Kamis, 28 Desember 2017

bryophyta




DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang........................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C.    Tujuan ........................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN
A.    Penertian Taksonomi Tumbuhan................................................................ 5
B.     Tumbuhan Lumut (Bryophyta)................................................................... 8
C.    Morfologi Tumbuhan Lumut (Bryophyta).................................................. 5
D.    Perkembangbiakan Tumbuhan Lumut (Bryophyta).................................... 11
E.     Klasifikasi Tumbuhan Lumut (Bryophyta)................................................. 13
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan ................................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA



 


BAB  I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Dunia tumbuhan mudah dikenali, karena tampak sehari-hari. Warna-warni daun dan bunga menampilkan rona dan pemadangan yang menarik bagi kita. Tumbuhan merupkan kelompok makhluk hidup yang mampu membuat makannanya sendiri, karena memiliki  zat hijau daun (klorofil) yang sudah tersusun dalam organel khusus yaitu kloroplas. Adanya kloroplas ini memungkinkan tumbuhan mampu mensintesis makanannya dari zat-zat anorganik melalui proses fotosintesis. Dengan kata lain tumbuhan tergolong dalam makhluk autotrof.
Ciri lain yang membedakan dunia tumbuhan dengan organisme lain adalah bahwa  tumbuhan memiliki struktur dinding sel yang kaku yang tersusun dari senyawa selulosa. Adanya  struktur dinding sel ini maka tumbuhan umumnya tidak memilki kemampuan berpindah/bergerak secara bebas seperti hanya kelompok dunia hewan.
Kelompok dunia tumbuhan yang ada di bumi sekarang sangatlah beragam, dan banyak dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia baik digunakan secara langsung sebagai bahan pangan, sandang dan papan maupun untuk kebutuhan industri lainnya.
Dalam setiap keanekaragaman tumbuhan, para ahli botani selalu menghadapi persoalan dalam menentukan tingkat takson golongan tumbuhan yang dihadapi. Tingkat takson sangat penting karena tampa adanya tingkatan takson, maka manfaat sistem klasifikasi tidak dapat diperoleh. Menurut kesepakatan internasional, istilah-istilah untuk menyebut masing-masing takson bagi tumbuhan itu tempatnya tidak boleh diubah sehingga masing-masing istilah itu menunjukkan kedudukan atau tingkat dalam hierarki atau menunjukkan kategorinya dalam sistem klasifikasi. Dalam taksonomi tumbuhan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu takson sekaligus mencerminkan pula di mana posisi dan seberapa tinggi tingkatnya dalam hierarki klasifikasi.
Tingkatan takson merupakan tingkatan dari suatu unit atau kelompok makhluk hidup yang disusun mulai dari tingkat paling tinggi hingga tingkat paling rendah. Urutan tingkatan takson dalam klasifikasi mulai dari tingkat paling tinggi hingga tingkat paling rendah, yaitu (1) kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia), (2) phylum (filum), atau divisio(divisi), (3) classis (kelas), (4) ordo (bangsa), (5) familia (famili/suku), (6) genus (marga), (7) species (spesies/jenis), dan (8) varietas (ras).
Semakin Tinggi tingkatan takson, maka akan semakin banyak pula anggota takson, namun makin akan banyak pula perbedaan ciri antar sesama anggota takson, Sebaliknya, semakin rendah tingkatan takson maka semakin sedikit pula anggota takon, dan semakin banyak pula persamaan ciri antar anggota takson.
Dalam klasifikasi, makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan beraneka ragam, dipilah dan dikelompokkan atau disusun tingkatan-tingkatannya dalam klasifikasi disebut takson. Sedangkan taksonomi adalah cabang biologi yang mempelajari pengelompokan atau klasifikasi makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup adalah suatu cara memilah-milah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan-golongan tertentu atau unit-unit tertentu. Berikut adalah skema klasifikasi dunia tumbuhan.
Klasifikasi organisme sampai saat ini belum ada keseragaman. Masing-masing ahli mempunyau alasan-alasan tersendiri dalam mengklasifikasikan organisme, sehingga setiap buku banyak perbedaan dalam menyusun klasifikasi.
Sampai saat ini para ahli mengelompokkan tumbuhan menjadi empat divisi yaitu Thallophyta (tumbuhan bertalus), Bryophyta (lumut), Pteridophyta (tumbuhan paku), dan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Disamping itu, ada beberapa ahli yang membedakan tumbuhan berdasarkan ada atau tidak adanya berkas pembuluh angkut.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, tumbuhan secara umum dibagi menjadi dua divisi, yaitu tumbuhan tidak berpembuluh (Thallophyta ) dan tumbuhan berpembuluh (Tracheophyta). Tumbuhan tidak berpembuluh tidak memiliki akar, batang, daun sejati. Sedangkan tumbuhan berpembuluh memiliki akar, batang, dan daun sejati. Tumbuhan tidak berpembuluh meliputi tumbuhan lumut, sedangkan tumbuhan berpembuluh meliputi tumbuhan paku dan tumbuhan biji.
Lumut dalam taksonomi tumbuhan termasuk dalam divisi Bryophyta, lumut merupakan tumbuhan kecil, dengan tinggi 1-10 cm (0.4-4 inchi), meskipun beberapa jenis banyak yang lebih besar. Lumut tidak mempunyai bunga atau biji, dan daun-daun sejati. Pada lumut tertentu menghasilkan capsule spora pada tangkai tipis. Ada kira-kira 10,000 jenis lumut digolongkan pada Bryophyta. Divisi Bryophyta dahulu mencakup tidak hanya lumut, tetapi juga liverworts dan hornworts. Sekarang ini, dua kelompok tersebut ditempatkan dalam divisi tersendiri.Tumbuhan Bryophyta merupakan tumbuhan yang paling primitive yang tidak memiliki akar sesungguhnya, batang, atau tangkai. Bryophyta merupakan tumbuhan kecil, herbaceous yang tumbuh tertutup, selalu berkumpul di alas bebatuan, tanah, ataupun menjadi epifit pada batang dan cabang tanaman.
Bryophyta terbagi dalam 3 golongan, yaitu lumut hati (Hepaticophyta), lumut daun, dan lumut tanduk. Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai Bryophyta dan tingkat takson atau antar taksa pada Bryophyta.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam makalah mengenai antar taksa pada Bryophyta ini adalah:
1.      Apakah yang dimaksud dengan taksonomi tumbuhan?
2.      Apakah yang dimaksud dengan tumbuhan lumut?
3.      Bagaimanakah ciri-ciri dari tumbuhan lumut?
4.      Bagaimanakah klasifikasi lumut?
5.      Bagaimana perkembangbiakan tumbuhan lumut?

C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1.      Mahasiswa dapat mngetahui mengenai taksonomi tumbuhan lumut
2.      Mahasiswa dapat mengetahui mengenai tumbuhan lumut, ciri-ciri dan perkembangbiakan lumut
3.      Mahasiswa dapat mengetahui taksonomi dari tumbuhan lumut

























BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Taksonomi Tumbuhan
Tingkatan takson merupakan tingkatan dari suatu unit atau kelompok makhluk hidup yang disusun mulai dari tingkat paling tinggi hingga tingkat paling rendah.
Urutan tingkatan takson dalam klasifikasi mulai dari tingkat paling tinggi hingga tingkat paling rendah, yaitu (1) kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia), (2) phylum (filum), atau divisio(divisi), (3) classis (kelas), (4) ordo (bangsa), (5) familia (famili/suku), (6) genus (marga), (7) species (spesies/jenis), dan (8) varietas (ras).
Semakin Tinggi tingkatan takson, maka akan semakin banyak pula anggota takson, namun makin akan banyak pula perbedaan ciri antar sesama anggota takson, Sebaliknya, semakin rendah tingkatan takson maka semakin sedikit pula anggota takon, dan semakin banyak pula persamaan ciri antar anggota takson.
1.      Kingdom atau Regnum
         Kingdom adalah tingkatan takson yang tertinggi dengan jumlah anggota takson terbesar. Organisme di bumi dikelompokkan menjadi beberapa kingdom, antara lain (1) kingdom Animalia (hewan), (2) kingdom Plantae (tumbuhan), (3) kingdom fungi (jamur), (4) kingdom Monera (Organisme uniseluler tapa nukleus), dan (5) kingdom Protista (eukariotik yang memiliki jaringan sederhana).
2.      Phylum atau Divisio
         Filum (phylum) digunakan untuk takson hewan, sedangkan divisi (divisio) digunakan untuk takson tumbuhan. Kingdom Animalia dibagi menjadi beberapa filum, seperti filum Chordata (memiliki notokorda saat embrio), filum Echinodermata( hewan berkulit duri), dan filum platyhelminthes (cacing pipih). Nama divisi pada tumbuhan menggunakan akhiran –phyta.
         Contohnya kingdom plantae dibagi menjadi tiga divisi, antaera lain Bryophyta (tumbuhan lumut), Pteridophyta(tumbuhan paku) dan Spermatophyta(tumbuhan berbiji).
3.      Classis (kelas)
         Anggota takson pada setiap filum atau divisi diklasifikasikan berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu. Nama kelas tumbuhan menggunakan akhiran akhiran yang berbeda-beda, antara lain: -opsida (untuk lumut), -edoneae (untuk tumbuhan berbiji tertutup), -phyceae (untuk alga), dan lain-lain. Contohnya divisi Angiospermae dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas Monocotyledoneae dan kelas Dicotyledoneae; divisi Bryophyta diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu Hepaticopsida (lumut hati), Anthoceratopsida(lumut tanduk), dan Bryopsida (lumut daun); dan filum Chrysophyta (ganggang keemasan) dikelompokkan menjadi tiga kelas, yaitu Xanthophyceae, Chrysophyceae, dan Bacillariopyceae.
4.      Ordo (bangsa)
         Anggota takson pada setiap kelas dikelompokkan lagi menjadi ordo berdasarkan persamaan ciri-ciri yang lebih khusus. Nama ordo pada takson tumbuhan umumnya menggunakan akhiran -ales . Sebagai contoh kelas Dicotyledoneae dibagi menjadi beberapa ordo, antara lain ordo Solanales, Cucurbitales, Rosales, Malvales, Asterales, dan Poales.
5.      Familia
         Anggota takson setiap ordo diklasifikasikan lagi menjadi bebrapa famili berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu. Famili berasal dari bahasa Latin familia. Nama famili pada tumbuhan umumnya menggunakan akhiran -aceae misalnya Compositae (nama lain Asteraceae) dan Graminae (nama lain Poaceae). Sementara itu, nama famili pada hewan umumnya menggunakan akhiran kata -idae , misalnya Homonidae (manusia), Felidae (kucing), dan Canidae (anjing).
6.      Genus
         Anggota takson setiap famili dikelompokkan lagi menjadi beberapa genus berdasarkan persamaannya pada ciri-ciri tertentu yang lebih khusus. Kaidah penulisan nama genus ialah menggunakan huruf kapital pada kata pertama dan dicetak miring atau digarisbawahi. Sebagai contoh, famili Poaceae terdiri atas genus, Zea (jagung), Triticum (gandum), Saccharum (tabu), dan Oryza (Padi-padian).
7.      Species
         Spesies adalah tingkatan takson paling dasar atau paling rendah. Anggota takson spesies memiliki persamaan ciri paling banyak dan terdiri atas organisme yang bila melakukan perkawinan secara alamiah dapat menghasilkan keturunan yang fertil (subur). Nama spesies terdiri dari dua kata; kata pertama menunjukkan nama genusnya dan kata kedua menunjukkan nama spesifiknya. Sebagai contoh, pada genus Rosa terdapat spesies Rosa multiflora, Rosa canina , Rosa gigiantea, Rosa alba, Rosa rugosa , dan Rosa dumalis.
8.      Varietas atau Ras
         Pada organisme-organisme satu spesies kadang kala masih ditemukan perbedaan ciri yang sangat jelas, sangat khusus atau bervariasi sehingga diesebut varietas(kultivar) atau ras . Istilah varietas dan kultivar digunakan dalam spesies tumbuhan, sedangkan dalam spesies hewan digunakan istilah ras. Varietas dapat diartikan secara botani dan secara agronomi.
         Varietas secara botani adalah populasi tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan perbedaan ciri yang jelas. penamaannya diatur oleh ICBN (International Code of Botanical Nomenclature). Penulisan varietas secara didahului dengan singkatan var, dan nama varietas dicetak miring (italic) atau digarisbawahi (underline). Contohnya: Oryza sativa var indica (padi) dan Zea mays L. var tunicata (jagung).
         Sementara itu varietas secara agronomi merupakan sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih ciri khas yang dapat dibedakan secara jelas dan ciri tersebut dapat dipertahankan bila dikembangbiakkan secara vegetatif (aseksual) maupu secara generatif (seksual).
               Diantara tingkatan takson tersebut terkadang terdapat tingkatan antara. Tingkatan dibawah suatu takson menggunakan nama subtakson. Contohnya di bawah filum ada subantara subfilum, dibawah ordo ada subordo, dibawah famili ada subfamili, dan seterusnya. Nama subfamili pada hewan umumnya menggunakan akhiran -inae, misalnya Caniae, Felinae, dan Boainae. Sebaliknya, di atas tingkatan takson terdapat supertakson. Contohnya di atas kelas ada superkelas, diatas ordo ada superordo, di atas famili ada tingkatan superfamili, dan seterusnya.
               Pembagian kelompok takson dari kelompok besar sampai ke kelompok yang lebih khusus atau tingkat jenis, secara garis besar dan berurutan ditulis sebagai berikut : Kingdom – Divisi – Kelas – Bangsa – Suku – Marga – Spesies.
               Setiap takson diberi nama tertentu. Sistem penanaman takson untuk klasifikasi tumbuhan lebih  teratur daripada klasifikasi hewan, karena setiap nama golongannya memiliki akhiran tertentu. Perbedaan nama ilmiah untuk setiap takson adalah didasarkan kepada banyak sedikitnya karakter persamaan dan perbedaan dalam identifikasi dan deskripsi dari organisme itu. Karakter organisme mencakup warna, bentuk, tekstur, alat reproduksi, dan ciri lainnya.

B.     Tumbuhan Lumut (Bryophyta)
Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora dan telah mendiami bumi semenjak kurang lebih 350 juta tahun yang lalu. Pada masa sekarang ini Bryophyta dapat ditemukan di semua habitat kecuali di laut (Gradstein, 2003).
Dalam skala evolusi lumut berada di antara ganggang hijau dan tumbuhan berpembuluh (tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji). Persamaan antara ketiga tumbuhan tersebut adalah ketiganya mempunyai pigmen fotosintesis berupa klorofil A dan B, dan pati sebagai cadangan makanan utama (Hasan dan Ariyanti, 2004).
Perbedaan mendasar antara ganggang dengan lumut dan tumbuhan berpembuluh telah beradaptasi dengan lingkungan darat yang kering dengan mempunyai organ reproduksi (gametangium dan sporangium), selalu terdiri dari banyak sel (multiseluler) dan dilindungi oleh lapisan sel-sel mandul, zigotnya berkembang menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam gametangium betina. Oleh karena itu lumut dan tumbuhan berpembuluh pada umumnya merupakan tumbuhan darat tidak seperti ganggang yang kebanyakan aquatik (Gembong Tjitrosoepomo, 1989).
Lumut dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena lumut (kecuali Polytrichales) tidak mempunyai sistem pengangkut air dan makanan. Selain itu lumut tidak mempunyai akar sejati, lumut melekat pada substrat dengan menggunakan rhizoid. Siklus hidup lumut dan tumbuhan berpembuluh juga berbeda (Hasan dan Ariyanti, 2004).
Tumbuhan berpembuluh  yang merupakan tumbuhan sesungguhnya, di alam merupakan generasi aseksual (sporofit), sedangkan generasi gametofitnya sangat tereduksi. Sebaliknya pada lumut, tumbuhan sesungguhnya merupakan generasi seksual (gametofit). Sporofit lumut sangat tereduksi dan selama perkembangannya melekat dan hidupnya tergantung pada gametofit. Hal ini dikarenakan sporofit tidak mempunyai daun sebagai tempat fotosintesis untuk menghasilkan makanan. Sehingga sumber makanan untuk menunjang kehidupannya masih bergantung pada gametofit (Polunin, 1990).
Bryophyta adalah sebuah divisi tumbuhan darat yang jelas batasannya dan tidak memiliki hubungan kekerabatan erat dengan tumbuhan lain dari dunia tumbuhan. Sebagian besar Bryophyta berukuran kecil, yang terkecil hampir tidak tampak dengan bantuan lensa, sedangkan yang terbesar tidak pernah lebih dari 50 mm tingginya atau panjangnya. Lumut ini lazim terdapat pada pohon, batu, kayu gelondongan, dan di tanah pada setiap bagian dunia dan pada hampir semua habitat kecuali di laut.
Tumbuhan lumut hidup subur dan banyak sekali dijumpai pada lingkungan yang lembab. Hal ini dikarenakan reproduksi tumbuhan lumut sangat memerlukan air. Tanpa air organ reproduksinya tidak dapat masak atau pecah. Air dapat berasal dari tetes hujan dan juga tetes embun. Meskipun menyukai habitat yang lembab, Bryophyta terutama merupakan tumbuhan darat, dan yang tumbuh di air tawar hanya merupakan adaptasi sekunder terhadap kehidupan air (Loveless, 1983: 58).

C.    Morfologi Tumbuhan Lumut (Bryophyta)
Tumbuhan lumut berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang menghasilkan klorofil a dan b. Lumut bersifat autotrof dan merupakan tumbuhan peralihan antara tumbuhan lumut berkormus dan bertalus. Lumut dapat beradaptasi untuk tumbuh di tanah, belum mempunyai jaringan pengangkut, sudah memiliki sel yang terdiri dari selulosa (Najmi Indah, 2009:47).
Struktur tubuh tumbuhan lumut :
a.      Batang apabila dilihat secara melintang akan tampak susunan sebagai
berikut :
1)      Selapis sel kulit, beberapa sel diantaranya membentuk rizoid-rizoid epidermis.
2)      Lapisan kulit dalam (korteks), silinder pusat yang terdiri sel-sel parenkimatik yang memanjang untuk mengangkut air dan garam, belum terdapat floem dan xilem.
3)      Silinder pusat yang terdiri dari sel-sel parenkim yang memanjang dan berfungsi sebagai jaringan pengangkut.
b.      Daun tersusun atas satu lapis sel.
Sel-sel daunnya kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti jala. Lumut hanya dapat tumbuh memanjang tetapi tidak membesar, karena tidak ada sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong.
c.       Rizoid
Rizoid terdiri dari selapis sel kadang dengan sekat yang tidak sempurna, bentuk seperti benang sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap garam-garam mineral.
d.      Sporofit
Sporofit terdiri atas bagian-bagian :
1)      Vaginula          : kaki yang dilindungi oleh sisa arkegonium.
2)      Seta                 : tangkai
3)      Apofisis           : ujung seta yang membesar yang merupakan peralihan dari tangkai dan sporangium.
4)      Sporangium     : kotak spora
5)      Kaliptra           : tudung yang berasal dari tudung arkegonium sebelah atas.
e.       Gametofit
Gametofit terdiri atas :
1)      Anteridium (sel kelamin jantan) berbentuk seperti gada yang menghasilkan sperma.
2)      Arkegonium (sel kelamin betina) berbentuk seperti botol yang menghasilkan sel telur.

D.    Perkembangbiakan Tumbuhan Lumut
Reproduksi lumut bergantian antara fase seksual dan aseksual melalui pergiliran keturunan atau metagenesis. Metagenesis merupakan pergantian antara fase vegetatif (generasi sporofit = penghasil spora) dan fase generatif (generasi gametofit = penghasil gamet). Reproduksi aseksual dengan spora haploid yang dibentuk dalam sporofit.
a.       Reproduksi Vegetatif
Perkembangbiakan secara vegetatif dapat terjadi dengan banyak
cara, antara lain :
(1)   Membentuk tunas pada pangkal batang dan selanjutnya tunas terlepas dan berkembang menjadi individu baru.
(2)   Membentuk stolon
(3)   Batang lumut yang bercabang-cabang mati, lalu cabangnya tumbuh dan berkembang menjadi individu baru.
(4)   Protonema primer membentuk individu baru.
(5)   Protonema putus-putus menjadi banyak protonema
(6)   Membentuk kuncup
b.      Reproduksi generatif
Tumbuhan lumut ini mengalami pergiliran keturunan dalam daur hidupnya. Tumbuhan lumut yang sering kita jumpai merupakan bagian perkembangan lumut pada tahap gametofit (tumbuhan penghasil gamet) yang haploid. Sel-sel kelamin jantan (sel sperma) dihasilkan dari anteridium dan sel-sel kelamin betina betina (sel telur atau ovum) terletak di dalam arkegonium. Anteridium yang masak akan melepaskan sel-sel sperma  dan akan jatuh ke dalam arkegonium. Sel-sel sperma berenang (pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan basah) menuju arkegonium untuk membuahi ovum.
Ovum yang terbuahi akan tumbuh menjadi sporofit. Sporofit ini diploid dan berusia pendek (3-6 bulan untuk mencapai tahap pemasakan). Sporofit akan membentuk kapsula yang disebut sporogonium pada bagian ujung. Sporogonium berisi spora haploid yang dibentuk melalui pembelahan meiosis. Sporogonium masak akan melepaskan spora. Spora tumbuh menjadi suatu berkas-berkas yang disebut protonema. Berkasberkas ini tumbuh meluas dan pada tahap tertentu akan menumbuhkan gametofit baru (Raven, 1986)

E.     Klasifikasi Lumut (Bryophyta)
Divisi Bryophyta dibagi menjadi tiga kelas, yaitu lumut hati (Hepaticopsida), lumut tanduk (Anthocerotopsida), dan lumut sejati (Bryopsida) (Siti Sutarni Tjitrosomo, 1984: 76)
a. Lumut Hati (Hepaticopsida)
Description: C:\Users\NURILAH\Downloads\Pictures\nn.jpg

Klasifikasi lumut hati
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Hepaticophyta
Class                : Hepaticosida
Ordo                : Hepaticoccales
Family             : Hepaticoceae
Genus              : Hepaticopsida
Species            : Hepaticiopsida sp.
Hepaticopsida berasal dari kata “ Hepatica” artinya Hati maka dikenal dengan nama lumut hati.
1. ciri-ciri
ü  Gametofit berwarna hijau, pipih, dorsiventral, struktur talus sederhana atau terdifrensiasi atas batang dan daun-daun, menempel pada tanah dengan menggunakan rizoid.
ü  Sporofit tidak mempunyai sel yang mengandung kloroplas dan didalamnya tidak ada kolumella.
ü  Spora yang berkecambah tidak melalui pembentukan protonema
ü  Perkembangbiakan aseksual fragmentasi
ü  Pembentukan kuncup (Gemma)
ü  Pembentukan tunas cabang
ü  Pembentukan umbi (tuber)
ü  Penebalan ujung talus
2.      Klasifikasi ordo pada kelas Hepaticopsida
a Ordo Marchantiales, dengan ciri-ciri:
ü  Gametofit berupa talus sederhana
ü  Struktur anatomi talus memperlihatkan difrensiasi jaringan, ada ruang uadara dan poros.
ü  Gametangium letaknya tenggelam didalam talus, arkegonium mempunyai 6 sel saluran leher.
ü  Sporofit terdiri dari kapsul saja atau terdiri dari kaki, seta dan kapsul.
ü  Ordo Marchantiales terdiri 6 famili yaitu:
1)      Famili Ricciaceae
2)      Famili Corsiania
3)      Famili Targoniaceae
4)      Famili Marchantiacea
5)      Famili Monocleaceae
6)      Famili Monocarpaceae

Contoh Ordo Marchantiales
Divisi : Bryophyta 
Classis : Hepaticae 
Ordo : Marchantiales
Famili : Marchantiaceae
Genus : Marchantia
Species : Marchantia polymorpha
Deskripsi :
ü  Talus seperti pita, kurang lebih 2 cm lebarnya, agak tebal, berdaging, bercabang-cabang menggarpu, dan mempunyai suatu rusuk tengah yang tidak begitu menonjol.
ü  Pada sisi bawah terdapat sisik-sisik perut dan rizoid-rizoid ysng bersifat fototrop negatif.
ü  Permukaan atas talus mempunyai lapisan kutikula sehingga hampir mungkin di lalui air.
ü  Sisa-sisa jaringan talus berupa sel-sel yang tidak mengandung klorofil dan berguna sebagai tempat penimbunan zat makanan cadangan.
ü  Gametangium didukung oleh suatu cabang talus yang tumbuh tegak.
ü  Dulu digunakan sebagai bahan obat penyakit hati (hepar).

b. Ordo Spaerocarpales, dengan ciri-ciri:
ü  Gametofit berupa talus sederhana
ü  Struktur anatomi talus tidak memperlihatkan difrensiasi jaringan, tidak ada ruang udara dan poros.
ü  Gametangium diselubungi involukrum, arkegonium mempunyai 6 sel saluran leher.
ü  Sporofit terdiri dari kaki, seta dan kapsul

c. Ordo Jungermanniales, dengan ciri-ciri:
ü  Gametofit berupa talus sederhana.
ü  Arkegonium diselubungi involukrum dan mempunyai 5 sel saluran leher.
ü  Sporofit terdiri dari kapsul saja atau terdiri dari kaki, seta dan kapsul.
ü  Memuat golongan yang masih berupa talus sederhana, bentuknya seperti pita dan dorsiventral.
ü  Sporofit terletak disisi dorsal dan diliputi involukru.
ü  Terdiri 7 famili yaitu :
1)      Famili Riccardiaceae
2)      Famili Pelliaceae
3)      Famili Treubiaceae
4)      Famili Fossombroniaceae
5)      Famili Pallaviciniaceae
6)      Famili Blasiaceae
7)      Famili Metzgeriaceae.

Sub ordo Jungermannineae atau Accrogynae
Memuat golongan yang talusnya menyerupai batang dengan daun-daun menyerupai batang dengan daun tersusun dalam 3 deretan yaitu 2 deretan daun samping (daun lateral) dan satu deretan daun ventral (amfigastrum). Daun samping tersebut terbagi atas lobus dorsal dan lobus ventral. Daun yang melindungi aarkegonium disebut periketium atau periantium, sedang daun yang melindungi anteridium disebut Perigonium.
Contoh  dari ordo Jungermanniales
Divisi : Bryophyta 
Classis : Hepaticae
Ordo : Jungermaniales
Famili : Anacrogynaceae
Genus : Blasia
Species : Blasia fluitans
Diskripsi :
ü  Telah memiliki semacam batang yang bercabang-cabang banyak dan tumbuh dorsi ventral
ü  Protonema hanya terdiri atas beberapa sel saja, tetapi ada pula yang protonemanya pipih dan menjadi bagian tubuhnya yang vegetati.
ü  Ujung talus tidak ikut mengambil bagian dalam pembentukan arkegonium.
ü  Sporogonium terdapat pada sisi punggung,pada beberapa jenis diliputi oleh periketium.
ü  Talus lebar, mempunyai rusuk tengah, pada tepi talusnya mulai tampak terbentuknya alat-alat seperti daun

d. Ordo Calobryales, dengan ciri-ciri:
ü  Gametangium tidak mempunyai batang dengan daun-daun yang tersusun dalam 3 baris.
ü  Gametangium terbenuk diujung batan, arkegonium mempunyai 4 sel saluran leher
ü  Sporofit terdiri dari kapsul saja Contohnya Calobryum, Haplomitrium.
Lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. 
Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Berkembang biak secara generatif dengan oogami, dan secara vegetatif dengan fragmentasi, tunas, dan kuncup eram. Lumut hati melekat pada substrat dengan rizoid uniseluler (Hasan dan Ariyanti, 2004). 
Pada kebanyakan lumut talus selain rizoid juga dijumpai sisiksisik. Sporofit pada kelompok lumut ini hidupnya hanya sebentar, lunak dan tidak berklorofil. Spora yang telah masak dikeluarkan dari kapsul dengan cara kapsul pecah menjadi 4 bagian memanjang atau lebih (Gradstein, 2003).
Pada Marchantia polymorpha, gametofit membentuk anteridium dan arkegonium yang berbentuk seperti payung, sporofit pertumbuhannya terbatas karena tidak mempunyai jaringan meristematik. Anteridium terpancang pada permukaan atas, bentuknya seperti cakram. Dasar bunga betina agak melebar dan berbentuk payung, dengan cuping berbentuk jari, umumnya berjumlah 9. Arkegonium tumbuh pada alur-alur di antara cuping-cuping dengan leher menekuk ke bawah. 
Gametofit dalam kelompok Hepaticopsida berdasarkan bentuk tubuhnya dapat dikelompokkan menjadi 2 tipe, yaitu tipe frondose
(bertalus atau bersisik hijau atau berbentuk pita) dan foliose (berdaun) yaitu tubuh terbagi menjadi bagian seperti batang dengan 2 baris atau 3 baris daun.
Tempat hidup pada tempat-tempat yang basah, untuk struktur tubuh yang higromorf. Pada tempat-tempat yang kering, untuk struktur tubuh yang xeromorf (alat penyimpan air). Sebagai epifit umumnya menempel pada daun-daun pepohonan dalam rimba di daerah tropika.
Contoh lumut hati di antaranya adalah :
1)      Bangsa Marchantiales
Sebagian lumut hati yang tergolong dalam bangsa ini mempunyai susunan talus yang agak rumit. Pada sisi bawah talus terdapat selapis sel-sel yang menyerupai daun yang dinamakan sisiksisik perut atau sisik-sisik ventral. Selain itu pada sisi bawah talus terdapat rhizoid-rhizoid, yang bersifat fototrof negative dan dinding selnya mempunyai penebalan ke dalam yang bentuknya seperti sekatsekat yang tidak sempurna.
Permukaan atas talus mempunyai lapisan kutikula, oleh sebab itu hampir tak mungkin dilalui oleh air. Jika dilihat dari atas, talus kelihatan berpetak-petak. Di bawah tiap-tiap petak di dalam talus terdapat suatu ruang udara, dan di tengah petak terdapat suatu liang udara yang meghubungkan ruang udara tadi dengan dunia luar. Contoh : Marchantia stremanii, Marchantia polymorpha, Ricardia multifida (L).S. Gray, Riccia fluitans dan Riccia nutants.
2)      Bangsa Jungermaniales
Lumut hati yang kebanyakan kecil, hidup di atas tanah atau batang-batang pohon, di daerah tropika juga sebagai epifit pada daun pohon-pohonan dalam hutan. Bangsa ini meliputi ± 900 jenis dan merupakan 90% dari semua Hepaticeae. Bentuk-bentuk tubuh yang masih sederhana sangat menyerupai Marchantia, talus berbentuk pita, sempit dan bercabang-cabang menggarpu. Sebaliknya ada pula yang rusuk tengah talusnya telah memberi kesan seperti batang dengan bagian-bagian talus ke samping yang telah menyerupai daun-daunan.
Kebanyakan Jungerminales telah mempunyai semacam batang yang bercabang-cabang banyak dan tumbuh dorsiventral. Pada bagian seperti batang itu terdapat dua baris semacam daun-daun kecil yang letaknya agak miring.
Bagian-bagian serupa daun kecil itu telah mempunya ibu tulang, tetapi bagian yang serupa batang belum mempunyai berkas pembuluh pengangkutan.  Contoh : Calobryum mnioides, Calobryum blumei dan Haplomitrium.
Contoh lumut ini antara lain Ricciocarpus sp. dan Marchantia sp.
a.       Ricciocarpus sp.
Hidup terapung di atas air, tubuh berupa lembaran. Daur hidupnya terdapat dalam generasi sporofit yang menghasilkan spora dan generasi gametofit yang menghasilkan gamet.
b.      Marchantia polymorpha
Tubuh berbentuk lembaran (thalus), tumbuh menempel di atas permukaan tanah, batu, pohon atau tebing yang basah. Di bagian bawah terdapat rizoid yang digunakan untuk menempel dan mengisap air dan mineral, tidak berbatang dan berdaun. Reproduksi vegetatif dengan membentuk gemma atau kuncup. Sementara itu, reproduksi generatif dengan membentuk gamet. Organ pembentuk gamet jantan (antheridium) dan organ pembentuk gamet betina (archegonium) terpisah pada lembaran berbeda. 
b.      Lumut Tanduk (Anthoceropsida)
Description: C:\Users\NURILAH\Downloads\Pictures\mnn.jpgDescription: C:\Users\NURILAH\Downloads\Pictures\hn.jpg

Contoh lumut tanduk Anthoceros sp.
Klasifikasi Lumut Tanduk
Kingdom         : Plantae
Division           : Anthoceroptophyta
Class                : Anthoceroptopsida
Ordo                : Anthoceroptoceales
Family             : Anthoceroptoceae
Genus              : Anthoceroptopsida
Species            : Anthoceroptopsida sp.
Anthoceropsida atau lumut tanduk mempunyai gametofit bertalus dengan sporofit indeterminate dan berklorofil. Berbeda dengan Bryophyta lainnya, sel-sel talus Anthocerpsida mempunyai satu kloroplas besar pada masing-masing selnya. Kapsul berbentuk silindris memanjang dimulai dari bagian ujung kapsul (Hasan dan Ariyanti, 2004).
Gametofit dari lumut ini berbetuk cakram, bersifat dorsiventral (dapat dibedakan antara bagian dorsal/punggung dan ventral/perut )dan tidak memiliki sisik. Di sini dijumpai adanya rhizoid yang halus seperti rambut. Jaringan penyusun talus bersifat homogen, memiliki kloroplas dengan pyrenoid besar di mana di dalam pirenoid terdapat beberapa granula. Organ seks tertanam pada jaringan gametofit di sisi dorsal. Pada bagian ventral gametofit dijumpai adanya stoma. Sporofit Kelas Anthoceropsida hanya terdiri atas kaki dan kapsul, dengan kata lain tidak memiliki seta di mana bentuk kapsul adalah silinder dengan panjang beberapa sentimeter. Pengamatan irisan melintang kapsul menunjukkan adanya kelompok sel – sel steril di tengah – tengah yang disebut kolumela. Kolumela dikelilingi oleh silinder berongga yang berisi elatera dan spora yang biasanya berupa tetra spora. Struktur elatera memanjang ke seluruh bagian kapsul. Di sebelah luar kapsul terdapat sel – sel epidermis (dinding kapsul), dan umumnya terdapat stomata. Sporofit tidak bertangkai dan mempunyai bentuk seperti tanduk, inilah yang membedakannya dengan sporofit Kelas Hepaticopsida.
Secara seksual, dengan membentuk anteridium dan arkegonium. Anteridium terkumpul pada suatu lekukan sisi atas talus arkegonium juga terkumpul pada suatu lekukan pada sisi atas talus. Zigot mula-mula membelah menjadi dua sel dengan suatu dinding pisah melintang. Sel di atas terus membelah yang merupakan sporogonium diikuti oleh sel bagian bawah yang membelah terus-menerus membentuk kaki yang berfungsi sebagai alat penghisap, bila sporogonium masak maka akan pecah seperti buah polongan, menghasilkan jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang diselubungi oleh sel jaringan yang kemudian menghasilkan spora. Contoh lumut tanduk di antaranya yaitu :
1) Bangsa Anthocerotales
Contoh : Anthoceros laevis, Anthoceros fusiformis dan Notothylus valvata.

c.         Lumut Daun (Bryopsida)
Description: C:\Users\NURILAH\Downloads\Pictures\mm.png
Description: C:\Users\NURILAH\Downloads\Pictures\mn.png
Bryopsida dikenal sebagai lumut daun atau lumut sejati, merupakan kelas yang terbesar dalam Bryophyta. Hampir semua anggotanya mempunyai gametofit yang telah terdiferensiasi sehingga dapat dibedakan bentuk-bentuk seperti batang, cabang dan daun. Sporofit Bryopsida berumur panjang, berwarna kecokelatan terdiri atas kaki yang berfungsi untuk menyerap nutrien dari gametofit, dan kapsul yang disangga oleh suatu tangkai disebut seta. Spora masak dibebaskan dari kapsul setelah operkulum (struktur semacam tutup pada kapsul) membuka secara perlahan-lahan melalui satu atau dua baris gigi-gigi yang disebut peristom (Mishler, et al., 2003).
Tumbuhan ini mempunyai thalus seperti daun yang kecil-kecil sehingga sering disebut lumut daun. Daunnya terdiri atas beberapa lapisan sel yang pada lapisan atasnya mengandung banyak klorofil dan tersusun menurut panjang daun serta merupakan jaringan asimilasi. Pogonatum sp  ini termasuk dalam bangsa Bryales dan termasuk dalam Subordo Nematodanteae berdasarkan sifat gigi-gigi peristomnya, dan termasuk ke dalam Politrichaceae karena memiliki banyak rambut, mungkin maksudnya kaliptranya banyak ditutupi oleh rambut.
Daun-daun ini tidak seperti yang terdapat pada lumut hati yang merupakan kerabatnya, biasanya mempunyai rusuk tengah dan tersusun pada batang mengikuti suatu garis spiral, yang panjangnya dapat bervariasi dari suatu bagian dari satu inci sampai satu kaki. Rusuk tengahnya mengandung sel-sel memanjang, dan suatu berkas di pusat batangnya biasanya mengandung sel-sel memanjang yang diduga berfungsi untuk mengangkut air dan zat-zat hara. Akar yang sesungguhnya tidak ada, tetapi pangkal batang pada kebanyakan tipe lumut daun mempunyai banyak sekali lumut-lumut daun untuk “bersauh”. Pada suatu golongan yang khas dan penting, yang dikenal sebagai lumut gambut atau lumut rawa, daunnya tidak hanya khas karena tidak adanya rusuk tengah, tetapi unik karena terdiri atas jaring-jaring sel kecil yang hidup yang memisahkan sel-sel yang mati yang besar-besar yang tembus cahaya dan berlubang-lubang, menghisap dan menahan air dengan efisiensi yang luar biasa, oleh karena itulah cukup besar kemampuan rawa-rawa untuk menahan air, karena sebagian besar terbentuk oleh tumbuh-tumbuhan seperti itu (Polunin, 1990: 64).
Pada gametofit terbentuk alat-alat kelamin jantan dan betina yang kecil, umunya dalam kelompok yang terbukti dari adanya modifikasi daun-daun yang mengelilinginya, dan terdapat pada tumbuhan yang sama (banci), atau lebih sering pada dua individu (jantan dan betina) yang terpisah. Pembuahan kembali dilakukan oleh spermatozoid yang bergerak aktif, yang bila ada air, berenang ke sel telur yang terlindung baik. Badan yang terbentuk melalui peleburan seksual itu berkembang menjadi sporofit, yang bila telah masak terdiri atas kaki penghisap, suatu tangkai yang biasanya panjang, dan sebuah kapsul yang sedikit banyak bersifat rumit dan khas (Polunin, 1990: 65).
Klasifikasi lumut Daun
Kingdom         : Plantae
Division           : Bryophyta
Class                : Bryopsida
Ordo                : Bryopceales
Family             : Bryopceae
Genus              : Bryopsida
Species            : Bryopsida sp
Pembagian Musci
Musci dibedakan menjadi 3 subkelas yaitu  :
2.      Sub Kelas Spanobrya = Sphagnidae
Merupakan sub kelas yang paling primitive dalam kelas Bryopsidae bangsa ini hanya terdiri atas 1 ordo yaitu Spagnales. Yang tergolong 1 famili yaitu Spagnaceae dan 1 genus yaitu Spagnum. Marga ini meliputi sejumlah besar jenis lumut yang kebanyakan hidup ditempat-tempat yang berawa dan membentuk rumpun/bantalan yang dari atas tiap-tiap tahun tampak bertambah luas. Sedang bagian-bagian bawah yang ada dalam air mati dan berubah menjadi gambut. Ciri-cirinya  :
1.      Protonema berbentuk daun kecil, tiap protonema hanya akan membentuk gametopora,
2.      gametopora terdiri dari batang-batang yang bercabang dengan daun-daun dan gametopora tidak mempunyai rizoid.
3.      sporangium mempunyai kaki yang lebar, seta hanya berupa lekukan antara kaki dari kapsul. Tidak terdapat peristom pada kapsul.
3.      Sub Kelas Andreaobrya : Andreaeaidea
Bangsa ini hanya terdiri dari 1 ordo saja yaitu ordo Andreaeales dan 1 famili yaitu famili Andreaeaceae dengan 2 genus yaitu Andreaea Neuroloma. Ciri-cirinya:
1.      Protonema berbentuk seperti batang / pita yang bercabang
2.      Daun-daun tersusun spiral rapat dan menutupi batang
3.      Gametangium terdapat pada ujung cabang terdiri anteridium dan arkegonium terdapat cabang yang berbeda
4.      Sporangium terdiri dari kaki dan kapsul
5.      Kolumua diselubungi oleh jaringan sporogen.
4.      Sub Kelas Eurbya : Brydea
Merupakan sub kelas terbesar dari lumut dan sering dinamakan lumut sejati. Ciri-cirinya:
1.      Protonema hampir selalu berbentuk benang yang bercabang berwarna hijau, protonema mengeluarkan rizoid yang tidak berwarna.
2.      Gametafora selalu dengan jelas dapat dibedakan antara batang dengan daun-daun.
3.      Sporangium terdiri dari kapsul, kaki dan seta.
4.      Menurut cara pertumbuhanya Bryidea dibedakan atas 2 type yaitu:
a.       Yang tumbuh Ortotrop
b.      Yang tumbuh Plagiotrop
Antara kedua golongan itu selain cara tumbuhnya yang berlainan masih pula perbedaan-perbedaan lain, yaitu pada yang tumbuh ortotrop pertumbuhanya diakhiri dengan pertumbuhan arkegorium dan sporogonium yang terdiri dari arkegonium itu berdiri pada ujung batang lumut, oleh sebab itu lumut itu dinamakan lumut yang akrokrap.
Pada yang tumbuh plagiotrop, batang pokonya mempunyai pembentukan yang tidak terbatas dan arkegonium serta arkegoniumnya terdapat pada cabang-cabang pendek, lumut-lumut ini juga disebut lumut yang Plerokarp.
Dalam mengkalasifikasikan Bryales lebih lanjut, bentuk kapsul spora, prestom, operculum dan kalipatra merupakan tanda-tanda pengenal yang penting.
Sporangium mempunyai kaki yang lebar serta hanya berupa lekukan antara kaki dari kapsul. Tidak dapat peristom pada kapsul.
Kulit batang sphasnum terdiri atas sel lapis, sel-sel yang telah mati dan kosong jaringan kulit bersifat seperti spon, dapat menghisap banyak air, dinding-dinding yang membujur maupun yang melintang mempunyai liang-liang yang bulat juga dalam daunya terdapat sel-sel yang menebal berbentuk cincin atau spiral dan merupakan ideobias dari sel-sel lainya yang membentuk susunan seperti jaka, terdiri atas sel-sel hidup, berbentuk panjang dan mengandung banyak klorofil, susunan yang merupakan aparat kapilar itu berguna untuk memenuhi keperluan akan air dan garam-garam makanan.
Cabang-cabang batang ada yang mempunyai bentuk dan warna khusus yaitu cabang yang menjadi pendukung atas sel-sel kelamin. Cabang-cabang ♂ mempunyai anteridium yang bulat dan bertangkai di ketiak-ketiak daunya. Cabang ♀ mempunyai arkegonium pada ujungnya, cabang pendukung arkegonium itu tidak mempunyai sel pemula yang berbentuk limas pada ujungnya, jadi seperti lumut hati berbeda pada lumut daun pada umumnya sporogonium hanya membentuk tangkai pendek dengan kaki yang membesar dan sampai lama diselubungi oleh dinding arkegonium, akhirnya dinding arkegonium itu pecah pada kaki sporogonium. Kapsul spora berbentuk bulat didalamnya terdapat kolumela berbentuk setengah bola yang diselubungi oleh jaringan sporogen.
Arkespora pada sphagnum tidak berasal dari endotesium, tetapi berasal dari lapisan terdalam amfitesium, kapsul spora mempunyai tutup yang akan membuka, jika spora sudah masak, sporogonium dengan kakinya yang melebar dan merupakan taustorium terdapat dalam suatu perpanjangan ujung batang. Sehabis pembuahan kaki lalu memanjang dan dinamakan pseudopodium. Contoh, lumut gambut ialah sphagnum fimoriatum.
Lumut daun atau music terbagi atas empat bangsa yaitu
1)      Bangsa Andreales
Bangsa ini hanya memuat satu suku, yaitu suku Andreaceae, dengan satu marga Andrea. Protonema berbentuk pita yang bercabang. Kapsul spora mula-mula diselubungi oleh kaliptra yang bentuknya seperti kopyah bayi. Jika sudah masak pecah dengan 4 katup-katup. Kolumela diselubungi oleh jaringan sporogen. Contoh : Andrea pethrophila dan Andrea rupestris.
2)      Bangsa Sphagnales
Bangsa ini hanya terdiri atas satu suku Sphagnaceae dan satu marga Sphagnum. Marga ini meliputi sejumlah besar jenis lumut yang kebanyakan hidup di tempat-tempat yang berawa-rawa dan membentuk rumpun atau bantalan, yang dari atas tiap-tiap tahun tampak bertambah luas, sedang bagian-bagian bawah yang ada dalam air mati dan berubah menjadi gambut.
Protonema tidak berbentuk benang, melainkan merupakan suatu badan berbentuk daun kecil, tepinya bertoreh-toreh dan hanya terdiri atas selapis sel saja.
Batangnya banyak bercabang-cabang; cabang-cabang yang muda tumbuh tegak dan membentuk roset pada ujungnya. Daun-daun yang sudah tua terkulai dan menjadi pembalut bagian bawah batang. Suatu cabang di bawah puncak tumbuh sama cepat dengan induk batang, sehingga kelihatan seperti batang lumut itu bercabang menggarpu. Karena batang dari bawah mati sedikit, maka cabang-cabang akhirnya merupakan tumbuhan yang terpisah-pisah. Contoh : Sphagnum actifolium, Sphaghnum squarrosum dan Sphagnum fibriatum.
3)      Bangsa Fissidenstales
Contoh : Fissidens bogoriensis Fleisch.
4)      Bangsa Bryales
Sebagian besar lumut daun tergolong dalam bangsa ini. Pada bangsa ini kapsul sporanya telah mencapai diferensiasi yang paling mendalam. Sporogoniumnya mempunyai suatu tangkai yang elastis, yang dinamakan seta. Tangkai dengan kaki sporogoniumnya tertanam dalam jaringan tumbuhan gametofitnya. Pada ujung tangkai terdapat kapsul sporanya yang bersifat radial atau dorsiventral dan mula-mula diselubungi oleh kaliptra. Contoh : Poganatum cirrhatum, Funaria hygrometrica dan Eubryales pleurocarpi.

BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan kecil yang termasuk division Bryophyta. Mempunyai sel-sel plastida yang mengandung klorofil a dan b. Kebanyakan hidup di darat, dan sel-selnya telah mempunyai dinding yang terdiri dari selulosa. Susunan tubuh sebenarnya merupakan gametofit. Pada bentuk primitif tumbuhan lumut helaian berupa thalus (Marchantia, Riccia, Anthoceros).
Ada dua macam perkembang biakan yaitu: reproduksi vegetatif dan reproduksi generatif. Tempat hidup lumut hati pada tempat-tempat yang basah untuk struktur tubuh higmorf dan pada tempat-tempat yang kering untuk struktur tubuh yang xemorf (alat penyimpanan air).
Divisi Bryophyta dibagi menjadi tiga kelas, yaitu lumut hati (Hepaticopsida), lumut tanduk (Anthocerotopsida), dan lumut sejati (Bryopsida) (Siti Sutarni Tjitrosomo, 1984: 76).
Klasifikasi lumut hati
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Hepaticophyta
Class                : Hepaticosida
Ordo                : Hepaticoccales
Family             : Hepaticoceae
Genus              : Hepaticopsida
Species            : Hepaticiopsida sp
Klasifikasi lumut Daun
Kingdom         : Plantae
Division           : Bryophyta
Class                : Bryopsida
Ordo                : Bryopceales
Family             : Bryopceae
Genus              : Bryopsida
Species            : Bryopsida sp
Klasifikasi Lumut Tanduk
Kingdom         : Plantae
Division           : Anthoceroptophyta
Class                : Anthoceroptopsida
Ordo                : Anthoceroptoceales
Family             : Anthoceroptoceae
Genus              : Anthoceroptopsida
Species            : Anthoceroptopsida sp
Cara hidup lumut hati, sebagai epifit umumnya menempel pada daun-daun pepohonan dalam rimba di daerah tropika. Susunan tubuh lumut hati berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati dibagi menjadi dua kelompok yaitu, lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun. Perkembang biakan lumut hati ada dua yaitu secara aseksual menggunakan spora dan tunas, secara seksual contoh Marchantia, dan anteridium terpancang pada permukaan atas, bentuknya seperti cakram.


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2009. http://en.wikipedia.org/wiki/Image:Mossopolis.jpg Koloni lumut tebal / padat di hutan yang dingin. Diakses tanggal 17 Desember 2015.

Hasnunidah Neni, S.pd, M.si. 2007. Botani Tumbuhan Rendah. UNILA (Universitas Lampung). Lampung.

Lawrence, G.H.M. 1964. Taxonomy of Vascular Plants. The Machmillan Coy. New York.
Padjoarinto, A, S, Sabbithah, dan S, Sulastri. 1994. Taksonomi Tumbuhan. Proyek Pelatihan Tenaga Kependidikan. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta.

Tjitrosoepomo gembong. 2003. Taksonomi Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar