ada juga yang berjenis jantan maupun betina, sehingga paku ekor kuda disebut juga sebagai paku peralihan.
Reproduksi Paku Ekor Kuda (Sphenopsida) - Gametofit paku ekor kuda berukuran kecil (hanya beberapa milimeter) dan mengandung klorofil sehingga dapat berfotosintesis. Gametofit ada yang menghasilkan alat kelamin jantan (anteridium), dan ada juga menghasilkan alat kelamin betina (arkegonium). Gametofit jantan akan tumbuh dari spora jantan, sedangkan betina akan tumbuh dari spora betina.
Paku yang merupakan peralihan antara yang homospora dengan heterospora equisetum debile. Kelas Equisetinae memiliki ciri batangnya beruas, berbuku, dan berongga, daun kecil-kecil seperti sisik, terletak melingkar pada buku-buku. Sporangiumnya melekat pada sporofil yang berbentuk perisai dan bertangkai. Sporofil tersusun menjadi strobilus yang letaknya diujung percabangan. Batangnya dapat bercabang. Cabang duduk mengitari batang utama. Batangnya berwarna hijau dan mengandung klorofil.
Ordo : Equisetales
Famili : Equisetaceae
Genus : Equisetum
Spesies : Equisetum debile (paku ekor kuda)
                                
3)      Kelas : Lycopodinae
Description: C:\Users\NURILAH\Downloads\Pictures\cc.jpg
Lycopsida (Paku Kawat). Lycopsida (paku kawat/paku rambut) disebut juga dengan club moss (lumut ganda) atau ground pine (pinus tanah), namun yang sebernanya bukan merupakan lumut atau pinus. Lycopsida diperkirakan sudah ada pada masa Devonian, dan tumbuh melimpah pada masa karboniferus. Lycopsida pada masa tersebut telah menjadi fosil atau endapan batubara.
Pada masa karboniferus lycopsida memiliki ukuran yang besar sekitar 3 m yang hidup dirawa-rawa selama jutaan tahun, namun punah ketika rawa-rawa mengering. Adapun lycopsida yang masih bertahan pada saat ini, namun memiliki ukuran kecil yang banyak tumbuh di daerah tropis, tanah, epifit di kulit pohon, tetapi tidak bersifat parasit.
Struktur dan Rekroduksi Paku Kawat (Lycopsida) - Bagian tubuh Lycopsida yang paling mudah kita lihat adalah generasi sporofit (2n) yang tersusun atas sel-sel yang memiliki kandungan klorofil dan memiliki daun yang seperti rambut atau sisik yang tersusun rapat pada batangnya. Batangnya memiliki bentuk seperti kawat, pada bagian ujung batang yang bercabang-cabang dan terdapat sporofil dengan struktur berbentuk gada (strobilus) yang mengandung sporangium.
Sporangium yang menghasilkan spora. Lycopsida ada yang menghasilkan satu jenis spora (homospora) seperti Lycopodium sp. dan ada juga yang menghasilkan dua jenis spora (heterospora) seperti Selaginella sp. Gametofit (n) memiliki ukuran tubuh yang kecil dan tidak berkrolofil sehingga zat organik diperoleh dari cara bersimbiosis dengan jamur. Gameofit ada yang menghasilkan dua jenis alat kelamin (biseksual), seperti Lycopodium sp. dan ada juga yang menghasilkan satu jenis alat kelamin (uniseksual) seperti Selaginella sp.  
Berupa daun kecil tersusun rapat dan tersusun spiral, sporangium muncul di ketiak daun dan berkumpul membentuk strobilus (kerucut), batangnya bercabang-cabang dan seperti kawat. Sporofit bentuk jantung, punya sporangium bentuk ginjal sebagian anggotanya termasuk paku heterospora. Akar bercabang menggarpu, terletak di sepanjang bagian bawah dari rimpang. Tumbuh tegak atau berbaring dengan cabang-cabang menjulang ke atas. Cabang-cabang tertutup oleh daun. Memiliki berkas pengangkut yang masih sederhana
Ordo : Lycopodiales
Famili : Licopodiaceae
Genus : Lycopodium (paku kawat)
Spesies : Lycopodium clavantum, Lycopidium cernatum, dan Selaginella widenowii (Paku rane).

4. Pteropsida (Paku Sejati)
Description: C:\Users\NURILAH\Downloads\Pictures\mj.jpg
Pteropsida (paku sejati) memiliki jumlah spesies sekitar 12.000. Pteropsida (paku sejati) atau pakis adalah kelompok yang sering kita temukan di berbagai habitat khususnya pada tempat yang lembap. Pteropsida hidup di tanah, air, dan epifit pada pohon. Pteropsida yang hidup dihutan tropis memiliki variasi jenis, namun ada juga yang dapat ditemukan di daerah beriklim sedang yaitu subtopis.
Description: C:\Users\NURILAH\Downloads\Pictures\mn.jpg
Struktur dan Reproduksi Paku Sejati (Pteropsida) - Sporofit Pteropsida memiliki akar,batang, dan daun. Ukuran batang pteropsida itu sendiri bervariasi ada yang kecil dan besar seperti pohon. Pada batang paku sejati ini berada dibawah permukaan tanah (rizom) sedangkan Daun pterospida memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang lainnya. Pada umumnya daun paku sejati memiliki bentuk seperti lembaran yang berukuran besar (makrofil) yang majemuk atau terbagi menjadi beberapa lembaran dengan tulang daun yang bercabang-cabang. Daun yang masih mudah akan menggulung (circinate).
Pteropsida memiliki sporofil ( daun yang menghasilkan spora) dan tropofil (daun yang digunakan untuk fotosintesis dan tidak mengandung spora).  Pada sporofil terdapat sporangium yang terkumpul dalam sorus dibawah bawah permukaan daun. Pada Pteropsida yang hidup di air, sporangium berkumpul dalam sporokarp. Gametofit pterospsida memiliki klorofil yang berukuran bervariasi yang disebtu dengan protalium. Gametofit bersifat biseksual dan uniseksual. Contoh Jenis Paku Sejati (Pteropsida) adalah adiantum fimbriatum, marsilea crenata, Asplenium nidus,
Description: C:\Users\NURILAH\Downloads\Pictures\bbb.jpg
Paku sejati dikenal sebagai tumbuhan paku yang sebenarnya dan dapat dilihat di sekitar kita, yang umumnya disebut pakis. Paku sejati memiliki banyak tulang daun dan mempunyai makrofil (daun besar), serta mesofil (daging daun).  Memiliki daun ukuran lebih besar. Sporangium tersusun dalam bentuk sorus di permukaan daun.
Letak sorus di permukaan daun (atas, bawah), di ujung/di tepi. Paku sejati ada yang tumbuh di darat, air, atau rawa-rawa. Kelompok yang hidup di darat meliputi jenis paku dari yang terkecil sampai yang terbesar (berupa pohon), misalnya suplir, paku sarang burung dan paku tiang. Kelompok yang hidup di air misalnya paku air, paku sampan, dan semanggi.
a.       Subkelas : Eusporangiatae
Sporangium mempunyai dinding tebal dan kuat yang terdiri atas beberapa lapis sel, spora sama besar. Kelas ini meliputi tumbuhan paku menurut pengertian kita sehari-hari, yang telah mempunyai makrofil dengan tulang-tulang daun dan mesofil di antaranya.
o   Ordo          : Marattiales
Famili        : Marattiaceae
Genus        : Christensenia
Spesies      : Christensenia Aesculifolia
o   Ordo          :Ophioglossales
Genus        : Ophioglossum
Spesies      : Ophioglossum reticulum

b.      Subkelas : Leptosporangiatae
o   Famili        : Schizaeaceae
Spesies      : Lygodium circinnatum
o   Famili        : Gleicheniaceae
Spesies      : Gleicenia linearis (paku resam)
o   Famili        : Hymenophyaceae
Spesies      : Hymenophillum australe
o   Famili        : Cyatheaceae
Spesies      : Alsophlia glauca (paku tiang)
o   Famili        : Davalliceae
Spesies      : Davallia trichomanoides
o   Famili        : Aspidiaceae
Spesies      : Aspidium filix-mas
o   Famili        : Aspleniaceae
Spesies      : Asplenium nidus (paku sarang burung)
o   Famili        : Pteridaceae
Spesies      : Adiantum cuneatum (suplir)
o   Famili        : Polypodiaceae
Spesies      : Drymoglossum heterophyllum (paku picis)
o   Famili        : Arcrostichaceae
Spesies      : Acrostichum aureum (paku laut), Platycerium bifurcatum (paku tanduk rusa).

c.       Subkelas : Hydropterides
o   Famili        : Salviniaceae
Spesies      : Salvinia natans (paku sampan)
o   Famili        : Marsileaceae
Spesies      : Marsilea crenata (semanggi).

D.    Tumbuhan Paku (Pteridophyta)
Tumbuhan paku (Ptridophyta) diduga merupakan tumbuhan berkormus tertua yang menghuni daratan bumi. Fosil tumbuhan paku dijumpai pada batu-batuan zaman Karbon, diperkirakan berasal dari 345 juta tahun yang lalu. Ada yang hidup sebagai saprofit dan ada pula sebagi epifit. Paku menyukai tempat lembab (higrofit), tumbuhnya mulai dari pantai (paku laut) sampai sekitar kawah-kawah (paku kawah).
Tumbuhan berkormus adalah tumbuhan yang memiliki batang, akar dan daun yang sebenarnya. Artinya, batang, akar dan daunnya sudah memiliki pembuluh angkut xylem dan floem.
Total spesies yang diketahui hampir 10.000 (diperkirakan 3000 di antaranya tumbuh di Indonesia sebagian besar tumbuh di daerah tropika basah yang lembab., yang juga dikenal sebagai masa keemasan tumbuhan paku karena merajai hutan-hutan di bumi. Tumbuhan paku tidak menghasilkan biji, tetapi menghasilkan spora.
Spora dihasilkan oleh daun, biasanya pada permukaan bawah daun. Daun yang masih muda menggulung. Mengapa disebut tumbuhan paku disebut juga tumbuhan berkormus? Hal ini dikarenakan tumbuhan paku memiliki akar, batang dan daun.
Tumbuhan paku juga termasuk kedalam kelompok Tracheophyta yang memiliki jaringan pengangkut khusus yang berbentuk pembuluh (pipa). Tumbuhan ini cenderung tidak tahan dengan kondisi air yang terbatas, mungkin mengikuti perilaku moyangnya di zaman Karbon. Tumbuhan paku yang ada di bumi ini mempunyai masa kejayaan dalam zaman Paileozoikum, terutama dalam zaman karbon atau disebut zaman paku. Sisa-sisanya sekarang dapat digali sebagai batubara.
                                                                          BAB III
PENUTUP

1.       Kesimpulan
Tumbuhan paku (Ptridophyta) diduga merupakan tumbuhan berkormus tertua yang menghuni daratan bumi. Taksonomi tumbuhan paku (pteridophya) terbagi atas empat subdivisi, yaitu Psilopsida (paku purba), Lycopsida (paku kawat), Sphenopsida atau Equisetopsida (paku ekor kuda), dan Pteriopsida (paku sejati).
Ciri-Ciri Paku Purba (Psilopsida), dari uraian seperti diatas dapat kita simpulkan ciri-ciri dari paku purba (psilopsida, adalah pada umumnya memiliki daun yang kecil (mikrofil) dan batang berkrolorofil. Merupakan tumbuhan yang sederhana. Tinggi paku purba sekitar 30 cm -1 m. Pada sporofit umumnya tidak memiliki daun dan akar sejati. Akar berupa rizom yang dikelilingi oleh rizoid. Batang paku purba bercabang-cabang dan memiliki sistem vaskuler. Sporangium menghasilkan satu jenis bentuk dan ukuran yang sama. Hidup didaerah tropis dan subtropis.
Ciri-Ciri Paku Ekor Kuda (Sphenopsida atau Equiseptopsida), adalah kebanyakan tumbuh pada tepian sungai  dan daerah subtropis dibelahan bumi utara.  Memiliki tinggi sekitar 1 m hingga tertinggi mencapai 4,5 m. Memiliki percabangan batang yang berbentuk ulir atau lingkaran yang menyerupai ekor kuda. Sporofit berdaun kecil (mikrofil) dengan berbentuk sisik yang mengandung silika. Memiliki warna agak transparan dan terususun melingkar pada batang. Struktur batang yang berongga dan beruas-ruas. Memiliki akar, batang dan daun sejati. Sporangium terdapat pada strobilus yang menghasilkan satu jenis spora. 
Ciri-Ciri Paku Kawat (Lycopsida), adalah batang berbentuk seperti kawat dan struktur berbentuk gada. Ujung batang tersusun sporofil. Batang mengandung sporangium. Memiliki akar, batang dan daun sejati. Tumbuh didaerah tropis, ditanah, dan epifit di kulit pohon yang tidak bersifat parasit. Daun yang berbentuk seperti rambut atau sisik yang tersusun pada batang. Sporofit mengandung klorofil. Menghasilkan satu jenis spora (homospora) dan dua jenis spora (heterospora). Gametofit berukuran kecil dan tidak berkrolofil. Gametofit menghasilkan dua jenis alat kelamin (biseksual), dan satu jenis alat kelamin (uniseksual).
Ciri-Ciri Pteropsida (Paku Sejati), adalah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Kebanyakan tumbuh di daerah tropis dan subtropis. Dapat ditemukan di habitat yang lembab dan Hidup di tanah, di air, atau epifit di pohon. Memiliki ukuran batang yang bervariasi. Batang berada dibawah permukaan tanah (rizom). Daun paku sejati memiliki ukuran yang besar dibanding dengan kelompok paku yang lainnya. Pada umumnya, daun paku sejati memiliki ukuran yang besar (makrofil) yang terbagi menjadi lembaran dengan tulang daun yang bercabang-cabang. Daun yang masih mudah akan menggulung (circinate). Sporangium terkumpul dalam sorul yang berada dibawah permukaan daun. Gametofit bersifat biseksual dan uniseksual dan gametofit memiliki klorofil dengan ukuran yang bervariasi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar