DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR
ISI
................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
C.
Tujuan ........................................................................................................ 4
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Penertian
Taksonomi Tumbuhan................................................................ 5
B.
Tumbuhan
Lumut (Bryophyta)................................................................... 8
C.
Morfologi
Tumbuhan Lumut (Bryophyta).................................................. 5
D.
Perkembangbiakan
Tumbuhan Lumut (Bryophyta).................................... 11
E.
Klasifikasi
Tumbuhan Lumut (Bryophyta)................................................. 13
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan ................................................................................................ 29
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Dunia
tumbuhan mudah dikenali, karena tampak sehari-hari. Warna-warni daun dan bunga
menampilkan rona dan pemadangan yang menarik bagi kita. Tumbuhan merupkan
kelompok makhluk hidup yang mampu membuat makannanya sendiri, karena
memiliki zat hijau daun (klorofil) yang
sudah tersusun dalam organel khusus yaitu kloroplas. Adanya kloroplas ini
memungkinkan tumbuhan mampu mensintesis makanannya dari zat-zat anorganik
melalui proses fotosintesis. Dengan kata lain tumbuhan tergolong dalam makhluk
autotrof.
Ciri
lain yang membedakan dunia tumbuhan dengan organisme lain adalah bahwa tumbuhan memiliki struktur dinding sel yang
kaku yang tersusun dari senyawa selulosa. Adanya struktur dinding sel ini maka tumbuhan
umumnya tidak memilki kemampuan berpindah/bergerak secara bebas seperti hanya
kelompok dunia hewan.
Kelompok
dunia tumbuhan yang ada di bumi sekarang sangatlah beragam, dan banyak
dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia baik digunakan secara langsung
sebagai bahan pangan, sandang dan papan maupun untuk kebutuhan industri
lainnya.
Dalam
setiap keanekaragaman tumbuhan, para ahli botani selalu menghadapi persoalan
dalam menentukan tingkat takson golongan tumbuhan yang dihadapi. Tingkat takson
sangat penting karena tampa adanya tingkatan takson, maka manfaat sistem
klasifikasi tidak dapat diperoleh. Menurut kesepakatan internasional,
istilah-istilah untuk menyebut masing-masing takson bagi tumbuhan itu tempatnya
tidak boleh diubah sehingga masing-masing istilah itu menunjukkan kedudukan
atau tingkat dalam hierarki atau menunjukkan kategorinya dalam sistem
klasifikasi. Dalam taksonomi tumbuhan istilah yang digunakan untuk menyebutkan
suatu takson sekaligus mencerminkan pula di mana posisi dan seberapa tinggi
tingkatnya dalam hierarki klasifikasi.
Tingkatan
takson merupakan tingkatan dari suatu unit atau kelompok makhluk hidup yang
disusun mulai dari tingkat paling tinggi hingga tingkat paling rendah. Urutan
tingkatan takson dalam klasifikasi mulai dari tingkat paling tinggi hingga
tingkat paling rendah, yaitu (1) kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia), (2)
phylum (filum), atau divisio(divisi), (3) classis (kelas), (4) ordo (bangsa),
(5) familia (famili/suku), (6) genus (marga), (7) species (spesies/jenis), dan
(8) varietas (ras).
Semakin
Tinggi tingkatan takson, maka akan semakin banyak pula anggota takson, namun
makin akan banyak pula perbedaan ciri antar sesama anggota takson, Sebaliknya,
semakin rendah tingkatan takson maka semakin sedikit pula anggota takon, dan
semakin banyak pula persamaan ciri antar anggota takson.
Dalam
klasifikasi, makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan beraneka ragam, dipilah
dan dikelompokkan atau disusun tingkatan-tingkatannya dalam klasifikasi disebut
takson. Sedangkan taksonomi adalah cabang biologi yang mempelajari
pengelompokan atau klasifikasi makhluk hidup. Klasifikasi makhluk hidup adalah
suatu cara memilah-milah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi
golongan-golongan tertentu atau unit-unit tertentu. Berikut adalah skema
klasifikasi dunia tumbuhan.
Klasifikasi
organisme sampai saat ini belum ada keseragaman. Masing-masing ahli mempunyau
alasan-alasan tersendiri dalam mengklasifikasikan organisme, sehingga setiap
buku banyak perbedaan dalam menyusun klasifikasi.
Sampai
saat ini para ahli mengelompokkan tumbuhan menjadi empat divisi yaitu
Thallophyta (tumbuhan bertalus), Bryophyta (lumut), Pteridophyta (tumbuhan
paku), dan Spermatophyta (tumbuhan berbiji). Disamping itu, ada beberapa ahli
yang membedakan tumbuhan berdasarkan ada atau tidak adanya berkas pembuluh
angkut.
Berdasarkan
klasifikasi tersebut, tumbuhan secara umum dibagi menjadi dua divisi, yaitu
tumbuhan tidak berpembuluh (Thallophyta ) dan tumbuhan berpembuluh
(Tracheophyta). Tumbuhan tidak berpembuluh tidak memiliki akar, batang, daun
sejati. Sedangkan tumbuhan berpembuluh memiliki akar, batang, dan daun sejati.
Tumbuhan tidak berpembuluh meliputi tumbuhan lumut, sedangkan tumbuhan berpembuluh
meliputi tumbuhan paku dan tumbuhan biji.
Lumut
dalam taksonomi tumbuhan termasuk dalam divisi Bryophyta,
lumut merupakan tumbuhan kecil, dengan
tinggi 1-10 cm (0.4-4 inchi), meskipun beberapa jenis banyak
yang lebih besar. Lumut tidak
mempunyai bunga atau biji, dan daun-daun
sejati. Pada lumut tertentu menghasilkan capsule spora
pada tangkai tipis. Ada kira-kira 10,000 jenis lumut digolongkan pada
Bryophyta. Divisi Bryophyta dahulu mencakup tidak hanya lumut, tetapi juga
liverworts dan hornworts. Sekarang ini, dua kelompok tersebut ditempatkan dalam
divisi tersendiri.Tumbuhan Bryophyta merupakan tumbuhan yang paling primitive
yang tidak memiliki akar sesungguhnya, batang, atau tangkai. Bryophyta
merupakan tumbuhan kecil, herbaceous yang tumbuh tertutup, selalu berkumpul di alas
bebatuan, tanah, ataupun menjadi epifit pada batang dan cabang tanaman.
Bryophyta
terbagi dalam 3 golongan, yaitu lumut
hati (Hepaticophyta), lumut
daun, dan lumut tanduk. Dalam makalah ini penulis akan
membahas mengenai Bryophyta dan tingkat takson atau antar taksa pada Bryophyta.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
penjelasan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam makalah mengenai antar taksa pada Bryophyta
ini adalah:
1. Apakah yang dimaksud dengan taksonomi tumbuhan?
2. Apakah yang dimaksud dengan tumbuhan lumut?
3. Bagaimanakah ciri-ciri dari tumbuhan lumut?
4. Bagaimanakah klasifikasi lumut?
5. Bagaimana perkembangbiakan tumbuhan lumut?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, maka tujuan penyusunan makalah ini adalah:
1. Mahasiswa dapat mngetahui mengenai taksonomi tumbuhan
lumut
2. Mahasiswa dapat mengetahui mengenai tumbuhan lumut,
ciri-ciri dan perkembangbiakan lumut
3. Mahasiswa dapat mengetahui taksonomi dari tumbuhan
lumut
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Taksonomi Tumbuhan
Tingkatan
takson merupakan tingkatan dari suatu unit atau kelompok makhluk hidup yang
disusun mulai dari tingkat paling tinggi hingga tingkat paling rendah.
Urutan
tingkatan takson dalam klasifikasi mulai dari tingkat paling tinggi hingga
tingkat paling rendah, yaitu (1) kingdom (kerajaan) atau regnum (dunia), (2)
phylum (filum), atau divisio(divisi), (3) classis (kelas), (4) ordo (bangsa),
(5) familia (famili/suku), (6) genus (marga), (7) species (spesies/jenis), dan
(8) varietas (ras).
Semakin
Tinggi tingkatan takson, maka akan semakin banyak pula anggota takson, namun
makin akan banyak pula perbedaan ciri antar sesama anggota takson, Sebaliknya,
semakin rendah tingkatan takson maka semakin sedikit pula anggota takon, dan
semakin banyak pula persamaan ciri antar anggota takson.
1.
Kingdom atau Regnum
Kingdom
adalah tingkatan takson yang tertinggi dengan jumlah anggota takson terbesar.
Organisme di bumi dikelompokkan menjadi beberapa kingdom, antara lain (1)
kingdom Animalia (hewan), (2) kingdom Plantae (tumbuhan), (3) kingdom fungi
(jamur), (4) kingdom Monera (Organisme uniseluler tapa nukleus), dan (5)
kingdom Protista (eukariotik yang memiliki jaringan sederhana).
2.
Phylum atau Divisio
Filum
(phylum) digunakan untuk takson hewan, sedangkan divisi (divisio) digunakan
untuk takson tumbuhan. Kingdom Animalia dibagi menjadi beberapa filum, seperti
filum Chordata (memiliki notokorda saat embrio), filum Echinodermata( hewan
berkulit duri), dan filum platyhelminthes (cacing pipih). Nama divisi pada
tumbuhan menggunakan akhiran –phyta.
Contohnya kingdom plantae dibagi
menjadi tiga divisi, antaera lain Bryophyta (tumbuhan lumut),
Pteridophyta(tumbuhan paku) dan Spermatophyta(tumbuhan berbiji).
3.
Classis (kelas)
Anggota
takson pada setiap filum atau divisi diklasifikasikan berdasarkan persamaan
ciri-ciri tertentu. Nama kelas tumbuhan menggunakan akhiran akhiran yang
berbeda-beda, antara lain: -opsida (untuk lumut), -edoneae (untuk tumbuhan
berbiji tertutup), -phyceae (untuk alga), dan lain-lain. Contohnya divisi
Angiospermae dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas Monocotyledoneae dan kelas
Dicotyledoneae; divisi Bryophyta diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu
Hepaticopsida (lumut hati), Anthoceratopsida(lumut tanduk), dan Bryopsida (lumut
daun); dan filum Chrysophyta (ganggang keemasan) dikelompokkan menjadi tiga
kelas, yaitu Xanthophyceae, Chrysophyceae, dan Bacillariopyceae.
4.
Ordo (bangsa)
Anggota
takson pada setiap kelas dikelompokkan lagi menjadi ordo berdasarkan persamaan
ciri-ciri yang lebih khusus. Nama ordo pada takson tumbuhan umumnya menggunakan
akhiran -ales . Sebagai contoh kelas Dicotyledoneae dibagi menjadi beberapa
ordo, antara lain ordo Solanales, Cucurbitales, Rosales, Malvales, Asterales,
dan Poales.
5.
Familia
Anggota takson setiap ordo
diklasifikasikan lagi menjadi bebrapa famili berdasarkan persamaan ciri-ciri
tertentu. Famili berasal dari bahasa Latin familia. Nama famili pada tumbuhan
umumnya menggunakan akhiran -aceae misalnya Compositae (nama lain Asteraceae)
dan Graminae (nama lain Poaceae). Sementara itu, nama famili pada hewan umumnya
menggunakan akhiran kata -idae , misalnya Homonidae (manusia), Felidae
(kucing), dan Canidae (anjing).
6.
Genus
Anggota takson setiap famili
dikelompokkan lagi menjadi beberapa genus berdasarkan persamaannya pada
ciri-ciri tertentu yang lebih khusus. Kaidah penulisan nama genus ialah
menggunakan huruf kapital pada kata pertama dan dicetak miring atau
digarisbawahi. Sebagai contoh, famili Poaceae terdiri atas genus, Zea (jagung), Triticum (gandum), Saccharum
(tabu), dan Oryza (Padi-padian).
7.
Species
Spesies adalah tingkatan takson paling
dasar atau paling rendah. Anggota takson spesies memiliki persamaan ciri paling
banyak dan terdiri atas organisme yang bila melakukan perkawinan secara alamiah
dapat menghasilkan keturunan yang fertil (subur). Nama spesies terdiri dari dua
kata; kata pertama menunjukkan nama genusnya dan kata kedua menunjukkan nama
spesifiknya. Sebagai contoh, pada genus Rosa terdapat spesies Rosa multiflora,
Rosa canina , Rosa gigiantea, Rosa alba, Rosa rugosa , dan Rosa dumalis.
8.
Varietas atau Ras
Pada organisme-organisme satu spesies
kadang kala masih ditemukan perbedaan ciri yang sangat jelas, sangat khusus
atau bervariasi sehingga diesebut
varietas(kultivar)
atau ras . Istilah varietas dan kultivar digunakan dalam spesies tumbuhan,
sedangkan dalam spesies hewan digunakan istilah ras. Varietas dapat diartikan
secara botani dan secara agronomi.
Varietas secara botani adalah populasi
tanaman dalam satu spesies yang menunjukkan perbedaan ciri yang jelas.
penamaannya diatur oleh ICBN (International Code of Botanical Nomenclature).
Penulisan varietas secara didahului dengan singkatan var, dan nama varietas
dicetak miring (italic) atau digarisbawahi (underline). Contohnya: Oryza sativa var indica
(padi) dan Zea mays L. var tunicata (jagung).
Sementara itu varietas secara agronomi
merupakan sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih ciri khas yang dapat
dibedakan secara jelas dan ciri tersebut dapat dipertahankan bila dikembangbiakkan
secara vegetatif (aseksual)
maupu secara generatif (seksual).
Diantara tingkatan takson
tersebut terkadang terdapat tingkatan antara. Tingkatan dibawah suatu takson
menggunakan nama subtakson. Contohnya di bawah filum ada subantara subfilum,
dibawah ordo ada subordo, dibawah famili ada subfamili, dan seterusnya. Nama
subfamili pada hewan umumnya menggunakan akhiran -inae, misalnya Caniae,
Felinae, dan Boainae. Sebaliknya, di atas tingkatan takson terdapat
supertakson. Contohnya di atas kelas ada superkelas, diatas ordo ada superordo,
di atas famili ada tingkatan superfamili, dan seterusnya.
Pembagian
kelompok takson dari kelompok besar sampai ke kelompok yang lebih khusus atau
tingkat jenis, secara garis besar dan berurutan ditulis sebagai berikut :
Kingdom – Divisi – Kelas – Bangsa – Suku – Marga – Spesies.
Setiap takson diberi nama
tertentu. Sistem penanaman takson untuk klasifikasi tumbuhan lebih teratur daripada klasifikasi hewan, karena
setiap nama golongannya memiliki akhiran tertentu. Perbedaan nama ilmiah untuk
setiap takson adalah didasarkan kepada banyak sedikitnya karakter persamaan dan
perbedaan dalam identifikasi dan deskripsi dari organisme itu. Karakter
organisme mencakup warna, bentuk, tekstur, alat reproduksi, dan ciri lainnya.
B.
Tumbuhan Lumut (Bryophyta)
Lumut
merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan lingkungan darat.
Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora dan telah mendiami bumi
semenjak kurang lebih 350 juta tahun yang lalu. Pada masa sekarang ini Bryophyta dapat ditemukan di
semua habitat kecuali di laut (Gradstein, 2003).
Dalam
skala evolusi lumut berada di antara ganggang hijau dan tumbuhan berpembuluh
(tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji). Persamaan antara ketiga tumbuhan tersebut
adalah ketiganya mempunyai pigmen fotosintesis berupa klorofil A dan B, dan
pati sebagai cadangan makanan utama (Hasan dan Ariyanti, 2004).
Perbedaan
mendasar antara ganggang dengan lumut dan tumbuhan berpembuluh telah
beradaptasi dengan lingkungan darat yang kering dengan mempunyai organ
reproduksi (gametangium dan
sporangium), selalu terdiri dari
banyak sel (multiseluler) dan dilindungi oleh lapisan sel-sel mandul, zigotnya
berkembang menjadi embrio dan tetap tinggal di dalam gametangium betina. Oleh karena itu
lumut dan tumbuhan berpembuluh pada umumnya merupakan tumbuhan darat tidak
seperti ganggang yang kebanyakan aquatik (Gembong Tjitrosoepomo, 1989).
Lumut
dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena lumut (kecuali Polytrichales) tidak mempunyai
sistem pengangkut air dan makanan. Selain itu lumut tidak mempunyai akar
sejati, lumut melekat pada substrat dengan menggunakan rhizoid. Siklus hidup lumut
dan tumbuhan berpembuluh juga berbeda (Hasan dan Ariyanti, 2004).
Tumbuhan
berpembuluh yang merupakan tumbuhan
sesungguhnya, di alam merupakan generasi aseksual (sporofit),
sedangkan generasi gametofitnya sangat
tereduksi. Sebaliknya pada lumut, tumbuhan sesungguhnya merupakan generasi
seksual (gametofit).
Sporofit lumut sangat tereduksi dan selama perkembangannya melekat dan hidupnya
tergantung pada gametofit. Hal ini dikarenakan sporofit tidak mempunyai daun
sebagai tempat fotosintesis untuk menghasilkan makanan. Sehingga sumber makanan
untuk menunjang kehidupannya masih bergantung pada gametofit (Polunin, 1990).
Bryophyta adalah sebuah divisi
tumbuhan darat yang jelas batasannya dan tidak memiliki hubungan kekerabatan
erat dengan tumbuhan lain dari dunia tumbuhan. Sebagian besar Bryophyta berukuran kecil, yang
terkecil hampir tidak tampak dengan bantuan lensa, sedangkan yang terbesar
tidak pernah lebih dari 50 mm tingginya atau panjangnya. Lumut ini lazim
terdapat pada pohon, batu, kayu gelondongan, dan di tanah pada setiap bagian
dunia dan pada hampir semua habitat kecuali di laut.
Tumbuhan
lumut hidup subur dan banyak sekali dijumpai pada lingkungan yang lembab. Hal
ini dikarenakan reproduksi tumbuhan lumut sangat memerlukan air. Tanpa air
organ reproduksinya tidak dapat masak atau pecah. Air dapat berasal dari tetes
hujan dan juga tetes embun. Meskipun menyukai habitat yang lembab, Bryophyta terutama merupakan
tumbuhan darat, dan yang tumbuh di air tawar hanya merupakan adaptasi sekunder
terhadap kehidupan air (Loveless, 1983: 58).
C.
Morfologi Tumbuhan Lumut (Bryophyta)
Tumbuhan
lumut berwarna hijau karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang menghasilkan
klorofil a dan b. Lumut bersifat autotrof dan merupakan tumbuhan peralihan
antara tumbuhan lumut berkormus dan bertalus. Lumut dapat beradaptasi untuk
tumbuh di tanah, belum mempunyai jaringan pengangkut, sudah memiliki sel yang
terdiri dari selulosa (Najmi Indah, 2009:47).
Struktur
tubuh tumbuhan lumut :
a. Batang
apabila dilihat secara melintang akan tampak susunan sebagai
berikut :
1)
Selapis sel kulit,
beberapa sel diantaranya membentuk rizoid-rizoid epidermis.
2)
Lapisan kulit dalam
(korteks), silinder pusat yang terdiri sel-sel parenkimatik yang memanjang
untuk mengangkut air dan garam, belum terdapat floem dan xilem.
3)
Silinder pusat yang
terdiri dari sel-sel parenkim yang memanjang dan berfungsi sebagai jaringan pengangkut.
b. Daun
tersusun atas satu lapis sel.
Sel-sel
daunnya kecil, sempit, panjang, dan mengandung kloroplas yang tersusun seperti
jala. Lumut hanya dapat tumbuh memanjang tetapi tidak membesar, karena tidak
ada sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai jaringan penyokong.
c. Rizoid
Rizoid
terdiri dari selapis sel kadang dengan sekat yang tidak sempurna, bentuk
seperti benang sebagai akar untuk melekat pada tempat tumbuhnya dan menyerap
garam-garam mineral.
d. Sporofit
Sporofit terdiri atas
bagian-bagian :
1) Vaginula : kaki yang dilindungi oleh sisa arkegonium.
2) Seta : tangkai
3) Apofisis : ujung seta yang membesar yang
merupakan peralihan dari tangkai dan sporangium.
4) Sporangium
: kotak spora
5) Kaliptra : tudung yang berasal dari tudung
arkegonium sebelah atas.
e. Gametofit
Gametofit terdiri atas
:
1) Anteridium
(sel kelamin jantan) berbentuk seperti gada yang menghasilkan sperma.
2) Arkegonium
(sel kelamin betina) berbentuk seperti botol yang menghasilkan sel telur.

D.
Perkembangbiakan
Tumbuhan Lumut
Reproduksi
lumut bergantian antara fase seksual dan aseksual melalui pergiliran keturunan
atau metagenesis. Metagenesis merupakan pergantian antara fase vegetatif
(generasi sporofit = penghasil spora) dan fase generatif (generasi gametofit =
penghasil gamet). Reproduksi aseksual dengan spora haploid yang dibentuk dalam
sporofit.
a.
Reproduksi Vegetatif
Perkembangbiakan secara vegetatif
dapat terjadi dengan banyak
cara, antara lain :
(1) Membentuk
tunas pada pangkal batang dan selanjutnya tunas terlepas dan berkembang menjadi
individu baru.
(2) Membentuk
stolon
(3) Batang
lumut yang bercabang-cabang mati, lalu cabangnya tumbuh dan berkembang menjadi
individu baru.
(4) Protonema
primer membentuk individu baru.
(5) Protonema
putus-putus menjadi banyak protonema
(6) Membentuk
kuncup
b.
Reproduksi generatif
Tumbuhan lumut ini mengalami pergiliran
keturunan dalam daur hidupnya. Tumbuhan lumut yang sering kita jumpai merupakan
bagian perkembangan lumut pada tahap gametofit (tumbuhan penghasil gamet) yang
haploid. Sel-sel kelamin jantan (sel sperma) dihasilkan dari anteridium dan
sel-sel kelamin betina betina (sel telur atau ovum) terletak di dalam
arkegonium. Anteridium yang masak akan melepaskan sel-sel sperma dan akan jatuh ke dalam arkegonium. Sel-sel
sperma berenang (pembuahan terjadi apabila kondisi lingkungan basah) menuju
arkegonium untuk membuahi ovum.
Ovum yang terbuahi akan tumbuh menjadi
sporofit. Sporofit ini diploid dan berusia pendek (3-6 bulan untuk mencapai
tahap pemasakan). Sporofit akan membentuk kapsula yang disebut sporogonium pada
bagian ujung. Sporogonium berisi spora haploid yang dibentuk melalui pembelahan
meiosis. Sporogonium masak akan melepaskan spora. Spora tumbuh menjadi suatu
berkas-berkas yang disebut protonema. Berkasberkas ini tumbuh meluas dan pada
tahap tertentu akan menumbuhkan gametofit
baru (Raven, 1986)

E.
Klasifikasi
Lumut (Bryophyta)
Divisi
Bryophyta dibagi menjadi tiga
kelas, yaitu lumut hati (Hepaticopsida),
lumut tanduk (Anthocerotopsida),
dan lumut sejati (Bryopsida)
(Siti Sutarni Tjitrosomo, 1984: 76)
a. Lumut
Hati (Hepaticopsida)

Klasifikasi lumut hati
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Hepaticophyta
Class :
Hepaticosida
Ordo :
Hepaticoccales
Family :
Hepaticoceae
Genus :
Hepaticopsida
Species :
Hepaticiopsida sp.
Hepaticopsida
berasal dari kata “ Hepatica” artinya Hati maka dikenal dengan nama lumut hati.
1. ciri-ciri
ü Gametofit berwarna hijau, pipih,
dorsiventral, struktur talus sederhana atau terdifrensiasi atas batang dan daun-daun, menempel pada tanah
dengan menggunakan rizoid.
ü Sporofit tidak mempunyai sel yang
mengandung kloroplas dan didalamnya tidak ada kolumella.
ü Spora yang berkecambah tidak melalui
pembentukan protonema
ü Perkembangbiakan aseksual
fragmentasi
ü Pembentukan kuncup (Gemma)
ü Pembentukan tunas cabang
ü Pembentukan umbi (tuber)
ü Penebalan ujung talus
2.
Klasifikasi ordo pada kelas Hepaticopsida
a Ordo Marchantiales, dengan ciri-ciri:
ü Gametofit berupa talus sederhana
ü Struktur anatomi talus
memperlihatkan difrensiasi jaringan, ada ruang uadara dan poros.
ü Gametangium letaknya tenggelam
didalam talus, arkegonium mempunyai 6 sel saluran leher.
ü Sporofit terdiri dari kapsul saja
atau terdiri dari kaki, seta dan kapsul.
ü Ordo Marchantiales terdiri 6 famili
yaitu:
1)
Famili Ricciaceae
2)
Famili Corsiania
3)
Famili Targoniaceae
4)
Famili Marchantiacea
5)
Famili Monocleaceae
6)
Famili Monocarpaceae
Contoh Ordo Marchantiales
Divisi : Bryophyta
Classis : Hepaticae
Ordo : Marchantiales
Famili : Marchantiaceae
Genus : Marchantia
Species : Marchantia polymorpha
Deskripsi :
ü Talus seperti pita, kurang lebih 2
cm lebarnya, agak tebal, berdaging, bercabang-cabang menggarpu, dan mempunyai
suatu rusuk tengah yang tidak begitu menonjol.
ü Pada sisi bawah terdapat sisik-sisik
perut dan rizoid-rizoid ysng bersifat fototrop negatif.
ü Permukaan atas talus mempunyai
lapisan kutikula sehingga hampir mungkin di lalui air.
ü Sisa-sisa jaringan talus berupa
sel-sel yang tidak mengandung klorofil dan berguna sebagai tempat penimbunan
zat makanan cadangan.
ü Gametangium didukung oleh suatu
cabang talus yang tumbuh tegak.
ü Dulu digunakan sebagai bahan obat
penyakit hati (hepar).
b. Ordo Spaerocarpales, dengan ciri-ciri:
ü Gametofit berupa talus sederhana
ü Struktur anatomi talus tidak
memperlihatkan difrensiasi jaringan, tidak ada ruang udara dan poros.
ü Gametangium diselubungi involukrum,
arkegonium mempunyai 6 sel saluran leher.
ü Sporofit terdiri dari kaki, seta dan
kapsul
c. Ordo Jungermanniales, dengan ciri-ciri:
ü Gametofit berupa talus sederhana.
ü Arkegonium diselubungi involukrum
dan mempunyai 5 sel saluran leher.
ü Sporofit terdiri dari kapsul saja
atau terdiri dari kaki, seta dan kapsul.
ü Memuat golongan yang masih berupa
talus sederhana, bentuknya seperti pita dan dorsiventral.
ü Sporofit terletak disisi dorsal dan
diliputi involukru.
ü Terdiri 7 famili yaitu :
1) Famili Riccardiaceae
2) Famili Pelliaceae
3) Famili Treubiaceae
4) Famili Fossombroniaceae
5) Famili Pallaviciniaceae
6) Famili Blasiaceae
7) Famili Metzgeriaceae.
Sub ordo Jungermannineae atau Accrogynae
Memuat golongan yang talusnya
menyerupai batang dengan daun-daun menyerupai batang dengan daun tersusun dalam
3 deretan yaitu 2 deretan daun samping (daun lateral) dan satu deretan daun
ventral (amfigastrum). Daun samping tersebut terbagi atas lobus dorsal dan
lobus ventral. Daun yang melindungi aarkegonium disebut periketium atau
periantium, sedang daun yang melindungi anteridium disebut Perigonium.
Contoh
dari ordo Jungermanniales
Divisi : Bryophyta
Classis : Hepaticae
Ordo : Jungermaniales
Famili : Anacrogynaceae
Genus : Blasia
Species : Blasia fluitans
Diskripsi :
ü Telah memiliki semacam batang yang
bercabang-cabang banyak dan tumbuh dorsi ventral
ü Protonema hanya terdiri atas
beberapa sel saja, tetapi ada pula yang protonemanya pipih dan menjadi bagian
tubuhnya yang vegetati.
ü Ujung talus tidak ikut mengambil
bagian dalam pembentukan arkegonium.
ü Sporogonium terdapat pada sisi
punggung,pada beberapa jenis diliputi oleh periketium.
ü Talus lebar, mempunyai rusuk tengah,
pada tepi talusnya mulai tampak terbentuknya alat-alat seperti daun
d. Ordo Calobryales, dengan ciri-ciri:
ü Gametangium tidak mempunyai batang
dengan daun-daun yang tersusun dalam 3 baris.
ü Gametangium terbenuk diujung batan,
arkegonium mempunyai 4 sel saluran leher
ü Sporofit terdiri dari kapsul saja
Contohnya Calobryum, Haplomitrium.
Lumut
hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang
lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan.
Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal ini
menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok
peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta.
Tubuhnya terbagi
menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Berkembang biak
secara generatif dengan oogami, dan secara vegetatif dengan fragmentasi, tunas,
dan kuncup eram. Lumut
hati melekat pada substrat dengan rizoid uniseluler (Hasan
dan Ariyanti, 2004).
Pada kebanyakan
lumut talus selain
rizoid juga
dijumpai sisiksisik. Sporofit pada
kelompok lumut ini hidupnya hanya sebentar, lunak dan tidak berklorofil. Spora
yang telah masak dikeluarkan dari kapsul dengan cara kapsul pecah menjadi 4
bagian memanjang atau lebih (Gradstein, 2003).
Pada Marchantia polymorpha,
gametofit membentuk
anteridium dan arkegonium yang berbentuk seperti payung, sporofit
pertumbuhannya terbatas karena tidak mempunyai jaringan meristematik.
Anteridium terpancang pada permukaan atas, bentuknya seperti cakram. Dasar
bunga betina agak melebar dan berbentuk payung, dengan cuping berbentuk jari,
umumnya berjumlah 9. Arkegonium tumbuh pada alur-alur di antara cuping-cuping
dengan leher menekuk ke bawah.
Gametofit dalam
kelompok Hepaticopsida berdasarkan bentuk tubuhnya dapat dikelompokkan menjadi
2 tipe, yaitu tipe frondose
(bertalus atau bersisik hijau atau
berbentuk pita) dan foliose
(berdaun) yaitu tubuh terbagi menjadi bagian seperti batang dengan 2 baris atau
3 baris daun.
Tempat hidup
pada tempat-tempat yang basah, untuk struktur tubuh yang higromorf. Pada tempat-tempat
yang kering, untuk struktur tubuh yang xeromorf
(alat penyimpan air). Sebagai epifit umumnya menempel pada daun-daun pepohonan
dalam rimba di daerah tropika.
Contoh lumut hati di antaranya
adalah :
1)
Bangsa Marchantiales
Sebagian lumut hati yang tergolong dalam
bangsa ini mempunyai susunan talus yang agak rumit. Pada sisi bawah talus
terdapat selapis sel-sel yang menyerupai daun yang dinamakan sisiksisik perut
atau sisik-sisik ventral. Selain itu pada sisi bawah talus terdapat
rhizoid-rhizoid, yang bersifat fototrof negative dan dinding selnya mempunyai
penebalan ke dalam yang bentuknya seperti sekatsekat yang tidak sempurna.
Permukaan atas talus mempunyai lapisan
kutikula, oleh sebab itu hampir tak mungkin dilalui oleh air. Jika dilihat dari
atas, talus kelihatan berpetak-petak. Di bawah tiap-tiap petak di dalam talus
terdapat suatu ruang udara, dan di tengah petak terdapat suatu liang udara yang
meghubungkan ruang udara tadi dengan dunia luar. Contoh : Marchantia stremanii, Marchantia polymorpha, Ricardia multifida (L).S.
Gray, Riccia fluitans dan
Riccia nutants.
2)
Bangsa Jungermaniales
Lumut hati yang kebanyakan kecil, hidup
di atas tanah atau batang-batang pohon, di daerah tropika juga sebagai epifit
pada daun pohon-pohonan dalam hutan. Bangsa ini meliputi ± 900 jenis dan
merupakan 90% dari semua Hepaticeae.
Bentuk-bentuk tubuh yang masih sederhana sangat menyerupai Marchantia, talus berbentuk pita,
sempit dan bercabang-cabang menggarpu. Sebaliknya ada pula yang rusuk tengah
talusnya telah memberi kesan seperti batang dengan bagian-bagian talus ke
samping yang telah menyerupai daun-daunan.
Kebanyakan Jungerminales
telah mempunyai semacam batang yang bercabang-cabang banyak dan tumbuh
dorsiventral. Pada bagian seperti batang itu terdapat dua baris semacam
daun-daun kecil yang letaknya agak miring.
Bagian-bagian serupa daun kecil itu
telah mempunya ibu tulang, tetapi bagian yang serupa batang belum mempunyai
berkas pembuluh pengangkutan. Contoh : Calobryum mnioides, Calobryum blumei dan Haplomitrium.
Contoh
lumut ini antara lain Ricciocarpus
sp. dan Marchantia sp.
a.
Ricciocarpus sp.
Hidup terapung
di atas air, tubuh berupa lembaran. Daur hidupnya terdapat dalam generasi
sporofit yang menghasilkan spora dan generasi gametofit yang menghasilkan
gamet.
b. Marchantia polymorpha
Tubuh berbentuk
lembaran (thalus), tumbuh menempel di atas permukaan tanah, batu, pohon atau
tebing yang basah. Di bagian bawah terdapat rizoid yang digunakan untuk
menempel dan mengisap air dan mineral, tidak berbatang dan berdaun. Reproduksi
vegetatif dengan membentuk gemma atau kuncup. Sementara itu, reproduksi generatif
dengan membentuk gamet. Organ pembentuk gamet jantan (antheridium) dan organ
pembentuk gamet betina (archegonium) terpisah pada lembaran berbeda.
b.
Lumut
Tanduk (Anthoceropsida)


Contoh
lumut tanduk Anthoceros sp.
Klasifikasi
Lumut Tanduk
Kingdom : Plantae
Division :
Anthoceroptophyta
Class :
Anthoceroptopsida
Ordo :
Anthoceroptoceales
Family :
Anthoceroptoceae
Genus :
Anthoceroptopsida
Species :
Anthoceroptopsida sp.
Anthoceropsida
atau lumut tanduk mempunyai gametofit bertalus
dengan sporofit indeterminate dan berklorofil. Berbeda dengan Bryophyta lainnya, sel-sel talus Anthocerpsida mempunyai satu
kloroplas besar pada masing-masing selnya. Kapsul berbentuk silindris memanjang
dimulai dari bagian ujung kapsul (Hasan dan Ariyanti, 2004).
Gametofit dari
lumut ini berbetuk cakram, bersifat dorsiventral (dapat dibedakan antara bagian
dorsal/punggung dan ventral/perut )dan tidak memiliki sisik. Di sini dijumpai
adanya rhizoid yang halus seperti rambut. Jaringan penyusun talus bersifat
homogen, memiliki kloroplas dengan pyrenoid besar di mana di dalam pirenoid
terdapat beberapa granula. Organ seks tertanam pada jaringan gametofit di sisi
dorsal. Pada bagian ventral gametofit dijumpai adanya stoma. Sporofit Kelas
Anthoceropsida hanya terdiri atas kaki dan kapsul, dengan kata lain tidak
memiliki seta di mana bentuk kapsul adalah silinder dengan panjang beberapa
sentimeter. Pengamatan irisan melintang kapsul menunjukkan adanya kelompok sel
– sel steril di tengah – tengah yang disebut kolumela. Kolumela dikelilingi
oleh silinder berongga yang berisi elatera dan spora yang biasanya berupa tetra
spora. Struktur elatera memanjang ke seluruh bagian kapsul. Di sebelah luar
kapsul terdapat sel – sel epidermis (dinding kapsul), dan umumnya terdapat
stomata. Sporofit tidak bertangkai dan mempunyai bentuk seperti tanduk, inilah
yang membedakannya dengan sporofit Kelas Hepaticopsida.
Secara seksual,
dengan membentuk anteridium dan arkegonium. Anteridium terkumpul pada suatu
lekukan sisi atas talus arkegonium juga terkumpul pada suatu lekukan pada sisi
atas talus. Zigot mula-mula membelah menjadi dua sel dengan suatu dinding pisah
melintang. Sel di atas terus membelah yang merupakan sporogonium diikuti oleh
sel bagian bawah yang membelah terus-menerus membentuk kaki yang berfungsi
sebagai alat penghisap, bila sporogonium masak maka akan pecah seperti buah
polongan, menghasilkan jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel
mandul yang diselubungi oleh sel jaringan yang kemudian menghasilkan spora.
Contoh lumut tanduk di antaranya yaitu :
1) Bangsa Anthocerotales
Contoh : Anthoceros laevis, Anthoceros fusiformis
dan Notothylus valvata.
c.
Lumut
Daun (Bryopsida)


Bryopsida dikenal
sebagai lumut daun atau lumut sejati, merupakan kelas yang terbesar dalam Bryophyta. Hampir semua
anggotanya mempunyai gametofit yang
telah terdiferensiasi sehingga
dapat dibedakan bentuk-bentuk seperti batang, cabang dan daun. Sporofit Bryopsida berumur panjang,
berwarna kecokelatan terdiri atas kaki yang berfungsi untuk menyerap nutrien
dari gametofit, dan kapsul yang disangga oleh suatu tangkai disebut seta. Spora masak
dibebaskan dari kapsul setelah operkulum (struktur
semacam tutup pada kapsul) membuka secara perlahan-lahan melalui satu atau dua baris
gigi-gigi yang disebut peristom (Mishler, et al.,
2003).
Tumbuhan
ini mempunyai thalus seperti daun yang kecil-kecil sehingga sering disebut
lumut daun. Daunnya terdiri atas beberapa lapisan sel yang pada lapisan atasnya
mengandung banyak klorofil dan tersusun menurut panjang daun serta merupakan
jaringan asimilasi. Pogonatum sp ini termasuk dalam bangsa Bryales dan
termasuk dalam Subordo Nematodanteae berdasarkan sifat gigi-gigi peristomnya,
dan termasuk ke dalam Politrichaceae karena memiliki banyak rambut, mungkin
maksudnya kaliptranya banyak ditutupi oleh rambut.
Daun-daun ini
tidak seperti yang terdapat pada lumut hati yang merupakan kerabatnya, biasanya
mempunyai rusuk tengah dan tersusun pada batang mengikuti suatu garis spiral,
yang panjangnya dapat bervariasi dari suatu bagian dari satu inci sampai satu
kaki. Rusuk tengahnya mengandung sel-sel memanjang, dan suatu berkas di pusat
batangnya biasanya mengandung sel-sel memanjang yang diduga berfungsi untuk
mengangkut air dan zat-zat hara. Akar yang sesungguhnya tidak ada, tetapi
pangkal batang pada kebanyakan tipe lumut daun mempunyai banyak sekali
lumut-lumut daun untuk “bersauh”. Pada suatu golongan yang khas dan penting,
yang dikenal sebagai lumut gambut atau lumut rawa, daunnya tidak hanya khas
karena tidak adanya rusuk tengah, tetapi unik karena terdiri atas jaring-jaring
sel kecil yang hidup yang memisahkan sel-sel yang mati yang besar-besar yang
tembus cahaya dan berlubang-lubang, menghisap dan menahan air dengan efisiensi
yang luar biasa, oleh karena itulah cukup besar kemampuan rawa-rawa untuk
menahan air, karena sebagian besar terbentuk oleh tumbuh-tumbuhan seperti itu
(Polunin, 1990: 64).
Pada gametofit
terbentuk alat-alat kelamin jantan dan betina yang kecil, umunya dalam kelompok
yang terbukti dari adanya modifikasi daun-daun yang mengelilinginya, dan
terdapat pada tumbuhan yang sama (banci), atau lebih sering pada dua individu
(jantan dan betina) yang terpisah. Pembuahan kembali dilakukan oleh spermatozoid
yang bergerak aktif, yang bila ada air, berenang ke sel telur yang terlindung
baik. Badan yang terbentuk melalui peleburan seksual itu berkembang menjadi
sporofit, yang bila telah masak terdiri atas kaki penghisap, suatu tangkai yang
biasanya panjang, dan sebuah kapsul yang sedikit banyak bersifat rumit dan khas
(Polunin, 1990: 65).
Klasifikasi lumut Daun
Kingdom : Plantae
Division :
Bryophyta
Class :
Bryopsida
Ordo :
Bryopceales
Family :
Bryopceae
Genus :
Bryopsida
Species :
Bryopsida sp
Pembagian Musci
Musci dibedakan menjadi
3 subkelas yaitu :
2. Sub
Kelas Spanobrya = Sphagnidae
Merupakan
sub kelas yang paling primitive dalam kelas Bryopsidae bangsa ini hanya
terdiri atas 1 ordo yaitu Spagnales. Yang tergolong 1 famili yaitu Spagnaceae dan
1 genus yaitu Spagnum. Marga ini meliputi sejumlah besar jenis lumut
yang kebanyakan hidup ditempat-tempat yang berawa dan membentuk rumpun/bantalan
yang dari atas tiap-tiap tahun tampak bertambah luas. Sedang bagian-bagian
bawah yang ada dalam air mati dan berubah menjadi gambut. Ciri-cirinya :
1.
Protonema berbentuk
daun kecil, tiap protonema hanya akan membentuk gametopora,
2.
gametopora terdiri dari
batang-batang yang bercabang dengan daun-daun dan gametopora tidak mempunyai
rizoid.
3.
sporangium mempunyai
kaki yang lebar, seta hanya berupa lekukan antara kaki dari kapsul. Tidak
terdapat peristom pada kapsul.
3. Sub
Kelas Andreaobrya : Andreaeaidea
Bangsa
ini hanya terdiri dari 1 ordo saja yaitu ordo Andreaeales dan 1 famili
yaitu famili Andreaeaceae dengan 2 genus yaitu Andreaea Neuroloma.
Ciri-cirinya:
1.
Protonema berbentuk
seperti batang / pita yang bercabang
2.
Daun-daun tersusun
spiral rapat dan menutupi batang
3.
Gametangium terdapat
pada ujung cabang terdiri anteridium dan arkegonium terdapat cabang yang
berbeda
4.
Sporangium terdiri dari
kaki dan kapsul
5.
Kolumua diselubungi
oleh jaringan sporogen.
4. Sub
Kelas Eurbya : Brydea
Merupakan sub kelas
terbesar dari lumut dan sering dinamakan lumut sejati. Ciri-cirinya:
1. Protonema
hampir selalu berbentuk benang yang bercabang berwarna hijau, protonema
mengeluarkan rizoid yang tidak berwarna.
2. Gametafora
selalu dengan jelas dapat dibedakan antara batang dengan daun-daun.
3. Sporangium
terdiri dari kapsul, kaki dan seta.
4. Menurut
cara pertumbuhanya Bryidea dibedakan atas 2 type yaitu:
a.
Yang tumbuh Ortotrop
b.
Yang tumbuh Plagiotrop
Antara
kedua golongan itu selain cara tumbuhnya yang berlainan masih pula perbedaan-perbedaan
lain, yaitu pada
yang tumbuh ortotrop pertumbuhanya diakhiri dengan pertumbuhan arkegorium dan sporogonium
yang terdiri dari arkegonium itu berdiri pada ujung batang lumut, oleh sebab
itu lumut itu dinamakan lumut yang akrokrap.
Pada
yang tumbuh plagiotrop, batang pokonya mempunyai pembentukan yang tidak
terbatas dan arkegonium serta arkegoniumnya terdapat pada cabang-cabang pendek,
lumut-lumut ini juga disebut lumut yang Plerokarp.
Dalam
mengkalasifikasikan Bryales lebih lanjut, bentuk kapsul spora, prestom,
operculum dan kalipatra merupakan tanda-tanda pengenal yang penting.
Sporangium
mempunyai kaki yang lebar serta hanya berupa lekukan antara kaki dari kapsul.
Tidak dapat peristom pada kapsul.
Kulit
batang sphasnum terdiri atas sel lapis, sel-sel yang telah mati dan kosong
jaringan kulit bersifat seperti spon, dapat menghisap banyak air,
dinding-dinding yang membujur maupun yang melintang mempunyai liang-liang yang
bulat juga dalam daunya terdapat sel-sel yang menebal berbentuk cincin atau
spiral dan merupakan ideobias dari sel-sel lainya yang membentuk susunan
seperti jaka, terdiri atas sel-sel hidup, berbentuk panjang dan mengandung
banyak klorofil, susunan yang merupakan aparat kapilar itu berguna untuk
memenuhi keperluan akan air dan garam-garam makanan.
Cabang-cabang batang ada yang
mempunyai bentuk dan warna khusus yaitu cabang yang menjadi pendukung atas
sel-sel kelamin. Cabang-cabang ♂ mempunyai anteridium yang bulat dan bertangkai
di ketiak-ketiak daunya. Cabang ♀ mempunyai arkegonium pada ujungnya, cabang
pendukung arkegonium itu tidak mempunyai sel pemula yang berbentuk limas pada
ujungnya, jadi seperti lumut hati berbeda pada lumut daun pada umumnya
sporogonium hanya membentuk tangkai pendek dengan kaki yang membesar dan sampai
lama diselubungi oleh dinding arkegonium, akhirnya dinding arkegonium itu pecah
pada kaki sporogonium. Kapsul spora berbentuk bulat didalamnya terdapat
kolumela berbentuk setengah bola yang diselubungi oleh jaringan sporogen.
Arkespora pada sphagnum tidak
berasal dari endotesium, tetapi berasal dari lapisan terdalam amfitesium,
kapsul spora mempunyai tutup yang akan membuka, jika spora sudah masak,
sporogonium dengan kakinya yang melebar dan merupakan taustorium terdapat dalam
suatu perpanjangan ujung batang. Sehabis pembuahan kaki lalu memanjang dan
dinamakan pseudopodium. Contoh, lumut gambut ialah sphagnum fimoriatum.
Lumut daun atau music terbagi atas empat bangsa yaitu
Lumut daun atau music terbagi atas empat bangsa yaitu
1)
Bangsa Andreales
Bangsa ini hanya memuat satu suku, yaitu
suku Andreaceae, dengan satu marga Andrea. Protonema berbentuk pita yang
bercabang. Kapsul spora mula-mula diselubungi oleh kaliptra yang bentuknya
seperti kopyah bayi. Jika sudah masak pecah dengan 4 katup-katup. Kolumela
diselubungi oleh jaringan sporogen. Contoh : Andrea
pethrophila dan Andrea
rupestris.
2)
Bangsa Sphagnales
Bangsa ini hanya terdiri atas satu suku Sphagnaceae dan satu marga Sphagnum. Marga ini meliputi sejumlah
besar jenis lumut yang kebanyakan hidup di tempat-tempat yang berawa-rawa dan
membentuk rumpun atau bantalan, yang dari atas tiap-tiap tahun tampak bertambah
luas, sedang bagian-bagian bawah yang ada dalam air mati dan berubah menjadi
gambut.
Protonema tidak berbentuk benang,
melainkan merupakan suatu badan berbentuk daun kecil, tepinya bertoreh-toreh
dan hanya terdiri atas selapis sel saja.
Batangnya banyak bercabang-cabang;
cabang-cabang yang muda tumbuh tegak dan membentuk roset pada ujungnya. Daun-daun
yang sudah tua terkulai dan menjadi pembalut bagian bawah batang. Suatu cabang
di bawah puncak tumbuh sama cepat dengan induk batang, sehingga kelihatan
seperti batang lumut itu bercabang menggarpu. Karena batang dari bawah mati
sedikit, maka cabang-cabang akhirnya merupakan tumbuhan yang terpisah-pisah.
Contoh : Sphagnum actifolium,
Sphaghnum squarrosum dan
Sphagnum fibriatum.
3)
Bangsa Fissidenstales
Contoh
: Fissidens bogoriensis Fleisch.
4)
Bangsa Bryales
Sebagian besar lumut daun tergolong
dalam bangsa ini. Pada bangsa ini kapsul sporanya telah mencapai diferensiasi
yang paling mendalam. Sporogoniumnya mempunyai suatu tangkai yang elastis, yang
dinamakan seta. Tangkai dengan kaki sporogoniumnya tertanam dalam jaringan
tumbuhan gametofitnya. Pada ujung tangkai terdapat kapsul sporanya yang
bersifat radial atau dorsiventral dan mula-mula diselubungi oleh kaliptra.
Contoh : Poganatum cirrhatum,
Funaria hygrometrica dan Eubryales pleurocarpi.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Tumbuhan
lumut merupakan tumbuhan kecil yang termasuk division Bryophyta. Mempunyai sel-sel
plastida yang mengandung klorofil a dan b. Kebanyakan hidup di
darat, dan sel-selnya telah mempunyai dinding yang terdiri dari selulosa. Susunan tubuh
sebenarnya merupakan gametofit. Pada bentuk primitif tumbuhan lumut helaian
berupa thalus (Marchantia, Riccia, Anthoceros).
Ada
dua macam perkembang biakan yaitu: reproduksi vegetatif dan reproduksi
generatif. Tempat
hidup lumut hati pada tempat-tempat yang basah untuk struktur tubuh higmorf dan
pada tempat-tempat yang kering untuk struktur tubuh yang xemorf (alat
penyimpanan air).
Divisi
Bryophyta dibagi menjadi tiga
kelas, yaitu lumut hati (Hepaticopsida),
lumut tanduk (Anthocerotopsida),
dan lumut sejati (Bryopsida)
(Siti Sutarni Tjitrosomo, 1984: 76).
Klasifikasi lumut hati
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Hepaticophyta
Class :
Hepaticosida
Ordo :
Hepaticoccales
Family :
Hepaticoceae
Genus :
Hepaticopsida
Species :
Hepaticiopsida sp
Klasifikasi lumut Daun
Kingdom : Plantae
Division :
Bryophyta
Class :
Bryopsida
Ordo :
Bryopceales
Family :
Bryopceae
Genus :
Bryopsida
Species :
Bryopsida sp
Klasifikasi
Lumut Tanduk
Kingdom : Plantae
Division :
Anthoceroptophyta
Class :
Anthoceroptopsida
Ordo :
Anthoceroptoceales
Family :
Anthoceroptoceae
Genus :
Anthoceroptopsida
Species :
Anthoceroptopsida sp
Cara
hidup lumut hati, sebagai epifit umumnya menempel pada daun-daun pepohonan
dalam rimba di daerah tropika.
Susunan
tubuh lumut hati berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati dibagi menjadi dua
kelompok yaitu, lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun. Perkembang biakan lumut
hati ada dua yaitu secara aseksual menggunakan spora dan tunas, secara seksual
contoh Marchantia, dan anteridium terpancang pada permukaan atas, bentuknya
seperti cakram.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2009.
http://en.wikipedia.org/wiki/Image:Mossopolis.jpg Koloni lumut tebal / padat di
hutan yang dingin. Diakses tanggal 17 Desember 2015.
Hasnunidah Neni, S.pd, M.si. 2007. Botani Tumbuhan Rendah. UNILA
(Universitas Lampung). Lampung.
Lawrence,
G.H.M. 1964. Taxonomy of Vascular Plants. The Machmillan Coy. New York.
Padjoarinto, A, S, Sabbithah, dan S, Sulastri. 1994.
Taksonomi Tumbuhan. Proyek Pelatihan
Tenaga Kependidikan. Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta.
Tjitrosoepomo gembong. 2003. Taksonomi Tumbuhan. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar