LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI
PERCOBAAN 3
PEWARNAAN BAKTERI
A. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat
mengetahui cara pewarnaan bakteri dan dapat membedakan bakteri gram positif dan
gram negatif melalui pewarnaan gram.
B. Dasar
Teori
Bakteri
marupakan organisme yang sangat kecil (berukuran mikroskopis). Bakteri
rata-rata berukuran lebar 0,5-1 mikron dan panjangnya hingga 10 mikron. Itu
berarti pula bahwa jasad renik ini tipis sekali sehingga tembus cahaya.
Akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat
bagian-bagiannya.
Komponen
dan ketebalan lapisan-lapisan pada dinding sel untuk bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif berbeda. Ada perbedaan lain selain sifat dinding sel
antara sel selain sifat dinding sel antara sel bakteri gram positif dengan sel
bakteri gram negatif.Untuk melihat bakteri dengan jelas, tubuhnya perlu diisi
dengan zat warna, zat warna ini disebut pengecatan bakteri.
Pengecatan
bakteri sudah dilakukan sejak permulaan berkembangnya mikrobiologi di pertengahan
abad ke-19 leh Luis Pasteur dan Robert Koch, pada umumnya ada dua macam zat
warna yang sering dipakai, yaitu sebagai berikut :
1. Zat
warna yang bersifat asam; komponen warnanya adalah anion, biasanya dalam bentuk
garam natrium
2. Zat
warna bersifat alkalis, dengan komponen warna kation, biasanya dalam bentuk
klorida.
Setelah
dilakukan pengecatan, dalam tubuh bakteri akan terjadi proses pertukaran ion-in
zat warna dengan ion-ion protoplasma (misalnya asam nukleat) bakteri.
Pada
umumnya, larutan-larutan zat warna yang digunakan adalah larutan encer, jarang
leih dari 1%. Larutan encer yang dibiarkan berkontak agak lama dengan bakteri
bekerja lebih baik dari larutan pekat dengan waktu yang singkat.Untuk
mendapatkan hasil pengecatan yang lebih baik, tidak jarang diperlukan bahan
penolong, yang biasanya disebut pemantek (mordant). Pemantek ini dapat
diartikan sebagai suatu zat yang sanggup bergabung dengan komponen zat warna
tertentu, sehingga terbentuk senyawa yang tidak dapat larut dan melekat pada
tubuh bakteri. Pemantek dapat diberikan dalam berbagai keadaan yaitu sebagai
baerikut.
1. Sebagai
penambahan bahan cat,
2. Dimasukkan
ke dalam larutan bahan cat, dan
3. Diberikan
antara pemakaian dan laruta bahan cat
Bahan-ahan
yang dapat dipakai sebagai pemantwk antara lain adalah amonium oksalat, fenol,
asam tanat, garam-garam alumunium, besi, timah, seng, tembaga, krom, dll.
Cara-cara pengecatannya adalah
1.
Pengecatan sederhana
Tujuan
pengecatan ini ialah untuk membedakan bakteri dari benda-benda mati lain yang
bukan bakteri dan untuk malihat bentuk dan ukurannya. Larutan cat hanya terdiri
dari satu bahan cat yang dilarutkan dalam suatu bahan pelarut. Bahan-bahan yang
banyak dipakai untuk keperluan ini adalah karbol fuksin, kristal, violet dan
methylen blue.
2.
Pengecatan Diferensial
Untuk
pengecatan ini digunakan lebih dari satu macam bahan cat. Dengan dicampur dan
digunakan dalam satu larutan. Dua macam pengecatan yang terpenting dari
golongan ini ialah pengecatan gram dan pengecatan tahan asam seperti pengecatan
Ziehl-Naelsen.Sediaan (preparat) untuk proses pengecatan dibuat sebagai berikut
:
a. Kaca
objek dibersihkan, sehingga bebas lemak
b. Pada
bagian ujung kaca objek diberi tanda, sebaiknya di sebelah permukaan yang tidak
di cat
c. Dengan
ose dibuat film yang tipis pada permukaan yang telah dibersihkan.
d. Film
dikeringkan di udara atau dengan hawa hangat dari api gas
e. Fiksasi
dilakukan dengan cara menyentuhkan permukaan kaca objek tiga kali
berturut-turut pada ujung api bensin
f. Setelah
didinginkan preparat sudah siap untuk di cat.
g. Yang
dimaksud fiksasi adalah melekatkan bakteri pada kaca objek, mamatikan bakteri
dengan cepat agar sifat-sifatnya tidak banyak berubah. Fiksasi ini harus
dilakukan setelah preparat kering.
3. Pengecatan
Gram
Pengecatan ini pertama kali dikemukakan oleh Christian
Gram (1884). Dengan pengecatan film bakteri mula-mula dilapisi dengan larutan
zat warna karbl gentinviolet (karbol kristal violet, karbol metil violet) dan
didiamkan beberapa lama, kemudian disiram dangan larutan iodium dan dibiarkan
terendam dalam waktu yang sama. Sampai tingkat pengecatan ini selesai, semua
bakteri akan terwarna ungu. Selanjutnya, preparat didekolorisasi dengan alkohol
atau campuran alkohol dan aseton sampai semua zat warna tampak luntur dari
film. Setelah dicuci dengan air, preparat diberi warna kontras seperti
safranin, karbolfuksin encer, air fuksin, tengguli Bismack, atau pironin
B.Diantara bermacam-macam bakteri yang dicat, ada yang dapat menahan zat warna
ungu (metiviolet, kristalviolet, gentianviolet) dalam tubuhnya meskipun telah
didekolorisasi dengan alkohol atau aseton. Dengan demikian tubuh bakteri itu
tetap berwarna ungu meskipun disertai dengan pengecatan oleh zat warna kontras
kontras, warna ungu itu tetap dipertahankan. Bakteri yang memberi reaksi
semacam ini dinamakan bakteri gram positif, sebaliknya bakteri yang tidak dapat
manahan zat warna setelah didekolorisasi dengan alkohol akan kembali
menjadi tidak berwarna dan bila diberikan pengecatan
dengan zat warna kontras, akan berwarna sesuai dengan zat warna kontras. Bakteri
memperlihatkan reaksi semacam ini dinamakan bakteri gram negatif.
Tabel Ikhtisar pengecatan gram
Perlakuan
|
Waktu
|
Hasil pada Bakteri
|
|
Gram +
|
Gram -
|
||
Kristalviolet
Cuci
dengan air
|
30
detik
|
ungu
|
Ungu
|
Larutan
iodium
Cuci
dengan air dan keringkan
|
30
detik
|
-
|
-
|
Dekolrisasi
dengan alkohol
Cuci
dengan air dan keringkan
|
20
detik
|
ungu
|
Warna luntur
|
Zat warna kontras
Cuci
dengan air dan keringkan
|
30
detik
|
ungu
|
Warna kontras
|
Atas
dasar pengecatan Gram ini dunia bakteri dibagi dalam dua golongan besar, yaitu
bakteri Gram Positif dan bakteri Gram Negatif.
Hasil
yang terbaik dari pengecatan Gram ini dapat diperoleh dengan menggunakan
zat-zat warna dari glongan pararosalina, seperti metilviolet dan kristalviolet
(tetrametilpararosalina). Dalam perdagangan nama ini biasanya diberikan pada
campuran bermacam-macam senyawa tetrapenta-, dan heksa metilpararosalina.
Pada
umumnya tidak semua benda hidup yang selnya memilki kesanggupan untuk menahan
zat warna sewaktu dekolorisasi pada pengecatan gram, tetapi hanya terbatas pada
semua jenis ragi dan bakteri. Sel-sel tumbuhan
tingkat tinggi dan hean tidak memakan zat warna pada dekolorisasi
alkohol. Reaksi Gram bukanlah suatu ketentuan mutlak. Reaksi ini dapat berubah
menurut umur biakan, pH medium, dan sebab-sebab lain. Menurut Bartholonew dan
Mittwer (1952) sinar ultraviolet dari 2537 angstrom menyebabkan organisme Gram
negatif, maka besar kemungkinan sinar-sinar ultraviolet itu mempunyai pengaruh
destruktif terhadap sel-sel mikroorganisme tersebut.
Ciri-ciri
khas dari bateri Gram Positif dan Gram Negatif pada fenomena pengecatan
No
|
Bakteri Gram Positif
|
Bakteri Gram Negatif
|
1.
|
Sangat sensitif
terhadap zat warna trifenilmetan
|
Kurang sensitif
terhadap zat warna trifenilmetan
|
2.
|
Sensitif terhadap
penisilin
|
Sensitif terhadap
streptomisin
|
3.
|
Resisten terhadap
alkali, tidak larut oleh 1% KOH
|
Sensitif terhadap
alkali; larut oleh 1% KOH
|
4.
|
Biasanya kokus atau
batang pembentuk spora (kecuali Lactobacillus, Corynebacterium)
|
Biasanya batang tidak
membentuk spora (kecuali Neisseria yang berbentuk kokus)
|
5.
|
Dapat bersifat tahan
asam (acid fast
|
Tampaknya tidak
pernah tahan asam
|
4. Pengecatan
Tahan Asam
Pengecatan ini disebut penegcatan tahan asam, karena
pada beberapa jenis bakteri sukar dilakukan pengecatan, tetapi sekali dapat
tercat tidak mudah untuk dilunturkan meskipun dengan menggunakan zat peluntur
(decolorizing agent) asam (asam alkohol). Yang termasuk pada golongan bakteri
yang sukar dicat adalah dari genus Mycobacterium smegmatis). Berbagai teori
telah dikemukakan untuk menerangkan sifat tahan asam ini, antara lain
dinyatakan bahwa sifat tahan asam ini ditentukan oleh adanya sifat permeabilitas
yang selektif dari membran sitoplasma. Menonjolnya warna merah disebabkan oleh
penyerapan warna karbolfuksin yang larut dalam sel. Bila sel ini dirusak, maka
sifat tahan asam itu pun akan hilang. Bakteri tahan asam sangat banyak
mengandung lipida asam lemak, dan kandungan inilah yang mencerminkan sifat
tahan asam pada golongan bakteri tersebut antara lain asam mikolat. Cara
pengecatan bakteri tahan asam disebut uga pengecatan
Ziehl-Neelsen.langkah-langkahnya adalah sbb :
a. Film
bakteri pada kaca objek yang telah difiksasi, disiram dengan karblfuksin, kemudian dipanaskan
sampai keluar uap (tidak sampai mendidih). Pemanansan diulang beberapa kali
agar bahan cat tetap hangat kemudian didiamkan selama lima menit
b. Dekolorisasi
dilakukan dengan asam alkohol dalam waktu yang singkat, kemudian cepat dicuci
dengan air.
c. Pengecatan
dengan cat kontras dilakukan dengan metilen biru dalam larutan KOH
d. Setelah
dicuci kembali dengan air preparat dikeringkan di udara
5. Pengecatan
Granula Metakromatik
Ada beberapa pengecatan yang baik untuk menonjolkan
granula metakromatik ini. Pengecatan yang banyak digunakan adalah pengecatan
menurut Neisser dan Albert
a. Cara
pengecatan Neisser
1) Sebagai
bahan cat disediakan tiga macam larutan cat, yaitu larutan bahan cat yang
mengandung metilenbiru (A). Larutan bahan cat yang mengandung kristalviolet
(B). Larutan bahan cat yang mengandung krisoidin atau tengguli Bismarck atau
Bismarck Brown (C).
2) Untuk
pengecatan pertama digunakan larutan A dan B yang dicampur sesaat sebelum
pengecatan dalam perbandingan dua bagian larutan A dengan satu bagian larutan
B. Lama pengecatan adalah setengah menit
3) Setelah
campuran tersebut dibuang preparat dibilas dengan larutan C, dan larutan ini
didiamkan di atas film preparat selama ½-1 menit, kemudian dikeringkan dengan kertas
saring
b. Pengecatan
Albert
1) Preparat
dicat dengan larutan cat menurut Albert selama 3-5 menit.
2) Setelah
dicuci dengan air, preparat disiram dengan larutan iodium dan ditunggu satu
menit. Kemudian dicuci kembali dengan air dan dikeringkan dengan kertas saring.
c. Hasil
Pengecatan
1) Pada
penegcatan Neisser
Granula berwarna biru-hitam, sitplasma berwarna
kuning (krisoidin) atau tengguli (Bismarck Brown)
2) Pada
pengecatan Albert
Granula
berwarna biru-hitam, sitoplasma hijau.
Granula
plifosfat timbul pada sel-sel yang sudah tua dan tidak ditemukan pada sel-sel
yang sedang aktif membelah. Hal ini memberikan kesan bahwa granula itu adalah
tempat persediaan polifosfat untuk digunakan bila sel-sel diaktifkan kembali.
Biasanya, pengecatan ini ditunjukkan untuk pengecatan Corynebacterium
diphteriae dan karena granula metakromatik itu letaknya biasanya polar, maka
dengan pengecatan ini bakteri itu tampak seperti halte. Bentuk semacam ini
menjadi tanda khas bagi bakteri difteri, dismaping formasi bentuk huruf V, W, L
6. Pengacatan
Spora
Spora bakteri adalah endospora. Endospora tersebut
mudah dilihat sebagai benda intraseluler yang refraktil dalam suspensi sel yang
tidak dicat atau sebagai daerah kosong (tidak berwarna) dalam preparat yang
dicat secara konvensional. Dinding spora itu relatif tidak permeabel, tetapi
zat-zat warna dapat diserapkan ke dalamnya dengan jalan memanaskan preparat
tersebut. Sifat tidak permeabel ini mencegah dekolorisasi spora oleh alkohol
bila diperlakukan dalam waktu yang sama seperti pada dekolorisasi sel-sel
vegetatif. Bagian vegetatif sel ini dapat dicat dengan warna kontras. Spora
biasanya dicat dengan zat warna hijau atau karbolfuksin.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari
spora dari preparat pengecatan adalah sbb
a. Letak
spora dalam sel kemungkinannya adalah sebagai terminal, subterminal, atau
sentral
b. Bentuk
spra bulat atau lonjong
c. Adanya
spora dapat mengubah bentuk sel. Dalam hal letak spora terminal bila terdapat
spora yang mengubah bentuk bakteri, dan spora menonjol keluar, maka bentuknya
seperti pemukul tambur (Clostiridium tetani). Bila letaknya sentral atau
subterminal, dan diameter spora lebih besar dari diameter sel bakteri amak
bbentuknya seperti kumparan.
Pembentukan
spora bakteri hanya terdapat pada beberapa spesies saja, khususnya yang
termasuk famili Bacillaceae. Famili ini terdiri dari tiga genera, yaitu sbb :
a. Genus Bacillus atau
Sporolactobacillus yang hidupnya aerob
b. Genus Clstridium
yang hidupnya anaerob
c. Genus Sporosarcina
dari golongan kokus yang aerob
7. Pengecatan
Kapsul
Beberapa jenis bakteri dapat membentuk zat lendir di
sekitar tubuhnya. Kadang-kadang lendir ini menjadi padat, sehingga merupakan
bentuk yang tetap sebagai lapisan luar. Lapisan ini dikenal sebagai kapsul.
Kapsul tidak mempunyai afinitas yang besar terhadap bahan-bahan cat basa.
Beberapa kapsul mudah rusak oleh gangguan mekanis atau larut bila dicuci dengan
air. Karena kapsul dari berbagai spesies berbeda dalan susunan zat-zatnya, maka
tidak semua kapsul dapat diperlihatkan dengan proses pengecatan yang sama.
Beberapa cara pengecatan telah dikemukakan dalam usaha memperlihatkan adanya
kapsul antara lain ialah sebgaai berikut
a. Cara
pengecatan negatif
1) Satu
Ose suspensi bakteri diletakan pada ujung kaca objek.
2) Di
samping suspensi bakteri diletakkan satu ose tinta cina
3) Dengan
salah satu sudut objek yang bertepi rata kedua tetes tersebut dicampur,
kemudian dengan tepi kaca objek yang rata dibuat preparat oles dengan film
suspensi campuran yang tipis
4) Setelah
dikeringkan dan difiksasi, film disiram dengan larutan karbolfuksin yang telah
diencerkan sepuluh kali, dan ditunggu selama 10 menit.
5) Selanjutnya
larutan cat yang berlebihan dibuang, dan preparat dikeringkan dengan kertas
saring
Hasil
pengecatan ini memperlihatkan bakteri berwarna merah, sedang kapsul tampak
sebagai daerah kosng disekitar tubuh bakteri, dan latar belakang berwarna
gelap. Cara pengecatan negatif ini dikemukakan oleh Burri-Gins
b.
Cara Pengecatan Kapsul
Untuk
mengecat kapsul telah dikemukakan beberapa cara, satu diantaranya adalah menurut
Tyler
1) Cara
Pengecatan Tyler
Ø Film
suspensi pada kaca ojek setelah difiksasi dicat degan campuran yang terdiri
dari ; kristalviolet 0,118 gr; asam asetat glasial 0,25 ml; air suling 100 ml
selama enam menit
Ø Dengan
hati-hati preparat dicuci dengan larutan tembaga sulfat (20%) secara cepat,
kemudian dikeringkan dengan kertas saring.
Pada
pengecatan ini kapsul tampak seagai daerah berwarna biru-ungu di sekitar tubuh
bakteri, sedang bakterinya sendiri berwarna biru kelam.
Dalam
pembuatan preparat untuk pengecatan kapsul perlu diperhatikan bahwa kapsul itu
larut dalam air, sehingga pada pembuatan suspensi hendaknya berhati-hati
Ada
tidaknya kapsul ditentukan secara genetik. Pada banyak spesies seringkali
ditemukan mutan yang berkapsul di samping yang tidak berkapsul, dan hal lain
ini mempengaruhi bentuk koloni pada medium pemiakan, sehingga bentuk koloni
pada pembiakan medium tersebut dapat dibedakan manjadi :
Ø Koloni
bakteri berkapsul, disebut “Koloni S” (smooth)
Ø Koloni
bakteri tidak berkapsul, disebut “Koloni R” (Rough)
8. Pengecatan
Flagel
Adanya flagel pada tubuh bakteri menunjukkan bahwa
bakteri dapat bergerak sendiri. Flagel ini tidak ditentukan pada semua jenis
bakter. Oleh karena itu dapat atau tidak bakteri bergerak digunakan sebagai
slaah satu ciri dalam detrminasi jenis bakteri. Flagel sebagai alat penggerak
bakteri adalah suatu organ berupa benang yang berpangkal dalam sitoplasma.
Flagel ini tidak mudah dapat dilihat dengan mikroskop cahaya, dan tidak tampak
dengan pengecatan biasa. Hal ini disebabkan oleh ukuran tebal flagel hanya
10-20 mm, sehingga berada di luar jangkauan penglihatan dengan miroskp cahaya.
Untuk dapat melihat flagel dengan cara pengecatan, diadakan cara pengecatan
khusus, antara lain menurut Gray, sbb :
a. Untuk
pemantek (mordan) dibuat campuran yang terdiri dari :
1) Larutan
jenuh potasium alum 5 ml
2) Asam
tanat 20% dalam air 2 ml
3) Larutan
jenuh merkuriklrida dalam air 2 ml
Ke
dalam campuran ini ditambahkan 0,4 ml larutan jenuh fuksin basa dala alkohol.
1) Pada
kaca objek yang bersih dan bebas lemak dipaparkan setets sir suling seluas
kira-kira 2 cm
2) Dengan
jarum diambil sedikit biakan muda bakteri, dan biakan itu disentuh pada
permukaan air di beberapa tempat dari kaca objek, kemudian digoyang
perlahan-lahan selanjutnya dikeringkan di udara
3) Perlahan-lahan
film disiram dengan larutan pemantek dan tunggu 10 menit, setelah itu dicuci
perlahan-lahan dengan air suling
4) Selanjutnya
flagel dicat dengan karbofuksin selama 5-10 menit. Akhirnya dicuci dengan air
biasa dan dikeringkan di udara.
Hasil
pengecatan yang diperoleh adalah flagel berwarna merah tengguli.
C. Alat
dan Bahan
1.
Alat
a.
Erlenmeyer
100 ml, 4 buah
b.
Gelas
ukur 100 ml, 1 buah
c.
Pipet
ukur 10 ml. 1 buah
d.
Corong
kaca, 1 buah
e.
Bunsen,
1 buah
f.
Pipet
tetes, 3 buah
g.
Jarum
ose, 1 buah
h.
Bola
isap, 1 buah
i.
Botol
semprot, 1 buah
j.
Spatula,
1 buah
k.
Glass
objek
l.
Cover
glass
m. Mikroskop
n.
Timbangan
digital
o.
Nampan
2.
Bahan
a.
Safranin
b.
Kristal
violet
c.
Iodium/lugol
d.
Kalium
iodid
e.
Alkohol
95%
f.
Aquades
g.
Biakan
bakteri
h.
Kapas
i.
Spidol
j.
Steroform
D. Cara
Kerja
1.
Buatlah
larutan pewarna dari safranin 0,25 gram, alkohol 95% 10 ml dan aquades 90 ml ke
dalam erlenmeyer 100 ml.
2.
Buatlah
larutan pewarna dari kristal violet 2 gram, alkohol 95% 20 ml, dan aquades 80
ml ke dalam erlenmeyer 100 ml
3.
Buatlah
larutan dari iodium 1 gram, kalium iodid
2 gram, aquades 300 ml
4.
Lingkari
glass objek dengan spidol pada bagian sisinya.
5.
Buatlah
sediaan kuman pada glass objek dengan menggunakan jarum ose
6.
Teteskan
kristal violet pada sediaan kuman dan biarkan selama 1 menit
7.
Buang
sisa larutan kristal violet dari gelas objek.
8.
Teteskan
larutan iodium atau lugol pada sediaan dan biarkan selama 1 menit.
9.
Buang
sisa larutan lugol dari glass objek.
10.
Lunturkan
dengan alkohol 95% selama 10 – 20 detik sampai sisa zat warna hilang.
11.
Bilas
sampai bersih dengan aquades
12.
Teteskan
dengan larutan safranin pada sediaan dan biarkan selama 20 – 30 detik
13.
Buang
sisa safranin dari gelas objek.
14.
Bilas
sampai bersih dengan aquades
15.
Setelah
kering, amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100 kali
E.
Hasil
Pengamatan
Menyiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan
|
Membuat
larutan pewarnaan
|
Membuat
preparat sampel bakteri
|
Melakukan pewarnaan dengan metode
stain gram positif dan negatif
|
Hasil pewarnaan ( Bakteri E. coli gram negatif)
|
F.
Pembahasan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa
pewarnaan Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling
banyak digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan
penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada tebal
atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak sedikitnya
lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri berdasarkan pewarnaan
gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram
positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel selapis. Sedangkan
baktri gram negatif mempunyai dinding sel tipis yang berada di antara dua lapis
membran sel.
Pewarnaan terjadi dengan melakukn dua tahap pemberian warna yang
pertama yaitu pemberian violet pada bakteri dan pemberian pewarnaan lugol.
Kristal violet merupakan reagen yang berwarna ungu. Kristal violet ini
merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna pada mikroorganisme
target. Kristal violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel
mikroorganisme yang bersifat asam. Dengan perlakuan seperti itu, sel
mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (ungu). Pemberian kristal
violet pada bakteri gram positif akan meninggalkan warna ungu muda. Perbedaan
respon terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri adalah didasarkan pada
struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri gram positif mengandung
protein dan gram negatif mengandung lemak dalam persentasi lebih tinggi dan
dinding selnya tipis. Kristal violet yang diteteskan didiamkan selama 1 menit
bertujuan agar cat atau pewarna ini dapat melekat sempurna pada dinding sel
bakteri.
Tahap yang selanjutnya yaitu penambahan
lugol pada bakteri. Lugol merupakan pewarna Mordan, yaitu pewarna
yang berfungsi memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme target
atau mengintensifkan warna utama. Pemberian lugol pada pengecatan
Gram dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan warna oleh bakteri. Kompleks
zat lugol terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma
organisme gram positif, sedangkan penyingkiran zat lipida dari dinding sel
organisme gram negatif dengan pencucian alkohol memungkinkan hilang dari
sel. Lugol yang diteteskan didiamkan selama 1 menit bertujuan
agar pengikatan warna oleh bakteri menjadi semakin lebih kuat.
Kemudian
, 1 tetes alkohol 95% diteteskan di atas objek glass tersebut
kemudian didiamkan selama 45 detik. Setelah itu, kaca
objek dibilas dengan air hingga warnanya hilang. Etanol 95%
merupakan solven organik yang berfungsi untuk membilas (mencuci) atau
melunturkan kelebihan zat warna pada sel bakteri (mikroorganisme). Tercuci
tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila komponen
dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila
komponen dinding sel tidak kuat menelan warna dasar, maka warna akan tercuci.
Pemberian alkohol pada pengecatan ini dapat mengakibatkan terjadinya dua
kemungkinan yaitu mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu atau
bakteri menjadi tidak berwarna. Pemberian alkohol 95% juga menyebabkan
terekstraksi lipid sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel.
Lalu
diteteskan 1 tetes safranin di atas kaca objek tersebut kemudian
didiamkan selama 1 menit. Setelah itu, kaca objek dibilas dengan
air hingga warnanya hilang. Safranin merupakan pewarna tandingan atau
pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah
kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain,
safranin memberikan warna pada mikroorganisme non target serta menghabiskan
sisa-sisa cat atau pewarna. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan
menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan pada
bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori
– pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna
safranin tidak dapat masuk sehingga sel berwarna ungu.
Pemberian
reagen atau pewarna yang berganti dari satu pewarna ke pewarna lain dengan
waktu yang telah ditentukan disebabkan karena zat-zat warna tersebut dapat
berikatan dengan komponen dinding sel bakteri dalam waktu singkat. Karena
itulah rentang waktu pemberian zat warna yang satu ke yang lainnya tidak lama
sehingga proses identifikasi bakteri berlangsung cepat.
Diakhir
kegiatan pasti selalu memberikan reagen atau pewarna, selalu dilakukan
pembilasan terhadap kaca objekdengan menggunakan air. Pembilasan ini
bertujuan untuk mengurangi kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan.
Setiap akhir pembilasan pada masing-masing reagen, perlu dilakukan penyerapan
air bilasan dari air dengan menggunakan kertas tissu agar aquades tidak
tercampur dengan reagen atau pewarna baru yang akan diberikan. Setelah
pembilasan terakhir, gelas benda dikeringkan dan diamati di bawah mikroskop.
Jika terbentuk warna ungu maka termasuk golongan bakteri gram positif , dan
jika terbentuk warna merah atau merah muda maka termasuk golongan bakteri gram
negatif.
Dari
percobaan yang telah dilakukan setelah bakteri di beri pewarna, ternyata bakteri
pada 1 ml air sumurterbuka yang telah dipadatkan terlebih dahulu pada percobaan
sebelumnya dapat dikatakan bahwa bakteri tersebut mengalami perubahan warna
menjadi merah muda maka dapat dikatakan pada percobaan kali ini teryata bakteri
termasuk kedalam golongan bakteri gram negatif.
G.
Kesimpulan
Dari hasil praktikum mengenai pewarnaan gram, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Bakteri dapat dibedakan melalui teknik
pewarnaan gram. Pewarnaan Gram merupakan
salah satu teknik pewarnaan yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri
(mikroorganisme). Zat warna yang digunakan pada pengecatan Gram meliputi
kristal violet, iodium , alkohol dan safranin. Teknik pewarnaan tersebut dapat
menghasilkan warna merah dan ungu.
2. Bakteri gram negatif ditandai dengan warna
merah, sedangkan yang positif berwarna ungu. Pertumbuhan dihambat secara nyata
oleh zat-zat warna seperti ungu kristal.Dinding sel bakteri gram positif
mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai
lapisan tunggal. Sedangkan pada bakteri gram negatif, Dinding selnya mengandung
lemak lebih banyak (11-22%).
DAFTAR
PUSTAKA
Boleng,
Didimus Tanah. 2015. BAKTERIOLOGI
Konsep-Konsep Dasar. UMM Press. Malang.
Anonim.
2015. Pewarnaan Bakteri. https://wikipedia,pewarnaan-bakteri/2015/01 .com.
Diakses
pada 05 juni 2016 di Samrinda.
Diana Agustina, 2013. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri pada Ikan
Kembung (Rastrelliger sp.) Asin
Berkitosan. http://Biospecies Vol. 6 No.1, Januari 2013,
hal. 15-19. Diakses pada 05 juni 2016 di
Samrinda.
Anonim,
2012. Praktikum Mikrobiologi Laut
[M10A205] TA 2012. http://dokumen.
tips/ Praktikum Mikrobiologi Laut/jurnal-mikro-pewarnaan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar