PERCOBAAN I
PEMBUATAN
PREPARAT ORGAN IKAN KOMET (Carassius
auratus)
A. Tujuan
Agar mahasiswa dapat
mengetahui cara pembuatan preparat dengan metode paraffin dari ikan komet (Carassius auratus).
B. Dasar
Teori
Tubuh
hewan secara morfologi terdiri atas unit sel, dan masing-masing sel dengan
mengadakan kesatuan dengan adanya substansi antar sel. Di dalam tubuh hewan
sel-sel ini terdapat dalam kelompok yang secara struktural dan fungsional
berbeda dengan kelompok sel yang lain. Kelompok-kelompok sel-sel tersebut
dikenal dengan jaringan. Preparat awetan jaringan hewan adalah salah satu media
pembelajaran Biologi yang sangat efektif. Dengan latar belakang seperti di
atas, maka diharapkan kita dapat mengamati dan melihat preparat dengan
menggunakan metode paraffin dengan pewarnaan tunggal (Sumardi, 2002).
Struktur
suatu organisme terdiri dari bagian yang lunak dan keras. Perbedaan struktur
inilah yang akan menentukan metode yang digunakan untuk membuat preparat.
Struktur yang lunak umumnya mengunakan metode parafin (metode irisan). Metode
parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan melakukan penanaman
jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan preparat jaringan hewan
ataupun tumbuhan yang tipis. Bahan berupa organ atau jaringan yang lunak dibuat
keras terlebih dahulu sebelum diamati dengan melewati beberapa tahapan.
Sedangkan bahan yang strukturnya keras dilakukan dengan metode yang berbeda
dapat langsung diiris yang sebelumya difiksasi dan dibekukan.
Banyak
cara dalam pembuatan preparat hewan, diantaranya adalah dengan metode parafin.
Metoda ini sekarang banyak digunakan, karena hampir semua macam jaringan dapat
dipotong dengan baik bila menggunakan metoda ini. Kebaikan-kebaikan metoda ini
adalah irisan yang dihasilkan jauh lebih tipis dari pada menggunakan metoda
beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku, tebal irisan rata-rata diatas 10
mikron, tapi dengan metode paraffin tebal irisan dapat mencapai rata-rata 6
mikron. Irisan-irisan yang bersifat seri dapat dikerjakan dengan mudah bila
menggunakan metode ini. Prosedurnya jauh lebih cepat dibandingkan dengan metode
seloidin. Namun metode paraffin juga memiliki kelemahan yaitu jaringan menjadi
keras, mengerut dan mudah patah. Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat
dikerjakaan.
Percobaan
pembuatan preparat permanen dengan metode parafin dilakukan dengan beberapa
tahapan, diantaranya pembiusan (narcose), pengumpulan (colleting/diseksi),
fiksasi (fixation), aerasi, dehidrasi, penjernihan (clearing), infiltrasi
(infiltration), penanaman (embedding), penyayatan (sectioning), afiksasi
(affixing), pewarnaan (staining) dan penutupan (mounting).
Pembiusan
(narcose) ialah proses yang khusus untuk preparat hewan bertujuan untuk
memudahkan pengambilan jaringan atau bagian jaringan pada hewan. Pembiusan
berguna untuk mengambil organ hewan dalam keadaan hidup sehingga organ yang
diambil tidak jauh dari keadaan ketika hidup. Hindari pembiusan yang berlebihan
sehingga hewan tersebut mati. Pembiusan tidak perlu dilakukan jika yang akan
diambil atau diamati adalah jaringan yang menyangkut kelenjar-kelenjar
(endokrinologi), karena mungkin akan berpengaruh terhadap hormon-hormon yang
terkandung di dalamnya.
Pengumpulan
(colleting/diseksi) merupakan proses pengambilan jaringan atau bagian jaringan
dari sumber alami baik berupa tumbuhan ataupun hewan yang akan digunakan
sebagai bahan dasar dalam mikroteknik. Ketebalan jaringan yang diambil harus
disesuaikan dengan larutan infiltrasi agar seluruh jaringan keras sehingga
hasil yang didapatkan bagus. Pada jaringan hewan setelah dilakukan pengambilan
diperlukan proses pencucian (washing). Pencucian agar organ yang dipilih bersih
(bebas dari darah atau kotoran seperti pada organ pencernaan) dengan
menggunakan larutan fisiologis agar tidak terjadi perubahan struktur sel dan
jaringan dari organ tersebut.
Pencucian
(washing) adalah suatu tahap yang membedakan metode paraffin hewan dengan
tumbuhan. Jaringan hewan lebih cepat mengalami dehidrasi yang merusak jaringan,
sehingga perlu secepat mungkin dimasukan ke dalam larutan fisiologis sebagai
fiksasi sementara. Pencucian pada pembuatan preparat hewan menggunakan larutan
garam fisiologis. Sedangkan tumbuhan cukup menggunakan aquadest. Pencucian yang
tidak baik akan mengakibatkan organ tida transparan ketika proses clearing.
Mikroteknik
terdapat beberapa jenis teknik dalam pembuatan praparat, yaitu: Whole mount,
yaitu penyiapan sediaan yang terdiri atas keseluruhan organ tubuh organisme
secara utuh; Smear yaitu penyiapan sediaan preparat dengan cara dioleskan;
Squash; Section; Marserasi. Jenis teknik tersebut digunakan tergantung kepada
kebutuhannya masing-masing, Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan preparat awetan adalah fiksasi, dehidrasi, clearing (penjernihan),
embedding, pencetakan, dan pewarnaan (Gunawan 2009:1).
Fiksasi
merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mempertahankan kondisi jaringan.
Tujuan dari fiksasi adalah untuk mempertahankan morfologi sel seperti semula,
untuk mencegah terjadinya otolisis, dan untuk mencegah pertumbuhan bakteri atau
jamus. Beberapa jenis bahan yang biasa digunakan sebagai bahan penfiksasi suatu
jaringan., yaitu formalin, alkohol, larutan carnoi, larutan zenker, larutan
helly, larutan bouin, larutan susa, omium, dan glutaraldehyde (Sudiana 2005:
1).
Pencucian
agar organ yang dipilih bersih (bebas dari darah atau kotoran seperti pada
organ pencernaan) dengan menggunakan larutan fisiologis agar tidak terjadi
perubahan struktur sel dan jaringan dari organ tersebut. Larutan garam
fisologis yang bisa dipakai ialah NaCl 0.8-0.9%, Larutan Ringer ( NaCl, CaCl,
KCl, K2CO3, air untuk hewan berdarah panas dan NaCl, CaCl, KCl, Na2CO3, air
untuk hewan berdarah dingin). NaCl merupakan larutan fisologis yang umumnya
digunakan, biasanya dalam waktu 15 menit. Perlu diperhatikan, jangan
sekali-kali dicuci dengan air, karena akan menyebabkan pembengkakan sel
(hewan).
Dehidrasi
pada pembuatan preparat awetan bertujuan umenarik air dari dalam jaringan
secara perlahan-lahan gara jaringan tidak mengalami pengkeruta. Bahan yang
digunakan adalah etaol dengan konsentrasi yang dinaikan bertahap Setelah
pendehidrasian, selanjutnya dilakukan proses clearing. Bahan yang biasa
digunakan, antara lain xylol,toluol, kloroform, dan benzen. Bahan-bahan
tersebut berguna sebagai mediator antara larutan dehidrasi yang digunakan
dengan larutan embeding yang akan digunakan. Proses penghilangan larutan
dehidran dalam jaringan yang disertai dengan proses infiltarasi larutan
embedding ke dalam jaringan disebut sebagai impregnasi. (Sudiana 2005: 6).
Pewarnaan
pada preparat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pewarnaan umum dan
pewarnaan khusus. Pewarnaan umum yaitu pewarnaan yang hanya untuk membedakan
antara bagian inti dan sitoplasmanya. Jenis bahan yang iasa digunakan dalam
pewarnaan umum adalah hematoksilin-eousin (HE). Pewarnaan khusus adalah
pewarnaan yang digunakan untuk melihat satu macam jenis organel atau untuk
membedakan jaringan tertentu. Beberapa metode yang digunakan dalam pewarnaa
khusus adalah gomori, PAS (periodic acid schiff), imunohistokimia, dan apotag.
Prinsip dari pewarnaan jaringan adalah brdasarkan pada afinitas antara zat
warna dengan bahan yang diwarnai (Sudiana 2005: 17).
Pewarnaan
bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen jaringan,
terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop.
Motoda pewarnaan yang sering dilakukan dalam pembuata preparat metode parafin
adalah metoda pewarnaan Hematoxilin-eosin. Seperti merupakan peraturan,
hamatoxillin digunakan terlebih dahulu dan setelah melalui proses diferensiasi,
maka barulah eosin digunakan. Pertukaran tempat keduanya tampaknya akan
menimbulkan kesukaran, karena pewarna hematoxilin akan mewarnai lebih cepat
dari pada pewarna paduannya yang umumnya berperan sebagai counterstain yang
intensitas pewarnaanya dapat diatur tanpa mempengaruhi pewarnaan hematoxilin
(Pahwadi, 2011).
Jaringan
hewan dapat diambil dari berbagai jenis hewan selagi masih dalam keadaan hidup,
setelah mengalami pembiusan maupun yang baru saja mati dan segera mungkin
dimasukkan larutan fiksatif. Organ-organ yang halus sifatnya seperti hati,
jantung, insang, usus pada ikan mas komet (Carassius auratus).
Ikan
mas komet (Carassius auratus)
Kingdom : Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Ordo
: Chpriniformes
Famili
: Chyprinidae
Genus
: Carassius
Spesies
: Carassius auratus
Bentuk
tubuh ikan komet agak memanjang dan memipih tegak (compresed) dimana mulutnya
terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian ujung mulut memiliki dua
pasang sungut. Diujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan yang tersusun
atas tiga baris dan gigi geraham secara umum. Hampir seluruh tubuh ikan komet
ditutupi oleh sisik kecuali beberapa varietas yang memiliki beberapa sisik.
Sisik ikan komet termasuk sisik sikloid dan kecil. Sirip punggung memanjang dan
pada bagian belakangnya berjari keras. Letak sirip punggung bersebrangan dengan
sirip perut. Garis rusuk atau line literalis pada ikan mas komet tergolong
lengkap berada di pertengahan tubuh dan melentang dari tutup insang sampai ke
ujung belakang pangkal ekor.
C. Alat
dan Bahan
1. Alat
a. baki
karton
b. blok
parafin berisi organ
c. gelas
pewarnaan
d. kaca
objek
e. mikrotom
f. pemanas
preparat
g. penutup
kaca objek
h. pinset,
pipet tetes
i.
toples kaca.
2. Bahan
a. alkohol
bertingkat mulai dari 30% hingga alcohol absolute
b. aseton
c. alizarin
red S
d. aquadest
e. Betta
splendens
f. Carassius
auratus (ikan mas komet)
g. gliserin
murni
h. larutan
campuran gliserin dengan KOH 1% (20% : 80%, 50% : 50%, dan 80% : 20%), larutan
KOH 1%
i.
putih telur
j.
xylol.
D. Prosedur
Kerja
1. Narkose
Dalam
pembuatan preparat jaringan hewan dengan menggunakan metode parafin biasanya
digunakan objek berupa mamalia, untuk itu perlu dilakukan proses untuk
mematikan hewan yang bersangkutan. Maka biuslah hewan tersebut degan
menggunakan cloroform.
2. Sectio
Bersihkan
bulu-bulu dan kotoran yang menempel pada alat atau organ yang akan dibuat
preparat. Organ diiris kira-kira 3-5 mm dan luas kurang lebih 1 cm2, sehingga
penetrasi fiksatif terjamin sampai menyeluruh bagian organ.
3. Labelling
Flakon
tempat organ yang akan difiksasi diberi label sesuai dengan jenis organnya.
4. Fiksasi
Obyek
yang diinginkan dipotong lalu difiksasi dalam larutan Bouin kurang lebih selama
12-24 jam.
5. Dehidrasi
Setelah
larutan fiksatif dibuang, diganti dengan alkohol 70%, 80%, 90% dan 96%
masing-masing sebanyak 3x dan masing-masing selama 10 menit, dikocok dan
overnight. Setelah itu, dimasukkan kedalam alkohol absolut selama 10 menit dan
dikocok.
6. Dealkoholisasi
Buang
alkohol dan kemudian ganti dengan zat yang mudah mengusir alkohol, tetapi
kemudian harus di bias dengan parafin. Yang dapat diguanakan sebagai clearing
agent adalah aceton, benzol, toluol dan xilol. Clearing (dealkoholisasi)
dilakukan paling lama 24 jam (overnight).
7. Infiltrasi
Infiltrasi
dilakukan dalam inkubator dengan temperatur kurang lebih 55ºC atau 60ºC.
Sebelum masuk keparafin murni, maka potongan organ lebih baik dimasukkan
kedalam campuran xilol:alkohol 1:1 terlebih dahulu.
8. Penyelubungan
Buat
kotak karton ukuran ±2x2x1.5 cm persegi. Pipet obyek dengan pipet pastur yang
sudah dipotong bagian yang menyempit dengan cepat dan letakkan di kotak karton,
tambahkan paraffin cair hingga kotak penuh. Kemudian biarkan blok di temperatur
kamar hingga mengeras. Unrtuk pemakaian pipet sekanjutnya lewatkan di api
terlebih dahulu untuk mencairkan paraffin yang menempel didinding pipet.
Penyelubungan dilakukan pada parain dengan suhu 56ºC selama 12 menit.
9. Pengirisan
Rapikan
blok dan bentuk blok tersebut menjadi bentukan prisma. Set mikrotom dengan
ketebalan 5-10µm. Ambil potongan seri dengan kuas, letakkan pada slide yang
telah diberi Mayer Albumin dan ditetesi sedikit aquades. Panaskan slide
tersebut diatas hot plate yang diatur bersuhu suam-suam kuku (34-40) sampai
melekat erat.
10. Pewarnaan
Masukkan preparat kedalam xylol selama 10 menit
(xilol pada slide dihisap dengan menggunakan tissue hingga bener-benar kering).
Kemudian letakkan atau masukkan kedalam alkohol absolut, 96, 90, 80, 70, 60,
50, 40 dan 30%. Jika telah selesai bersihkan dengan aquadest. Kemudian masukkan
preparat kedalam larutan Hematoxylin selama 30 detik, celup kedalam aquadest
dan kemudian cuci dengan air mengalir.
Jika telah selesai masukkan kedalam alkohol 30, 40,
50, 60 dan 70% masing-masing beberapa detik saja. Masukkan preparat kedalam
larutan eosin selama 1-2 menit dan kemudian masukkan kedalam alkohol 70, 80,
90, 96% dan alkohol absolut. Sbelum dimasukkan kedalam xilol, alkohol dihisap
hingga benar-benar kering. Masukkan kedalam xilol selama 20 menit.
11. Mounting
Merupakan
tahap pelekata. Slide ditetesi dengan enthelan dan kemudian ditutup dengan
menggunakan cover glass. Letakkan slide diatas hot plate agar cepat kering.
12. Labelling
Merupakan
tahap pemberian label dari preparat yang kita buat. Hendaknya label memuat nama
jaringan, tebal irisan, arah potongan, pewarnaan dan tanggal pembuatan.
E. Hasil
Pengamatan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan Preparat dengan metode parafin sangat sulit
diidentifikasi, hal ini dikarenakan hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
yang diinginkan atau dengan kata lain proses metode paraffin ini terjadi
kesalahan, penyebab kesalahan ini belum dapat diketahui dengan pasti,
kemungkinan karena preparat yang sudah lama disimpan, dan mungkin dikarenakan
proses pewarnaan yang dilakukan kurang sempurna, atau bahkan dikarenakan tidak
mampunya saya membedakan bagian organ tersebut sehingga menyebabkan kebingungan
saat proses identifikasi. Kesalahan ini juga tampak pada saat proses
penyayatan, karena pada proses ini bahan dan paraffin tidak menyatu dengan baik
sehingga bahan pada saat disayat keluar dari paraffin seperti benang-benang
kering.
Pembuatan
preparat dengan metode parafin ini menggunakan pewarnaan Hematoksilin-eosin.
Hematoksilin bersifat basa dan memberi warna ungu sedangkan eosin bersifat asam
dan memberi warna merah muda, namun hasil yang didapatkan tidak kontras sehingga
hanya dihasilkan 1 jenis warna saja yaitu warna merah muda yang membentuk
garis-garis memanjang.
Hasil pembuatan preparat organ ikan
mas komet (Carassius auratus) dengan
menggunakan metode paraffin.
Gambar organ lambung
|
Gambar organ lambung
|
![]() |
![]() |
Gambar organ usus
|
Gambar organ Ginjal
|
![]() |
![]() |
Gambar organ insang
|
Gambar organ hati
|
![]() |
![]() |
F.
Pembahasan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan tentang proses pembuatan preparat dengan
metode paraffin, Kualitas preparat dipengaruhi oleh tahap-tahap yang dilakukan
diantaranya yaitu tahap pencucian, pada proses inilah yang membedakan pembuatan
preparat pada tumbuhan dan hewan, jika pada tumbuhan dapat hanya menggunakan
aquadest namun pada hewan harus digunakan larutan khusus, hal ini dikarenakan
jaringan hewan lebih cepat mengalami dehidrasi yang merusak jaringan, sehingga
perlu secepat mungkin dimasukan ke dalam larutan fisiologis sebagai fiksasi
sementara. Menurut pendapat Rozikuliyeva (2012), bahwa pencucian yang tidak baik
akan mengakibatkan organ tida transparan ketika proses clearing. Larutan garam
fisologis yang bisa dipakai ialah NaCl 0.8-0.9%, Larutan Ringer ( NaCl, CaCl,
KCl, K2CO3, air untuk hewan berdarah panas dan NaCl, CaCl, KCl, Na2CO3, air
untuk hewan berdarah dingin). NaCl merupakan larutan fisologis yang umumnya
digunakan, biasanya dalam waktu 15 menit. Perlu diperhatikan, jangan
sekali-kali dicuci dengan air, karena akan menyebabkan pembengkakan sel
(hewan).
Proses
pembuatan preparat hewan terdapat suatu tahap yang harus dilakukan yaitu proses
pembiusan, hal ini berfungsi agar preparat yang dihasilkan lebih sempurna
karena tidak akan bergerak pada saat proses sedang berjalan, selain itu juga
pembiusan dilakukan karena menunjukan etika terhadap penggunaan hewan sebagai
bahan uji penelitian. Menurut pendapat Anandari (2012), bahwa pembiusan
(narcose) ialah proses yang khusus untuk preparat hewan bertujuan untuk
memudahkan pengambilan jaringan atau bagian jaringan pada hewan. Pembiusan
berguna untuk mengambil organ hewan dalam keadaan hidup sehingga organ yang
diambil tidak jauh dari keadaan ketika hidup.
Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan tentang pembuatan preparat dengan metode
parafin didapatkan hasil berupa penampang organ-organ mencit, namun terjadi
kesulitan dalam pengamatan, sehingga tidak bisa menentukan bagian organ apasaja
yang digunakan, hal ini dikarenakan warna dan bentuknya relatif sama. Menurut
pendapat Kurniawan (2010), bahwa terdapat sebagian organ yang gagal menjadi
suatu preparat, hal ini mungkin disebabkan kurangnya ketelitian dan
keterampilan pada saat mengiris block parafin saat menggunakan mikrotom,
sehingga lembaran pita jaringan yang didapatkan terlalu tebal dan sulit diamati
di bawah mikroskop. Selain itu, sebagian preparat tidak dapat dikenali dengan
jelas bagian mana yang digunakan dari bahan percobaan karena pada saat proses
pewarnaan, pencucian dan pencelupan sediaan ke larutan alcohol terjadi
kesalahan.
Pembuatan
preparat mikroskopis biasanya menggunakan metode parafin karena organ ataupun
jaringan dapat diamati dengan lebih jelas. Menurut pendapat Gunarso (1986),
bahwa Metode paraffin digunakan untuk membuat preparat sayatan organ dalam
bentuk mikroskopis. Paraffin sendiri membantu dalam membrikan bentuk dari
sayatan organ yang digunakan agar mudah mengamati bagian-bagian yang ingin
diamati dari preparat sayatan organ yang dibuat. Metode ini meliputi sejumlah
proses yang harus dilakukan, mulai dari proses fiksasi, dehidrasi, infiltrasi,
penanaman dalam paraffin, penyiapan pecimen padat, penyayatan, pewarnaan dan
penutupan pecimen dengan cover glass.
Fiksasi
merupakan suatu proses yang sangat penting, hal ini dikarenakan proses ini
berfungsi untuk mempertahankan jaringan atau struktur yang lainya agar tidak
mengalami perubahan. Menurut pendapat Kurniawan (2010), bahwa fiksasi berfungsi
untuk mempertahankan bentuk jaringan sedemikian rupa sehingga
perubahan-perubahan bentuk atau struktur sel atau jaringan yang mungkin terjadi
hanya sekecil mungkin. Selain itu fiksasi berguna untuk meningkatkan indeks
bias jaringan sehingga jaringan dapat terwarnai dengan baik. Hal ini karena
proses fiksasi dengan membunuh sel tanpa mengubah posisi organel yang ada di
dalamnya, dan juga untuk menghilangkan air yang ada dalam sel dan memperoleh
hasil yang sempurna pada proses infiltrasi dan juga agar alkohol tersebut dapat
menyerap air sedikit demi sedikit supayadapat menjaga agar tidak terjadi
perubahan yang tiba-tiba terhadap jaringan.
G. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah
dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembuatan
preparat hewan memakan waktu yang panjang karena masih mengunakan cara yang
manual.
2. Hasil
pengamatan yang didapatkan dari preparat jaringan hewan dengan metode parafin
sulit untuk dibedakan, sehingga sulit di amati jaringan apa yang digunakan
sebagai preparat karena warna dan bentuknya sama.
3. Kelebihan-kelebihan
dari metode parafin, yaitu irisan dapat jauh lebih tipis,tebal irisan dapat
mencapai rata-rata 6 mikron.
4. Kelemahan
dari metode parafin, yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah.
5. Pembiusan
merupakan metode yang harus dilakukan pada pembuatan preparat hewan agar
didapatkan hasil yang baik, dan juga menjaga etika terhadap penggunaan hewan
sebagai bahan penelitian.
DAFTAR
PUSTAKA
Darmadi
Goenarso, dkk. 2005. Fisiologi Hewan.
UT. Jakarta.
Abbas, M. 1997. Biologi . Yudistira. Jakarta.
Subowo, 1992. Histologi Umum . Bumi Aksara. Jakarta.
Campbell, Reece
Mitchael. 2004. Biologi, jilid 3.
Erlangga. Jakarta.
Frandson, 1992. Anatomi
dan fisiologi hewan. gadjah mada university press.yogyakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/darah
diakses di Samarinda 17 Desember 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar